Pelajar SMA di Pulau Flores Ini Kelola Grup Esek-Esek Beranggotakan 5.100 Orang, Begini Kisahnya!

Penulis: Eugenius Moa
Editor: Bebet I Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Apa pasal? Lantaran negara ini dalam cengkeraman apa yang disebut sebagai epidemi atau wabah kamera pengintai.

Para pegiat di Seoul saat ini memperingatkan apabila praktek seperti tidak dicegah dengan lebih serius, jenis kejahatan seperti ini kemungkinan akan menyebar ke negara lain dan sukar dihentikan.

Lebih dari 6.000 kasus kamera pengintai terkait Pornografi, kata Laura, dilaporkan ke polisi tiap tahun, dan 80 persen korbannya adalah kaum perempuan.

Dikhawatirkan ada ratusan kasus serupa yang tidak terungkap karena korbannya tidak mau mengungkapnya.

Beberapa kasus difilmkan oleh para pria yang mereka anggap adalah kawan-kawan mereka sendiri.

Korban: Saya Mulai Menangis

BBC mewawancarai seorang perempuan yang dipanggil Kim.

Dia dibidik dengan kamera tersembunyi di bawah meja di sebuah restoran.

Sang pelaku meletakkan kamera kecil di atas roknya.

Kim memergoki pria itu dan merampas telepon genggamnya - hanya untuk memastikan apakah ada rekaman video lainnya dalam telepon pintar tersebut, yang rupanya sedang dikomentari oleh seorang pria lainnya.

"Dan saat saya pertama kali membaca obrolan mereka, saya sangat terkejut, pikiran saya menjadi kosong dan saya mulai menangis," ujar Kim.

Dia lantas beranjak ke kantor polisi, tetapi melaporkan insiden itu membuatnya merasa lebih rentan.

"Saya terus berpikir, apa yang ada di benak orang lain? Apakah polisi berpikir bahwa pakaian saya terlalu terbuka? Saya terkesan murahan?

"Di kantor polisi, saya merasa kesepian. Saya merasa semua pria menatap saya seolah-olah saya adalah sepotong daging atau objek seksual. Saya merasa ketakutan.

"Saya tidak memberi tahu siapa pun. Saya takut dihujat. Saya takut keluargaku, teman-teman, dan orang-orang di sekitarku akan melihat saya sebagaimana orang-orang ini memandangku."

Halaman
1234

Berita Terkini