Renungan Harian Katolik
Sabtu 6 Juli 2019
Matius 9 : 14- 17
Oleh RD.Florens Maxi Un Bria
''Puasa yang Sejati dan Kontekstual''
" Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka?" ( Mat 9 : 15 )
Kita sudah mendengar nasihat universal.
Tertawalah bersama yang tertawa dan menangislah bersama yang menangis.
Hal ini menjadi prinsip umum dalam membangun dan merawat persahabatan.
Bahkan William Shakespere penyair kelahiran London pernah menulis," Mungkin Anda dengan mudah melupakan orang yang pernah tertawa bersamamu.
Namun jangan sekali-kali melupan orang yang pernah menangis bersamamu".
Refleksi di atas agaknya relevan untuk membantu kita memahami pernyataan Yesus."
Sahabat-sahabat mempelai laki-laki baru akan berdukacita saat mempelai diambil dari mereka atau pergi meninggalkan mereka.
Para murid baru akan berpuasa saat mempelai telah pergi meninggalkan mereka.
Puasa sebagai tanda ikut berduka dan pernyataan dukacita.
Hidup manusia selalu dinamis.
Pembaharuan hidup dalam iman, roh dan kebenaran dapat berjalan sesuai Rahmat yang Tuhan siapkan bagi manusia.
Manusia yang terbuka pada Allah dan kehendak-Nya dapat menjalani hidup dengan penuh syukur, harmonis dan mengalir.
Mereka dianugerahi hikmat untuk membaca tanda zaman dan kehendak Allah.
Mereka tidak mengukur dan menilai sesuatu berdasarkan pikiran lama.
Mereka terbuka bagi pembaharuan hidup dan bergerak secara optimis menuju masa depan.
Semoga kita terbuka bagi tawaran rahmat Allah yang terus memberi hidup yang baru dan dinamis menurut kehendak Allah.
Doa: Ya Tuhan semoga kami sanggup memperbaharui hidup dan hati kami agar selalu baru untuk menjadi saksi-saksi cinta dan damai-Mu, Amin.