Pengalaman lainnya, Amad pernah disambar dan dibelit sawa seukuran 4 meter yang coba ia tangkap setelah jatuh dari plafon rumah warga. Mari kita simak lanjutan kisahnya.
Alat Tangkap Ular
Berikut peralatan kerja yang selalu menyertai kakek pemburu ular piton (python reticulatus) tersebut.
Rujak besi. Bentuknya berupa batang besi seukuran diameter telunjuk orang dewasa dengan panjang batang sekitar 1,5 meter yang salah satu ujungnya lancip.
"Batang besi ini untuk merujak (menusuk-nusuk) rawa yang diperkirakan ada ularnya," ujar Amad.
Kemudian di pinggang Amad ada sebilah parang. Jenis parang lais (panjang melengkung) ini gunanya sebagai alat pertahanan diri jika diserang ular, sekaligus menebas semak belular.
Amad juga tak pernah ketinggalan membawa tas selempang. Dalam tas kecil itu ada tali kenur yang biasa digunakan untuk mengikat ekor ular.
Dalam tas itu juga ada beberapa gelang karet yang gunanya mengunci mulut ular setelah kepalanya ditangkap.
Masih dalam tas, juga ada beberapa pisau silet. Ini adalah senjata tajam yang ia andalkan untuk menguliti sawa jika harus dilakukan di tempat.
"Dengan silet ini saya menyayat tubuh ular dari bagian bawah kepala hingga ke ekor," terangnya.
Amad yang perokok juga menyimpan beberapa puntung rokok di tasnya. Seperti diceritakan di tulisan bagian pertama, puntung rokok berguna untuk mematikan ular sawa.
Puntung rokok dimasukkan ke mulut sawa. Supaya cepat tertelan, kemudian mulut ular dikantupkan dan diikat rapat dengan gelang karet. Beberapa waktu dibiarkan, ular pun mati.
Apakah ada ilmu magis atau ritual tersendiri untuk menangkap ular? Menurut Amad ia tak punya ilmu dan tidak melakukan ritual apapun.
"Semua saya lakukan adalah berdasar pengalaman belaka. Dan alhamdulillah sampai sekarang tak ada mengalami celaka," pungkasnya.
(banjarmasinpost.co.id)