“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima’), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari & Muslim).
Maka sudah seharusnya kita mengikuti apa saja yang dilakukan Nabi Muhammad SAW di sepertiga malam terakhir bulan Ramadan, agar kita lebih dekat dengan Allah SWT dan memperoleh kemuliaan atau keutamaan malam Lailatul Qadar.
Ciri-ciri malam lailatul qadar
Satu di antara peristiwa penting pada momen bulan suci Ramadan yaitu datangnya malam lailatul qadar.
Menurut berbagai riwayat, malam yang digadang-gadang oleh seluruh umat Islam di dunia ini datang pada 10 hari terakhir bulan Ramadan, khususnya di tanggal-tanggal ganjil.
Namun, datangnya malam lailatul qadar tidak seorang pun yang mengetahui tepatnya kapan.
Selama ini umat Islam hanya membaca tanda-tanda malam yang menurut lebih baik dari 1000 bulan ini.
Betapa mulianya malam lailatul qadar karena mampu membawa seorang hamba pada ketakwaan yang hakiki.
Lalu, benarkah pertanda malam lailatul qadar di antaranya membekunya air, heningnya malam, dan menunduknya pepohonan, dan sebagainya?
Yang pasti, dan ini harus diimani oleh setiap muslim berdasarkan pernyataan Alquran, bahwa “Ada suatu malam yang bernama lailatul qadar” (QS Al-Qadr 1) dan malam itu merupakan “malam yang penuh berkah di mana dijelaskan atau ditetapkan segala urusan besar dengan kebijaksanaan” (QS Ad-Dukhan 3).
Ditegaskan dalam Alquran, malam tersebut adalah malam mulia, tidak mudah diketahui betapa besar kemuliaannya.
Ini diisyaratkan oleh adanya “pertanyaan” dalam bentuk pengagungan, yaitu “Wa ma adraka ma laylatul qadar.”
Untuk memperoleh pemahaman yang jernih terkait malam lailatul qadar, Muhammad Quraish Shihab (1999) memberikan sejumlah keterangan terkait arti kata qadar.
Mufassir kenamaan tersebut memaparkan tiga arti pada kata qadar tersebut.
Pertama, qadar berarti penetapan atau pengaturan sehingga lailatul qadar dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia.