Sementara, partisipan dengan hubungan sosial yang lebih kuat memiliki kemungkinan bertahan hidup 50 persen lebih lama.
Ada pun studi lainnya melibatkan 3,4 juta partisipan, dan fokus pada kesepian subjektif dan isolasi sosial fisik.
Hold-Lunstad menemukan, kedua fakror bisa meningkatkan risiko kematian dini.
Menurut dia, risiko tersebut melebihi risiko obesitas, ketidaktifan fisik dan polusi udara.
2. Depresi
Menurut Donovan, kesepian bisa menjadi faktor tumbuhnya depresi.
Salah satu buktinya adalah studi pada tahun 2006 lalu, yang melihat hasil dari dua studi berbasis populasi lainnya yang mempelajari orang-orang usia muda dan dewasa.
Kedua studi menemukan, kesepian tingkat tinggi berhubungan dengan gejala depresi dan keterkaitan ini cenderung bertahan stabil sepanjang usia seseorang.
3. Memicu peradangan
Steve Cole, seorang profesor ilmu kedokteran, psikiatri dan ilmu biobehavioral di UCLA melakukan studi pada 2017 yang mempelajari orang-orang yang merasa kesepian.
Secara lebih spesifik, studi tersebut menemukan kelompok gen pembawa inflamasi cenderung lebih aktif pada mereka yang kesepian.
Reaksi genetis ini berlangsung dari generasi ke generasi.
Tubuh kita masih melihat kesepian dan isolasi sebagai ancaman sejak berabad-abad lalu, ketika arti kesepian masih terbatas pada serangan hewan atau kelompok orang lainnya.
Inflamasi merupakan mekanisme pertahanan yang dilakukan tubuh untuk menghadang infeksi dan cedera.
Namun, inflamasi yang berlebihan bisa memicu sejumlah penyakit serius, seperti kanker.