Renungan Harian Kristen Protestan: Membangun Komitmen dengan Tuhan dan Solider dengan Sesama

Editor: Agustinus Sape
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pdt. Dr. Mesakh A.P. Dethan, MTh, MA

Lebih jauh kalau kita memperhatikan konteks dari teks ini, perikop dari teks ini termasuk dalam bagian nasehat Jakobus padal 5:7-20. Dalam bagian ini Jakobus menekankan bahwa jemaat sebagai persekutuan iman yang saling mendukung dan menghibur secara positif. Ayat 7-11 berisi nasehat-nasehat yang dikaitkan dengan pengharapan eskatologis, sedangkan ayat 12-20 berisi nasehat mengenai tindakan kasih yang diwujudkan dalam kata dan perbuatan di antara warga jemaat. Tetapi hal yang menghubungkan kedua bagian ini adalah pembalikan dari penghukuman kepada pendidikan atau perbaikan.

Dengan memberi contoh mengenai kesombongan atau arogansi dalam 4:11-5:6, Jakobus kemudian mengajak Jemaat untuk bertobat. Sebab bagi Jakobus kesombongan hanya menuntun kepada dunia yang rapuh dan terpecah-pecah oleh persaingan dan kekerasan. Karena itu ia mengajak  warga yang telah menyatu dalam iman kepada Yesus untuk tidak membangun suatu persekutuan  yang meniru persekutuan duniawi, melainkan membangun suatu persekutuan yang dituntun oleh Iman pada Kristus. Bagaimana bentuknya? Inilah yang kemudian diterangkan oleh Yakobus secara rinci dalam ayat 7-11 dan 12-20.

Dasar pemikiran Jakobus yang paling utama adalah bahwa jika seseorang memiliki hubungan yang akrab dan erat dengan Allah, maka hubungan itu haruslah juga tercermin dalam hubungannya dengan sesamanya, baik dalam kata-kata maupun perbuatannya.

Artinya sikap baik kita pada Allah menuntun kepada sikap baik kita pada sesama kita. Dengan memberi contoh-coontoh Jakobus menunjukan bahwa persekutuan atau persahabatan dengan Allah menuntun kepada sikap suatu solidaritas atau peduli pada orang lain selain dirinya sendiri.

Sebalinya menurut Jakobus persekutuan atau persahabatan dengan dunia hanya menuntun kepada kompetisi dan persaingan dan hanya menuntun kepada sifat ingin memiliki sebanyak-banyaknya atau segala-galanya, yang menjurus kepada egosime. Jika hal ini yang diiikuti, maka yang kaya bertambah kaya, sedangkan yang miskin bertambah miskin.

Gejala tidak hanya kita temukan di Indonesia, tetapi juga di negara-negara maju termasuk di Jerman („die Reicher werden reicher und die Arme werden armer“, terjemahan bebas: kaya bertambah kaya dan miskin bertambah miskin). Orang kaya bukanlah orang yang tidak beragama. Mereka rajin ke tempat ibadahnya sesuai agamanya, komitmen mereka pada Tuhan juga ada. Tetapi komitmen mereka seperti kisah sepasang suami istri di atas sulit diterima oleh orang kebanyakan. 

Itu sebabnya Jakobus dalam 5:1-6 mengeritik orang kaya dan orang yang berkuasa, dan menghibur orang-orang miskin yang ditindas oleh orang kaya dan para penguasa  (5:7 dst). Khususnya dalam ayt 8 dikatakan „sabar dan teguhkan hatimu“.

Kata kunci yang dipakai disitu adalah „makrothymia“ (sabar menanggung derita). Bagi Jakobus, sebelum hari kedatangan Tuhan, penindasan oleh orang2 kaya dan para penguasa akan terus berlanjut. Karena itu mereka perlu sabar dan menguatkan hati. Tetapi Jakobus juga mengingatkan orang-orang percaya itu sendiri, bahwa jika orang-orang berada dalam penindasan dan tekanan akan cenderuung stres, dan karena itu bisa saling bersungut-sungut dan saliing mempersalahkan satu sama lain(ayat 9).

Contohnya saat orang Israel ketika berada dalam penindasan di Mesir. Keluhan (stenagmos) mereka hendaknya ditujukan kepada Allah, yang mampu mendengar, dan jangan ditujukan kepada satu dengan yang lain. (keluaran 2:23-24). Paulus memberi contoh Ayub yang sabar, dan memberi upah dari kesabaran berliipat-lipat.

Selanjutnya dalam 5:13-16 wujud dari solidaritas dalam jemaat adalah saling mendoakan satu sama lain, terutama mereka yang sedang sakit. Apa yang dilakukan dalam 14 adalah praktek jemaat mula-mula (Kis. 3:6; 4:10) yang berakar dalam tradisi israel maupun  dalam pelayanan Yesus. Para tua2 mewakili jemaat yang peduli bagi mereka yang sakit. Minyak adalah model pengobatan yang umum dalam dunia Yunani Romawi pada waktu itu. Dan doa adalah tanda keyakinanan, kemotmitmen dan dukungan yang sungguh-dalam masa krisis.

Doa dengan keyakinan iman yang sungguh-sungguh dapat menyembuhkan orang yang sakit (baca ayat 15) Jakobus tidak membedakan antara keselamatan jiwa dan menyelamatkan hidup. Keyakinan Yakobus seperti apa yang Yesus sendiri katakan dalam Mat 7:7 "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.

Berita Terkini