GMIT Launching Web Unit Bahasa dan Budaya GMIT

Penulis: Hermina Pello
Editor: Ferry Ndoen
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana di GMIT Kefas Kampung pada pembukaan bulan Bahasa pada Minggu (6/5/2018)

Laporan Wartawan POS-KUPANG. COM, Hermina Pello

POS-KUPANG. COM, KUPANG - - Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) telah melaunching Web Unit Bahasa dan Budaya GMIT. Dr Godlief Neonufa dari MS GMIT pada kebaktian pembukaan Bulan Bahasa di GMIT Kefas Kampung Baru, Minggu (6/5/2018).

"Sebagaimana yang bisa kita akses atau kita Website gmit yakni www.sinodegmit. co.id dan Unit bahasa dan budaya (UBB) GMIT. Di dalam website ini ada Alkitab dalam bahasa daerah dan buku nyanyian berbahasa daerah," katanya.

Godlief menambahkan ada juga pengakuan Iman, doa Bapa Kami, kebaktian bernuansa etnik yang diselenggarakan di bebebapa jemaat gmit. Semua bahan dapat dimanfaatkan atau diolah untuk menghasilkan bentuk liturgi kebaktian yang dapat dipakai.

Khusus untuk UBB majelis sinode gmit tidak lupa terima kasih kepada Prof dan tim yang bekerja keras untuk mentransfer berbagai bahasa daerah ke dalam Alkitab bahasa daerah yang diharapkan jadi alat yang sangat mudah untuk pelayanan demi kemuliaan nama Tuhan ditengah etnis.

Baca: Jelang Pemilukada, Surat Uskup Maumere Dibacakan di Semua Gereja

"Saya mewakili majelis Sinode GMIT mengajak kita memohon penyertaan dari Allah dan mengucapkan syukur
Luncurkan web UPP GMIT pada hari ini di Jemaat Kefas Kampung Baru Oetete untuk digunakan pada semua aktivitas pelayanan untuk kemuliaan nama," katanya.

Mengenai Bulan Bahasa, katanya, tema yang diangkat berasal dari keprihatinan adanya perkembangan teknologi dan informasi modern maka bahasa dan budaya setempat semakin jarang digunakan.

" Tidak jarang ditemukan banyak keluarga yang tidak mengerti bahasa daerah karena semua menggunakan bahasa Indonesia. Ternyata bahasa dan budaya lokal tidak tumbuh dengan banyak di tengah keluarga. Contohnya keluarga saya., saya orang Timor dan istri saya orang Sumba tapi anak anak saya tidak ada yang tahu bahasa daerah, "katanya.

Di Indonesia ada 746 bahasa daerah dan di NTT ada 61 bahasa. Menurutnya, patut disayangkan beberapa bahasa daerah sedang terancam punah karena jarang digunakan sebagaimana kata bijak dimana bahasa menunjukkan lokal merupakan identitas dari masyarakat setempat dan sebagai anugerah Tuhan maka bahasa daerah patut dirawat agar tetap lestari.

Di jaman ini, orang sebut jaman now, dimana penguasaan bahasa nasional dan internasional memang diperlukan namun bahasa daerah juga harus dirawat sebagai tanda syukur atas kekayaan hikmat yang dianugerahkan.

"Sayang sekali dalam keberagamanan etnis, bahasa dan budaya bahasa daerah tidak bisa diajarkan dalam kurikulum di sekolah. Hal ini tidak sama seperti yang dialami di pulau Jawa dan Bali yang telah masukan bahasa daerah sebagai bagian dari kurikulum yang diajarkan bagi anak., "katanya

Dia mengungkapkan kadang kala ada selalu menganggap berada pada level bawah apabila berbicara dengan bahasa daerah.

" Mudah kita lihat bila kita keluar daerah. Di Jawa menggunakan bahasa Jawa tapi sayang di NTT, saya misalnya orang Timor, orang Timor kalau ditanya dengan bahasa Timor jawab bahasa inggris meski Inggris jatuh bangun. Jarang sekali anak Timor, TKW sekalipun yang kita temukan di Pulau Jawa kalau ditanya dengan bahasa Timor tapi jawab tidak dengar bahasa Timor namun menggunakan bahasa Indonesia. Mereka enggan menggunakan bahasa Timor, "kritik Neonufa.

Terkait liturgi konstektual dalam rangka perayaan bukan bahasa dan budaya tahun ini ada banyak masukan yang baru.
Menurutnya, inti dari masukan itu adalah harus berhati hari agar pengembangan liturgi konstektual tidak menjadi alat eksploitasi terhadap budaya lokal dan peribadatan menjadi sekedar ajang pertunjukan budaya.

Budaya sebagai salah satu sumber teologi benar benar harus dipercakapkan tradisi Kristen yang ada sehingga melahirkan ekspresi iman yang relevan terhadap pengembangan umat sekarang ini.

GMIT Kefas Kampung Baru pada kebaktian pembukaan Bulan Bahasa pada Minggu (6 /5/2018) menggunakan berbagai budaya mulai dari pakaian, lagu lagu dan juga doa. (*)

Tags:

Berita Terkini