Tak hanya itu, dirinya juga harus berjuang terisolasi dari listrik dan telepon.
"Di rumah kami pakai lampu pelita. Kalau malam kerja perangkat pembelajaran, kami andalkan lampu pelita saja. Susah sekali sebenarnya, tetapi karena sudah terbiasa, jadinya nyaman juga. Untuk yang punya hanphone itu harus pergi cas di orang yang ada mesin generator," tutur Beti.
Sinyalpun hanya bisa didapat bila berjalan kaki sejauh 3 kilometer lagi.
Dengan gaji seadanya, Beti tinggal di rumah sederhana dengan alas tikar belahan bambu.
• Dua Penumpang Diturunkan, Gara Gara Ribut Soal Sandaran Kursi, Begini Kisahnya
• Kapolres TTU Minta Masalah Calon TKI Ilegal Harus Menjadi Perhatian Semua Pihak
Meski harus hidup dengan segala keterbatasan, Beti mengaku tetap semangat mengajar di sekolah tersebut.
"Capek sebenarnya, tetapi berpikir, pasti ada hikmah di balik perjuangan ini," ungkap Beti.(*)
Artikel ini telah tayang di GridHot.ID dengan judul Kisah Pilu Guru Honorer di Pedalaman Flores, Gaji Rp 85.000 Hingga Tak Bisa Kabari Keluarga karena Terisolasi
Artikel ini telah tayang di Tribunstyle.com dengan judul Hanya Digaji Rp 85.000, Guru Honorer di Pedalaman Flores Tak Bisa Kabari keluarga Karena Terisolasi, https://style.tribunnews.com/2019/07/10/hanya-digaji-rp-85000-guru-honorer-di-pedalaman-flores-tak-bisa-kabari-keluarga-karena-terisolasi?page=all.