POS-KUPANG.COM | KUPANG-Pemasaran kopi Arabica Flores Bajawa (AFB) sudah mencapai Rp 8 miliar. Pemasaran dilakukan melalui koperasi dan pembelinya adalah dua perusahaan yakni PT Indokom dan MTC
Ketua Koperasi Sekunder Arabica Flores Bajawa (Kopsek-AFB), Albertus Gua, ketika dihubungi Pos Kupang, Jumat (8/3/2019), mengatakan untuk produksi dari tahun ke tahun mengalami kemajuan. Karena petani mulai memerhatikan kopi secara serius, dalam artian teknik budidaya.
"Selalu ada pemangkasan cabang-cabang yang tidak bermanfaat lagi, sesudah panen. Ada rehabilitasi peremajaan pohon-pohon tua dan malahan sekarang mulai ada penanaman kembali," tuturnya.
Terkait pemasaran, kata Albertus, untuk usaha yang berkantor di Jalan Soegyopranoto Bajawa ini sudah bagus. Mereka mempunyai dua buyer dan pemasaran sudah sampai pada angka Rp 8 miliar. Harganya Rp 50.000 per bungkus untuk kemasan 250 gram.
"Pemasarannya secara lokal regional, nasional bahkan internasional baik dalam produk HS basah, HS kering, roasted dan bubuk. Tapi dari semua produk AFB yang dipasarkan satu pintu secara bersama melalui Koperasi Sekunder
Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Arabika Flores Bajawa (MPIG-AFB)," tuturnya. Tahun ini juga, tambah Albert, ada kerjasama dengan Bank NTT untuk akses modal kerja.
Secara terpisah Konsultan PUMKM Kantor Perwakilan BI NTT, Yosef Boli Sura, Jumat (8/3/2019) menjelaskan, pada 4 September 2018, Bank Indonesia menginisiasi pembentukan klaster kopi dan melakukan MoU bersama Pemda Ngada dan Bank NTT.
Dijelaskannya, kopi arabica adalah jenis komoditi yang potensial di Kabupaten Ngada. Dipandang potensial karena sudah berorientasi ekspor dan prospektif menciptakan pertumbuhan ekonomi di daerah. Menurutnya, kelembagaan ekonomi klaster kopi berbentuk koperasi dengan jumlah anggota 1080 orang.
• Begini Cara Olah dan Manfaat Kulit Nenas Untuk Kesehatan, Jangan Dibuang!
• Sandang Koperasi Primer Nasional, KSP Kopdit Pintu Air Bisa Kembangkan Sayap Ke Berbagai Provinsi
Anggota kelompok ini tersebar ke dalam koperasi primer, yakni MPIG-AFB dan empat koperasi sekunder, yaitu Papa Wiu, Primavera, Kagho Masa dan Fa Masa dan Papa Taki.
"Selama ini mereka memasarkan produknya dari lokasi kebun langsung ke koperasi. Koperasi menjualnya ke PT. Indokom dan MTC. Lalu dua perusahaan ini, PT.Indokom dan MTC lalu menjualnya ke pembeli dari AS dan Australia," jelas Yosef.
Menurutnya, pemahaman mereka tentang budidaya, panen, pasca panen dan pemasaran sudah memadai berkat pendampingan dari Pemda dan NGO (VECO). Dari sisi produksi, total luas lahan yang dimiliki kurang lebih 6.500 ha. Rata-rata produksi sebanyak satu ton per ha kopi greenbean. Kopi AFB berasal dari dataran tinggi 900-1200 mdpl.
• Bhayangkari Sat Brimobda NTT Kembangkan Pecel Pincuk Kelor Teratai
Pada tahun 2012, Kementerian Hukum dan HAM memberikan sertifikat Indikasi Geografis dan menetapkan daerah ini menjadi daerah produksi kopi AFB. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Yeni Rachmawati)