POS-KUPANG.COM | MAUMERE - Kabar longsor pasir di lahan milik Januarius Joni yang dibawa Heri, staf Desa Hale, Kecamatan Mapitara, Kabupaten Sikka, Pulau Flores, Senin (7/1/2018) bagaikan petir menyambar didengar Joni. Pagi itu Joni berada di kantor Desa Hale membicarakan rencana pembangunan rabat jalan.
Mendengar kabar itu Joni hendak kembali ke Dusun Watuwolot,namun Heri keras melarangnya. Heri mengendarai sepeda motor melaju kencang ke Watuwolot. Dalam hati Joni menduga terjadi musibah besar.
“Dia larang saya jangan kesana, keluarga korban sudah mengamuk. Dalam hati saya, pasti ada sesuatu (kejadian) yang besar. Mungkin ada orang banyak tertimbun di dalam lubang (penggalian pasir),” kisah Joni di Mapolres Sikka, Selasa (8/1/2018) siang.
• Merayakan HUT ke-7 STKIP NBF Mbay di Nagekeo Gelar Baksos
Ia memutuskan tak kembali lagi ke rumahnya. Meski batinnya memikirkan istri dan kedua anaknya yang mungkin ikut tertimbun pasir.
Mengendarai sepeda motor, Joni berjalan sampai di batas desa. “Saya jalan kaki masuk hutan. Sampai di alan raya di Desa Hebing. Saya cegah mobil polisi dari lokasi kejadian menuju Maumere” ujar Joni.
• Bawaslu Tertibkan APK di Semua Wilayah di Sumba Barat Daya
Mengenakan kain sarung warna hitam dan baju kaos putih, Joni mengaku kepada anggota polisi sebagai pemilik lahan. Ia minta mengamankan diri ke kantor polisi.
Menurut Joni, para korban sering datang menambang pasir di lahan miliknya. Setiap tiga sak pasir yang berhasil digali dibayar Rp 5.000. Pasir itu kemudian dijual Rp 200.000/pikap (diantar) atau Rp 100.000 jika pembeli menyediakan kendaraan.
Lokasi penggalian pasir di samping rumahnya telah lama diambil merupakan lahan warisan neneknya. Lubangnya cukup dalam, karena itu harus ekstra bila akan mengambil pasir.
“Rencananya mau dihentikan, karena sudah dekat batas dengan lahan milik bapak besar,” imbuh Joni. (Laporan Reporter Pos-Kupang.Com, Eginius Mo’a)