Berita NTT

Berdinding Bebak! Beratap Daun Lontar Sekolah Ini Hasilkan Profesor, Doktor, Pengusaha

Editor: Ferry Ndoen
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

alumni SMAK Giovani Kupang, angkatan 1966, kepada para guru dan siswa sekolah tersebut, saat ia dan beberapa alumni angkatan 1966. mengunjungi sekolah tersebut pada Jumat (23/11/2018)

 POS-KUPANG.COM | LAUS MARKUS GOTI. Para alumni SMAK Giovani Kupang, foto bersama dengan Kepala Sekolah di halaman sekolah, Jumat (23/11/2018).

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Laus Markus Goti

POS-KUPANG.COM | KUPANG - Walaupun berdinding bebak, beratap daun lontar, salah salah satu sekolah Katolik di Kota Kupang sudah menghasilkan profesor, doktor dan pengusaha sukses.

Wajah SMAK Giovani Kupang saat ini memang jauh berbeda dengan SMAK Giovani di tahun 1966.

Baca: Pria Brebes Nekat Potong Kelamin Pakai Golok! Di Sikka Pria Besarkan Kelamin Pakai Bimoli

Baca: Selama Operasi Zebra Turangga 2018 Satlantas Polres Sumba Timur Temukan Banyak Pelanggaran

Salah satu sekolah Katolik di Kota Kupang ini, kini tampak megah, memiliki gedung bertingkat dan dilengkapi berbagai sarana dan prasarana yang memadai.

Demikian disampaikan oleh Fredy Lai, ketua alumni SMAK Giovani Kupang, angkatan 1966, kepada para guru dan siswa sekolah tersebut, saat ia dan beberapa alumni angkatan 1966. mengunjungi sekolah tersebut pada Jumat (23/11/2018).

"Dulu SMAK Giovani hanya berdinding bebak, beratapkan daun lontar. Fasilitasnya itu-itu saja, tidak seperti sekarang ini. Tapi dalam kesederhanaan itu kami selalu bersemangat untuk belajar dan sekolah," ungkap Fredy.

Ia mengatakan, semangat belajar yang tinggi dan menggebu-gebu dibarengi kerja keras dan dukungan dari orangtua dan para guru, membuahkan hasil.

Sebagian besar angkatannya berhasil meraih gelar profesor, doktor dan bekerja di lembaga pemerintah maupun swasta. Selain itu, ada pula yang menjadi pengusaha sukses, di dunia mode, perhotelan dan sebagainya.

Bahkan, salah satu angkatan mereka, Dr. Ir Aris Tanone saat ini ada yang bekerja di Naza.

Jumlah alumni angkatan 1966 saat ini tersisa 23 orang, yang lain sudah meninggal, beberapa yang lain, saat ini tinggal dan bekerja di luar negeri.

Ia menceritakan, di zamannya, mereka tidak memiliki seragam seperti yang dikenakan oleh siswi-siswi SMAK Giovani saat ini. Saat duduk di bangku kelas 1 SMA, mereka mengenakan pakian bebas. "Kami pakai bebas saja, celananya pendek," ungkap Fredy sembari tersenyum.

Saat masuk kelas dua, kata Fredy, mereka lalu diwajibkan mengenakan kemeja putih dipadu celana panjang hitam.

Beberapa siswa-siswi yang mendengar cerita Fredy, tampak mengerutkan dahi. Vera salah seorang siswi-siswi menggeleng-gelengkan kepala sembari bergumam "Kok bisa ya, dalam keadaan serba berkekurangan, kini mereka bisa sukses".

Saat diwawancarai POS-KUPANG.COM, usai berbagi cerita dengan para guru dan siswa di aula SMAK Giovani, Fredy mengatakan, mereka sangat rindu almater tercita mereka.

"Untuk itulah kami datang ke sini, kami ingin melihat perkembangan sekolah ini, dan kami bangga ada banyak kemajuan," ungkap Fredy.

Selain itu, lanjutnya, mereka ingin memberi motivasi kepada siswa-siswi untuk lebih giat belajar supaya bisa jadi orang sukses.

Menurutnya, siswa-siswi SMAK Giovani saat ini bisa menikmati banyak fasilitas yang mendukung proses pendidikan. Selain itu kemajuan di bidang teknologi dan informasi juga sangat mendukung.

Untuk itu ia berharap para siswa bisa memanfaatkan itu dengan sebaik-baiknya demi meningkatkan sumber daya manusia.

Theresia Hizkia, salah satu alumni, mengatakan, kendati sekarang sudah banyak perubahan ia berharap siswa-siswi tetap menjaga persatuan, kerukunan dan kebersamaan.

"Sekarang dengan kemajuan teknologi dan informasi, anak-anak seringkali menghabiskan waktu dengan kesibukan mereka sendiri, sibuk dengan handphonenya, game dan sebagainya," ungkap Theresia.

Theresia mengingatkan siswa-siswi jangan lupa untuk berbagi dan bersosialisasi dengan sesama, baik dilingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

"Kita harus berbagi dengan sesama kita, di situ juga kita belajar dari kehidupan bersama. Kita hadir mendukung teman, kenalan dan orang-orang yang membutuhkan," ungkap Theresia.

Kepala SMAK Giovani, Romo Yasintus Efi, Pr, mengatakan, pihaknya sangat berbangga dengan dengan kehadiran alumni angkatan 1966. "Kami sangat bahagia, didatangi oleh mereka. Itu menunjukkan betapa mereka begitu mencintai dan memerhatikan sekolah ini," ungkapnya.

Ia mengapresiasi perjuangan dan semangat belajar alumni angkatan 1966 hingga bisa menjadi orang sukses. "Di jaman yang serba terbatas dari segi sarana dan prasarana mereka bisa menjadi sukses baik dari pendidikan maupun karir, saya kira ini karena didorong oleh semangat dan tekad yang kuat," ungkapnya.

Mendengar sharing dari alumni angkatan 1966, kata Romi Yasintus, ia merasa ditantang untuk berbuat lebih bagi SMAK Giovani Kupang. Tidak hanya itu, ia berharap siswa-siswi dan para guru juga harus benyak belajar dari pengalaman alumni.

"Yah, mereka saja yang saat itu serba kekurangan, bisa raih pendidikan tinggi dan dalam karir pun berhasil. Nah saya, para siswa dan para guru yang di hidup di zaman sekarang ini, dengan segala fasilitas yang ada harus bisa berbuat lebih. Untuk itu, semangat belajar dan mendidik harus lebih ditingkatkan lagi," ungkapnya. (*)

Berita Terkini