POS-KUPANG.COM | KUPANG - Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Lamboya (Ipmalaya) Kabupaten Sumba Barat mendatangi Kantor Gubernur NTT. Mereka mempertanyakan perkembangan kasus kematian Poro Duka.
Pantauan POS-KUPANG.COM, Ipmalaya hadir membawa bendera Merah Putih dan bendera Ipmalaya serta beberapa karton. Karton itu bertuliskan,Cabut Izin PT Usaha Tani Lestari, Lindungi Hutan Rakyat, Usut kematian Poro Duka. Mereka juga mendesak Polsek Lamboya segera menuntaskan kasus Poro Duka.
Saat tiba, mereka diterima Karo Humas Sekda NTT, Drs. Semuel Pakereng, M.Si. Saat itu mereka menyerahkan pernyataan sikap yang berisi beberapa tuntutan.
• Wiranto Terbuka jika SBY Ingin Bertemu Bahas soal Perusakan Atribut Demokrat
Pertama, pihak PT UsahaTani Lestari harus bertanggungjawab atas kerusakan hutan adat di Maddala.
Kedua, Kapolsek Lamboya harus tegas, obyektif dan transparan dalam menangani kasus penebangan liar di Hutan Adat Maddala.
• Perusakan Atribut Kampanye di Riau, Wiranto: Oknum Demokrat dan PDI-P Terlibat
Ketiga, tangkap pelaku yang melakukan penebangan di Hutan Adat Maddala. Keempat, meminta Kapolda NTT agar memberi penegasan kepada Kapolsek Lamboya dalam penanganan kasus tersebut.
Kelima, meminta DPRD NTT agar membuat peraturan gubernur agar hutan adat di NTT bisa dilindungi. Enam, meminta Kapolres Sumba Barat turun langsung menangani kasus penebangan hutan Maddala.
Tujuh, meminta pertanggungjawaban para pelaku pencurian kayu di hutan adat yang mengatasnamakan Gereja Kapakabiha.
Delapan, meminta agar PT Usaha Tani Lestari segera mengangkat langkah dari hutan adat Maddala dan jangan melakukan aktivitas lagi.
Sembilan, meminta Pemda Sumba Barat agar segera mendukung penunjukkan batas-batas dan penanaman pilar hutan adat Maddala dengan tegas.
Kesepuluh, yakni mengusut tuntas kasus meninggalnya Poro Duka.
Saat berorasi, Oktavianus Lakang Rita salah satu orator mengatakan, kehadiran mereka untuk menyampaikan sejumlah persoalan di Sumba Barat.
"Masalah yang kami rasakan soal hutan rakyat yang sudah diambil oleh PT. Usaha Tani Lestari," kata Oktavianus.
Korlap Alexander H. Marabbi mengatakan, masalah tanah di Sumba Barat sudah banyak memberi dampak. Banyak petani meninggal ditembak oleh petugas.
"Kami alami, saudara kami, Poro Duka, sampai saat ini belum ada kejelasan," kata Marabbi.
Dia mengaku kesal karena kasus di Lamboya, bahkan selain kasus Lamboya di Sumba Barat secara khusus dan Sumba umumnya masyarakat sudah sulit berusaha di khususnya di laut. "Pesisir pantai banyak yang sudah dikuasai oleh investor. Kita minta ada perhatian pemerintah," katanya.
Karo Humas Sekda NTT, Drs. Semuel Pakereng, M.Si mengatakan, dirinya mengapresiasi kehadiran elemen pelajar dan mahasiswa dari Lamboya.
"Kami bersyukur karena adanya aspirasi dari adik-adik. Pernyataan secara tertulis akan saya terima dan sampaikan ke bapak gubernur," kata Semuel. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oby Lewanmeru)