Laporan Reporter Pos Kupang.Com, Adiana Ahmad
POS-KUPANG.COM, KUPANG--PKB/PLKB dan PPKBD/Sub PPKBD merupakan ujung tombak keberhasilan program keluarga berencana karena mereka yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.
Mereka bergerak dari desa ke desa tanpa mengenal lelah. Sebagai wujud penghargaan terhadap kerja keras mereka, BKKBN Provinsi NTT tahun ini membuat sebuah kegiatan yang diberi nama Jambore Gesit dengan mengumpulkan PKB/PLKB dan PPKBD/Sub PPKBD dari seluruh NTT di Kupang.
Forum ini juga sebagai media sharing PKB/PLKB dan PPKBD/Sub PPKBD dari kabupaten/ kota yang ada di NTT.
Baca: Bupati Sumba Timur Dengar Informasi Dirut Bank NTT diambil dari Luar
Kepala BKKBN Provinsi NTT, Marianus Maukuru, S.E, M.Ph yang ditemui di sela-sela kegiatan Jambore Gesit di Lantai V Hotel Silvia-Kupang, Senin (26/11/2018), mengungkapkan alasan Pelaksanaan Jambore Gesit 2018.
“Mereka butuh refresing untuk mendapatkan informasi program terkini sehingga mereka bisa paham. Di sini mereka bisaa mendapatkan media yang bisa digunakan untuk meningkatkan cakupan program.
Di forum ini, kita juga memberikan motivasi dan semangat kerja kepada mereka sehingga mereka tidak merasa sendirian di lapangan. Di sini mereka saling sharing pengalaman karena setiap kabupaten memiliki pengalaman berbeda-beda. Ini juga sebuah penghargaan kepada kader yang selama ini bekerja sukarela sehingga mereka juga merasa diperhatikan,’ kata Marianus.
Marianus mengungkapkan, ada beberapa target dari Jambore Gesit yang hendak dicapai.
Baca: IWAPI dan Facebook Latih Ratusan Pengusaha Muda NTT Melakukan Pemasaran Digital
“Target kita, pengetahuan mereka bertambah berkaitan dengan isu-isu program. Dari pengetahuan yang mereka dapat, mendorong mereka agar bekerja lebih semangat lagi. Ada teknik/ cara agar mereka memiliki kemampuan dan keterampilan untuk melakukan pendekatan kepada calon peserta KB.
Mereka juga mampu membuat media dalam menyampaikan program sehingga program bisa diterima oleh masyarakat. Semua kita berikan sehingga ke depan cakupan program lebih luas.
Mereka memiliki pengetahuan, sikap yang positif dan perilaku yang mendorong masyarakat untuk mengikuti KB,” demikian Marianus.
Marianus mengatakan, NTT merupakan provinsi dengan cakupan program KB paling rendah di Indonesia. Karena itu, kata Marianus, mulai tahun ini BKKBN NTT menata betul pelaksanaan program KB di NTT.
Meski menyandang status dengan cakupan program terendah, namun Marianus tetap optimis, NTT suatu saat bisa melampaui daerah lain.
“Kita tidak boleh membiarkan hal itu terus terjadi. Kita sebetulnya malu dan bosan dengan ketertinggalan. Kita bertekad suatu ketika kita harus maju seperti provinsi lain. Oleh karena itu, kita buat strategi.
Baca: Waspada Berlayar di Laut Sawu Bagian Selatan Potensi! Tinggi Gelombang 2 Meter
Pertama, kita buat visi misi operasional. Visi operasionl kita adalah Program PPBKBD menjadi program prioritas kabupaten/ kota dan menjadi kebutuhan masyarakat. untuk mewujudkan visi itu, kita menciptakan enam misi operasional:
pertama, revolusi advokasi KIE yang berkualitas sehingga pembuat kebijakan bisa paham terhadap program dengan menjadikan sebagai prioritas pembangunan. Kedua, KIE meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarkat sehingga bisa menjadi peserta KB.
Ketiga, terus membangun keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Keempat, melakukan advokasi kepada pemerintah daerah untuk merencanakan pembangunan yang berwawasan kependudukan.
Kelima, terus membangun kemitraan dengan banyak pihak termasuk media massa. Keenam, meningkatkan sumber daya manusia disamping menerapkan disiplin kerja yang tepat,”jelas Marianus.
Ia mengatakan, sejak pengelolaan PLKB dikembalikan ke pemerintah pusat 1 Januari 2018, pihaknya telah merumuskan stategi, antara lain; PLKB harus memiliki data NAP, (data PUS by name, by address, by phone) per RT. Data itu dimasukan dalam aplikasi Maritia, .
“Melalui aplikasi itu kita bisa mendeteksi data peserta KB. Atau calon peserta KB. Misalnya kita klik ibu hamil langsung keluar namanya siapa, kapan dia melahirkan.
Sebelum melahirkan, harus ada konseling. Dia melahirkan kapan, dengan bantuan siapa, di fasilitas kesehatan mana. Jadi satu paket. setelah melahirkan menggunakan kontrasepsi apa,” demikian Marianus.
Dikatakan Marianus, di NTT kurang lebih 100.000 persalinan setiap tahun . Jika jadi mereka dijaring menjadi peserta KB dan jarak kelahiran diatur sampai tiga tahun, jelas Marianus, ada 100.000 keluarga yang memiliki anak mendapat perhatian untuk tumbuh kembangnya. “Anak-anak itu fisiknya bagus, otaknya juga bagus,” katanya.
Marianus menambahkan, cakupan program, peserta KB baru di NTT sampai bulan September 2018 telah melampaui target. “Jadi sebenarnya sudah melampui. Target yang diberikan pemerintah pusat 27.000, yang kita capai 34.000. Tambahan untuk peserta KB aktif sendiri sudah melampui. Jadi dua bulan kita jaga betul jangan ada yang drop out.,” ungkap Marianus.
Marianus mengungkapkan, saat ini jumlah Peserta KB aktif sudah 400.000 lebih dari jumlah PUS (pasangan usia subur) 680.000 lebih. (*)