Oleh: drg Maria Goreti Sumiyati Ama, Dokter Gigi pada Puskesmas Oesapa Kota Kupang
LUSIA Ina Narek (55), pasien dengan keluhan sulit menutup mulut usai menguap, datang dari Adonara, Flores Timur, ke Kupang setelah mendapatkan rujukan pengobatan dari salah satu Puskesmas di Adonara.
Tiga bulan ia menderita pergeseran rahang bawah. Selama tiga bulan itu, Lusia melakukan pengobatan tradisional, termasuk melakukan ritual tertentu, tetapi semua upaya itu gagal mengembalikan fungsi rahang.
Baca: Dari Ruang Diskusi Publik Perempuan Pemimpin, Punya Tiket Dulu Baru Bisa memilih, Tiket Apa?
Ia tidak bisa menutup mulut, sulit menelan, dan air liur terus menetes di bibir.
Setelah upaya non-medis dilakukan, bulan keempat, baru ia mengunjungi puskesmas terdekat, di Pulau Adonara. Tetapi semua petugas medis, “angkat tangan” karena di Puskesmas itu tidak ada dokter gigi.
Ia dirujuk ke RSUD Larantuka setelah menempuh perjalanan laut selama dua jam. Di RSUD itu pun ia tidak sempat tertolong.
Baca: Wanita Ini Bangga Suaminya Punya Tiga Istri. Kehidupan Mereka Bikin Iri. Apa Rahasianya?
Lusia pun dirujuk ke RS Siloam di Kupang. Pihak rumah sakit pun tidak mampu mengoperasikan rahang bawah Lusia yang sudah hampir empat bulan bergeser.
Ia disarankan melakukan operasi besar di RSU Dokter Sutomo, Surabaya. Pihak keluarga akhirnya menyerah. Mereka pulang ke Adonara, dan membiarkan Lusia dengan keadaan tidak bisa menutup mulut, sulit menelan, dan air liur terus menetes di bibir. Kini, Lusia hidup dengan kondisi sakit.
Kasus yang dialami Lusia sering terjadi di kalangan masyarakat. Tetapi banyak di antara masyarakat belum paham tentang penyebab mulut tidak bisa ditutup yang disebabkan pergeseran rahang bawah itu.
Tulisan ini semoga bisa membuka wawasan kita tentang penyebab pergeseran rahang bawah seseorang.
Keadaan dimana mulut tidak bisa menutup disebabkan oleh pergeseran rahang bawah, dikenal dengan istilah “dislokasi mandibula”.
Baca: Balai Besar KSDA NTT Pertama Kali Tangani Kasus Muntahan Ikan Paus
Dislokasi Mandibula didefinisikan sebagai pergerakan tonjolan pada rahang bawah ke arah depan, dari cekungan tempat pengait di rahang atas, yang memerlukan beberapa bentuk cara untuk mengembalikan ke posisi semula.
Pergeseran rahang bawah, ada beberapa macam. Pergeseran unilateral, yakni pergeseran terjadi pada satu sisi.
Pergeseran bilateral, yakni pergeseran pada dua sisi, yang bersifat akut atau darurat.
Pergeseran menetap dan lama, yakni terjadi berulang kali secara teratur, dan penderita akan mengalami kelemahan pada rahang bawah.
Pergeseran rahang bawah bisa terjadi akibat luka yang dialami rahang secara spontan, pada saat seseorang tertawa, menguap, berteriak, menyanyi, muntah, atau saat seseorang mendapat pukulan di wajah saat membuka mulut .
Pergeseran rahang bawah bisa juga terjadi karena terdapat kelonggaran pada rahang, gangguan pada sendi yang menghubungkan rahang bawah dengan rahang atas, keadaan cekungan pada rahang bawah yang dangkal dan pengait antara rahang bawah dan atas tidak berkembang serta pada tindakan operasi gigi yang lama.
Tanda dan gejala dari dislokasi mandibula adalah sakit atau perih sekitar rahang, rasa sakit sekitar telinga, kesulitan menelan atau perasaan tidak nyaman saat menelan, rasa sakit di wajah, perasaan tidak mulus saat mengunyah atau membuka mulut, rahang terkunci, kaku, sehingga mulut sulit dibuka atau ditutup, sakit kepala, gigitan yang rasanya tidak pas, dan gigi mengalami perlekatan yang sama karena ada sebagian gigi yang mengalami kontak pertama kali.
Dalam menetapkan diagosa, diperlukan pemeriksaan klinis dan riwayat yang menyeluruh, serta ketepatan membaca dan menganalisa hasil radiologis dan pemeriksaan khusus lainnya.
Jari dapat digunakan untuk menunjukkan daerah spesifik, tetapi bila sakit menyebar atau tidak jelas bisa digunakan telapak tangan.
Baca: Mulai Sekarang Jangan Lagi TIdur Pakai Bantal, Ini Manfaatnya, Ladies
Bila terjadi keterbatasan pergerakan unilateral, maka bisa dilakukan perabaan dari luar atau dari dalam mulut ,serta melibatkan jaringan lunak dan keras pada bagian depan tulang rahang, tempat penyambungan rahang atas dengan rahang bawah juga tepi belakang, serta tepi bawah dari sudut rahang bawah.
Kasus yang dialami Lusia, saat ia menguap pada malam hari, menjelang tidur. Dislokasi rahang bawah biasanya terasa sakit, penderita tidak bisa menutup mulutnya. Mulut penderita akan terlihat setengah terbuka dan rahang kemungkinan bergeser pada salah satu sisi. Penderita juga akan kesulitan menelan sehingga air liur akan terlihat menetes dari sudut bibir.
Pengembalian posisi rahang bawah adalah tugas dokter gigi, bukan orang pintar atau sejenisnya. Di sini dokter gigi akan mengembalikan posisi rahang ke tempatnya, yang terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dan kadang diperlukan pemeriksaan radiologi jika terdapat kelainan sendi rahang bawah.
Prinsip pengembalian posisi sendi rahang adalah mengembalikan benjolan pada rahang bawah ke dalam posisi semula agar tetap di dalam posisi semula.
Baca: Mulai dari Para Lurah, Mutasi di Pemkot Kupang Akan Dilakukan Dua Minggu Lagi
Ketika rahang sudah kembali ke tempat semula, pasien dianjurkan untuk istirahat mulut dulu, jangan diolahragakan seperti makan permen karet, atau makan sesuatu yang kenyal, kurangi bicara, menghindari membuka mulut terlalu lebar atau lama, hindari menggertakkan gigi secara sadar sekitar 6 minggu.
Pasien dan keluarganya biasanya akan diajarkan oleh dokter gigi, bagaimana memperbaiki jika terjadi kembali. Jika orang tersebut mengalami lebih dari satu kali pergeseran rahang bawah, operasi perlu dilakukan.
(*)