Laporan Reporter POS KUPANG.COM, Eginius Mo’a
POS-KUPANG.COM|MAUMERE--Pengurangan alokasi vaksin rabies ke Kabupaten Sikka, Pulau Flores, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ikut mendorong naiknya kasus rebies di Sikka. Sampai bulan Agustus 2018 ditemukan 29 spesimen positif rabies.
“Trend angka rabies mulai tahun lalu (2017) ditemukan 11 spesimen positif menjadi 29 spesimen positif di 2019. Salah satu sebabnya alokasi vaksin rabies untuk Sikka berkurang 50 persen,” kata Drh. Maria Margaretha Siko, Kepala Bidang Kesehatan Hewan, mewakili Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Sikka, Ir. Hengky Sali, dikonfirmasi POS-KUPANG.COM, Selasa (17/4/2018) di Maumere.
Ia menjelaskan, alokasi vaksin rabies untuk Sikka dari Kementrian Pertanian RI dikirim ke Dinas Peternakan NTT selama 2012-2014 sebanyak 80.000 dosis berkurang menjadi 33 ribu dosis atau berkurang 50 persen.
“Sebelumnya, kami bisa vaksin dua kali setahun. Kami selalu sisir ulang terhadap anjing yang tidak tervaksin sebelumnya atau populasi baru anjing yang baru beranak. Sekarang tidak bisa kita lakukan, persediaan vaksin sangat terbatas,” kata Metha, sapaan Margaretha.
Keadaan ini lebih memprihantikan di tahun 2018, vaksin dialokasikan 33 ribu dosis. Tetapi, biaya operasional hanya untuk 12 ribu ekor. Vaksin yang telah dikirim 21 ribu dosis dan yang sudah terpakai 12.120 dosis.
“Sisanya kita harus cari biaya lagi. Petugas ke sana kemari, kan butuh biaya operasional,” ujar Metha.
Selain alokasi vaksin, Metha mengakui, populasi anjing baru bertambah setiap tahun.
“Alokasi vaksin semakin kurang, anjing divaksin makin sedikit. Padahal kalau alokasi vaksin banyak, maka makin banyak anjing yang terlindungi,”tandas Metha.
Selain juga kesadaran pemilik anjing, meski prosentasenya diakui Metha relatif kecil. “Tidak semua pemilik anjing yang kami datangi secara sukarela serahkan anjing untuk divaksin. Ada juga yang tidak mau. Anjing yang kami lihat keluar masuk di rumahnya saat kami datang, dibilang bukan miliknya,” imbuh Metha. (*)