Laporan Wartawan POS-KUPANG.COM, Yeni Rachmawati
POS-KUPANG.COM | KUPANG-TENUN ikat tidak hanya di NTT, tapi juga di daerah lainnya. Karena itu, NTT harus berbenah diri, apalagi sudah ada motif tenun ikat yang sudah diprinting di daerah lain.
"Tenun tidak hanya di NTT, tapi ada juga di Maluku, NTB dan daerah lainnya. Kita harus membenah diri, karena motif kita sudah diprinting oleh daerah lain. Maka itu kita harus menjaga kualitas yang bagus dengan harga yang harus bersaing. Karena itu, etos kerja penenun harus diperhatikan," tegas Julie.
Julie menekankan untuk menjaga kualitas dan tidak boleh mengubah motif yang mempunyai nilai dan filosofi dari leluhur. Karena memiliki nilai jual.
Baca: Butuh Rumah NTT Untuk Tampung Hasil Tenun Perajin Tenun Ikat
Baca: Sudah Punya Kekasih, Yuk Kirimkan 6 Pesan Indah Ini Setiap Hari Untuknya
Untuk itu, lanjutnya, Dekranasda NTT akan bekerja sama dengan dinas-dinas terkait untuk memberikan solusi kepada pengrajin.
Menurut kepala dinas, demikian Julie, para perajin generasi muda sudah tidak lagi menenun.
"Kenapa nona-nona cantik tidak mau menenun? Penenun selama ini menenun hanya sambilan, sudah dari kebun baru menenun. Kenapa mengandalkan sesuatu yang musiman seperti bertani dan nelayan. Padahal leluhur meninggalkan budaya menenun tanpa kenal musim," tegasnya.
Fashion Desainer, Musa Widyatmodjo, juga hadir. Ia mengatakan, kreasi tenunan yang ada di NTT luar biasa, tapi kalau tidak diperhatikan maka ke depan tak bisa dijamin masa depannya.
Ia mengakui NTT memiliki banyak motif dari berbagai daerah yang indah-indah.
"Jadi putera-puteri NTT harus menghafal asal kain tenun dari setiap daerah dari motifnya. Kalau dulu pakai kain tenun hanya dililit di badan, tapi sekarang sudah lebih modis. Jadi mau merombak masa depan tenunan NTT harus diubah dari penenun, desain dan konsumennya," kata Musa. (*)