Berita Pendidikan

Ini Yang Didapatkan Tiga Pelajar SMPK Sint Vianney Soe Saat Ikut Lomba Opsi di Surabaya

Penulis: Dion Kota
Editor: Apolonia Matilde
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Dion Kota

POS-KUPANG.COM|KUPANG - Tiga pelajar dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) Katolik Sint Vianney SoE, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) mengikuti Lomba Olimpiade Penelitian Siswa (Opsi) tingkat nasional di Surabaya yang diselenggarakan Kementrian Pendidikan RI di Hotel Sweet Surabaya. Lomba Opsi tersebut diikuti oleh 34 provinsi di Indonesia.

Ketiga siswa tersebut merupakan pelajar Kelas IX, SMPK Sint Vianney, yakni Lusia Faradevi Lamahura, Valencia Aneli Pae Ede Siga, dan Yudhistira Putra Imanuel.

Kepada Pos Kupang di sekolah tersebut, Kamis (16/8/2018), ketiga siswa tersebut mengaku senang mendapatkan kesempatan mengikuti perlombaan dan mendapatkan banyak manfaat dari perlombaan tersebut.

Baca: Hari ini Purna Paskibraka NTT 2018 Dikukuhkan di Kupang

Walaupun belum berhasil menjadi juara, ketiga pelajar yang mewakili Propinsi NTT tersebut menorehkan prestasi tersendiri dengan menyabet penghargaan sebagai presentasi terbaik pada lomba tersebut.

Selain diberikan kesempatan untuk mempresentasikan penilitian dengan judul

"Pemanfaatan Tabungan Bambu Dalam Meningkatkan Pajak Bumi dan Bangunan", ketiga pelajar tersebut juga diberikan kesempatan memamerkan kebudayaan asli TTS.

Didampingi Kepala Sekolah SMPK Sint Vianney Soe, Romo Johannes A Tnomel, ketiga siswa tersebut memperkenalkan budaya TTS, seperti selendang, peralatan makan dan tentunya tabungan bambu sebagai salah satu budaya khas TTS.

"Kami senang sekali bisa mengikuti perlombaan tersebut karena bisa dapat teman baru, belajar budaya dari berbagai daerah di Indonesia, bisa mempresentasikan hasil penelitian, bertemu profesor dan tentunya berkesempatan memperkenalkan budaya TTS melalui pameran budaya," ujar Lucia Faradevi Lamahura.

Menurut Lucia, walaupun belum berhasil menyabet juara, tetapi mereka mendapatkan banyak manfaat dari perlombaan tersebut dan membuat mereka terpacu mengikuti perlombaan-perlombaan tingkat nasional lainnya.

Terkait kualitas dari para peserta lainnya, peserta lainnya, Yudhistira Putra Imanuel, mengtakan kualitas para peserta hampir sama.

Namun, katanya, yang membedakan hanya di daerah lain, khususnya di Jawa, penelitian sudah menjadi kebiasaan di sekolah-sekolah menengah pertama (SMP).

Setiap tahun, kata Yudhistira, para pelajar sudah memiliki proyek penelitian masing-masing.

Sedangkan di Propinsi NTT khususnya di TTS, katanya, penelitian ilmiah masih merupakan suatu hal yang baru untuk anak tingkat SMP.

"Kalau di daerah jawa, anak-anak SMP sudah terbiasa dengan penelitian ilmiah, sedang kita di sini (TTS) belum terbiasa. Ini yang harus diubah ke depan agar bisa bicara lebih banyak di perlombaan Opsi tahun-tahun mendatang," ujarnya. ( din)

Kepala SMPK Sint Vianney SoE, Romo Johannes A Tnomel, mengatakan tak kecewa walau peserta didiknya belum mampu meraih juara perlombaan Opsi tingkat nasional.

Romo Tnomel, mengatakan sudah mampu lolos seleksi dan diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil penelitian ilmiah 'Pemanfaatan Tabungan Bambu Dalam Meningkatkan Pajak Bumi dan Bangunan' sudah merupakan prestasi tersendiri.

Karena, untuk bisa masuk babak presentasi hasil penelitian ilmiah para peserta harus bersaing dengan ribuan hasil penelitian dari para peserta di seluruh Indonesia.

"Dalam perlombaan pasti ada kalah dan ada yang menang. Kali ini, kami belum mampu menjadi pemenang. Namun saya pribadi bangga karena hasil penelitian anak-anak bisa lolos sampai tingkat nasional. Tidak hanya itu, dengan masuk babak presentasi, anak-anak diberikan kesempatan langka. Tidak banyak anak-anak NTT bisa menyampaikan hasil penelitian ilmiah dan memamerkan budaya khas TTS di hadapan para profesor dari berbagai perguruan tinggi ternama di Indonesia yang menjadi juri dalam perlombaan tersebut. Apa lagi, anak-anak kita mampu meraih predikat presentasi terbaik. Itu suatu yang membanggakan," katanya.

Dia mengaku, kualitas anak-anak TTS tidak berbeda dengan anak-anak dari daerah lainnya di Indonesia. Namun harus diakui, kebiasaan melakukan penelitian ilmiah belum dimiliki anak-anak TTS.

Baca: Obor Mas Maumere Satu-satunya Kopdit di Indonesia Salurkan KUR

Menurut Romo Tnomel, ke depan Dinas Pendidikan Kabupaten TTS juga harus membuat perlombaan penelitian tingkat SMP untuk membiasakan anak-anak TTS dengan penelitian ilmiah.

Selain itu, katanya, sekolah juga harus membiasakan siswa untuk membuat proyek penelitian di setiap semester agar anak-anak terbiasa untuk meneliti.

"Kalau bicara kualitas, anak-anak kita tidak kalah dengan anak-anak dari daerah lain di Indonesia. Namun yang harus kita kejar bagaimana membudayakan penelitian ilmiah di tingkat SMP. Anak-anak di daerah lain sudah terbiasa dengan penelitian ilmiah karena setiap semester mereka diberikan project penelitian. Ini yang harus kita adopsi ke depannya," katanya.

Dia berharap dengan adanya perwakilan dari SMPK Sint Vianney Soe yang mengikuti perlombaan Opsi tingkat nasional bisa menularkan semangat meneliti bagi para siswa-siswi SMPK Sint Vianney Soe lainnya.

Ke depan, katanya, akan mencoba menerapkan terobosan baru di SMPK Sint Vianney Soe. (*)

Berita Terkini