Ditetapkan Menjadi Ketua DPD PDIP NTT dalam Konferda, Begini Komentar Emi Nomleni
POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Ketua Dewan Pimpinan Daerah ( DPD) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDIP) Provinsi Nusa Tenggara Timur periode 2019-2024, Emi Nomleni memberi warna tersendiri dalam sejarah kepemimpinan patriarki di wilayah Nusa Tenggara Timur.
Emi menjadi perempuan pertama yang mendobrak hegemoni patriarki dalam sistem kepemimpinan politis di wilayah provinsi kepulauan ini, khususnya dalam sejarah kepemimpinan partai nasionalis besutan Megawati Soekarnoputri itu.
• Setelah Baca Berita, Presiden Jokowi Beri Bantuan kepada Siswi SMP Penjual Bakpao
Emi Nomleni ditetapkan oleh DPP PDIP dalam Konferensi Daerah (Konferda) ke-V PDIP Provinsi Nusa Tenggara yang diselenggarakan di Hotel Neo by Aston Kupang pada Kamis (25/7/2019) sore.
Kepada wartawan usai pelaksanaan Konferda ke-V PDIP NTT, Emi mengatakan bahwa penetapan dirinya menjadi ketua DPD PDIP NTT oleh pusat telah memberi warna tersendiri dalam sistem kepemimpinan patriarki yang selama ini terjadi di PDIP NTT. Penetapan dirinya sebagai ketua DPD, diakuinya karena pertimbangan kemampuan dan kecakapan sebagai kader.
• Ahmad Atang: PDI-P Ingin Perubahan Dalam Tubuh Organisasi
"Saya bilang mungkin ini waktu untuk perempuan NTT untuk ada dan memberikan warna tersendiri. Jadi patriarkat (dalam) kepemimpinan politik di NTT itu hilang," ujar Emi.
Ia menjelaskan, hegemoni patriarkat di dunia politik yang sangat kuat di NTT diberi warna baru karena kehadiran perempuan menjadi pemimpin partai politik. Ia meyakini, kehadiran perempuan di pucuk pimpinan DPD PDIP akan membawa kenyamanan bagi partai dan kader.
"Perempuan mampu dan perempuan bisa, dan kami akan membawa kenyamanan. Ibu Mega sebagai ibu, berpikir bahwa anak perempuannya juga mampu, jadi ini bukan soal kalah menang ya," ujar perempuan yang sebelumnya menjabat Ketua DPC PDIP TTS ini.
Ia mengatakan, perjuangan dan pembuktian sudah dimulai sejak proses di pilkada NTT yang lalu.
"Saya mengikuti pola ibu Mega, jadi perempuan itu sangat sangat baik tetapi ada sisinya jika ketika dia omong terhadap anaknya maka anaknya harus patuh," katanya.
Baginya proses suksesi di tubuh DPD PDIP NTT bukanlah sebuah proses perang atau pertandingan antara dirinya dan kader lain. Karena hal tersebut merupakan sebuah mekanisme regenerasi dalam tubuh partai sehingga sebagai kader, semua harus tunduk dan taat pada keputusan partai.
Ia juga mengatakan bahwa gesekan yang terjadi dalam tubuh partai merupakan dinamika dalam organisasi yang lumrah sehingga ia menegaskan tidak ada rekiailisk karena yang terjadi bukanlah sebuah pertempuran.
"Kalau soal rekonsiliasi saya pikir kami tidak ada rekonsiliasi ya, karena kami tidak sedang berperang bertempur atau apa karena tadi dilihat juga semua," katanya.
Saya ingin mengatakan bahwa ini bukan perang, ini bukan pertandingan tetapi sebuah dinamikanya dalam sebuah organisasi tetapi kalau ada sedikit "ini itu" ya wajar wajar saja, seperti kita dalam rumah ya ada yang marah, tetapi dalam kemarahan itu adalah bagian dari sebuah kecintaan kepada keluarga besar. Dan saya meyakini Teman teman PDI Perjuangan kita ada dalam posisi ini," sambungnya.
Terhadap kepercayaan yang diberikan oleh DPP kepadanya untuk menahkodai DPD PDIP NTT, ia mengucapkan syukur dan terima kasih. Ia mengakui hal ini sebagai sebuah anugerah dari Tuhan.