4. Tuduhan Hamili Pembantu
Saat Pilkada Ngada 2015, berhembus kabar tak sedap. Marianus Sae dituding berselingkuh dengan pembantunya yang bernama Maria Natalia Sisilia.
Dari hasil perselingkuhan Marianus Sae dengan Maria itu, lahir seorang anak laki-laki bernama Paulus Reynaldi Sae pada 2012 lalu.
Informasi tentang dugaan skandal perselingkuhan tersebut dibeberkan oleh Maria pada September lalu.
Maria mengatakan bahwa sang Bupati siap bertanggung jawab atas anak hasil hubungan gelap tersebut.
Namun, Marianus Sae menyangkal hal ini. Dalam sebuah video yang diunggah di YouTube, ia mengklaim ada skenario lawan politik yang hendak menjatuhkan pamornya di balik kasus ini.
Kepada Tempo, Marianus Sae juga membantah telah melakukan hubungan seks dengan Maria. "Tidak benar itu. Siapa yang mengaku telah dihamili? Mana korbannya?" kata Marianus, yang mengaku sedang berada di Denpasar, Bali, saat dihubungi Tempo, Jumat, 18 Oktober 2013.
Marianus Sae mengatakan, dirinya menunggu siapa perempuan yang mengaku melahirkan anaknya. Sebab, dalam setahun terakhir, tidak pernah ada orang yang mengatakan sebagai korban karena dihamili olehnya.
5. Tersangka Penutupan Bandara
Marianus Sae juga pernah ditetapkan tersangka dalam kasus penutupan Bandara Turelelo, Soa, di Kabupaten Ngada, NTT pada 21 Desember 2013 silam.
Penetapan status tersangka itu dilakukan oleh Polda NTT dan Bareskrim Mabes Polri.
"Penetapan orang nomor satu di Ngada sebagai tersangka itu setelah tim penyidik Polres Ngada yang dibantu penyidik dari Polda NTT dan Bareskrim Mabes Polri melakukan pemeriksaan terhadap 15 Polisi Pamong Praja pekan lalu," kata Kapolda NTT Brigjen Polisi Untung Yoga, di Kupang, Senin, 30 Desember 2013 lalu.
Pada saat itu, Bupati Marianus Sae diduga memerintahkan petugas Satpol PP Ngada untuk memblokade Bandara Turelelo Soa pada 21 Desember 2013 lalu.
Perintah ini muncul karena Marianus tidak mendapat tiket pesawat Merpati Nusantara Airlines rute Kupang-Bajawa.
Akibat tindakan otoriter itu, pesawat Merpati dengan nomor penerbangan 6516 rute Kupang-Bajawa yang mengangkut 54 penumpang tidak bisa mendarat.
Pesawat tersebut akhirnya terpaksa kembali ke Bandara El Tari, Kupang.
Bandara ini diblokade mulai pukul 06.15 Wita hingga pukul 09.00 Wita.
Otoritas bandara tidak dapat berbuat banyak karena jumlah anggota Satpol PP Ngada yang menduduki landasan pacu bandara lebih banyak daripada petugas bandara.
Belakangan Polda NTT menerbitkan surat perintah penghentian penyidikan (SP3) kasus penutupan Bandara Turelelo.
6. Kekayaan Rp 33 Miliar
Sukses menjadi pengusaha dan Bupati Ngada, sudah tentu harta kekayaannya bertambah.
Berdasarkan catatan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang diakses tribun-timur.com melalui acch.kpk.go.id, Marianus melaporkan harta kekayaannya pada 10 Juli 2017.
Saat itu ia melaporkan hartanya untuk maju dalam Pilbup Kabupaten Ngada periode 2015-2020.
Total harta yang dimiliki Marianus adalah Rp 3.776. 400.000 yang terdiri atas harta bergerak, harta tidak bergerak, surat berharga serta giro dan setara kas lainnya.
Untuk harta bergerak yang dimiliki Marianus adalah lima kendaraan roda empat dan empat kendaraan roda dua dengan jumlah Rp 935.700.000.
Ia juga memiliki peternakan sapi, peternakan kuda, perkebunan jagung dan memiliki lahan hutan jati dan lahan hutan mahoni yang bila dirupiahkan menjadi Rp 15.670.000.000.
Kemudian untuk harta tidak bergerak, tanah dan bangunan di Badung serta empat lahan tanah di Manggarai Barat, NTT senilai Rp 5.350.000.000.
Selain itu, dia juga memiliki harta berupa surat berharga senilai Rp 10.500.000.000 dan giro serta setara kas lainnya senilai Rp 60.700.000.
Kader PKB tersebut juga memiliki piutang dalam bentuk pinjaman barang senilai Rp 1.260.000.000.
Sebelum mengajukan diri menjadi Gubernur NTT dalam Pilkada Serentak 2018, Marianus sudah sukses mencicip dua periode Bupati Ngada.
7. Calon Gubernur NTT
Dua tahun setelah terpilih menjadi Bupati Ngada periode kedua, Marianus Sae mengadu peruntungannya dengan mencalonkan diri sebagai gubernur NTT periode 2008-2023.
Marianus Sae berpasangan dengan Emilia Nomleni. Keduanya diusung PDIP dan PKB.
Penetapan Marianus Sae sebagai bakal calon gubernur diwarnai aksi protes sejumlah kader PDIP.
Mengingat Marianus Sae bukan merupakan kader PDIP.
Sebagai bentuk protes, sejumlah kader PDIP di NTT memutuskan hengkang dari partai berlambang banteng moncong putih tersebut.
Meski demikian banyak juga kader PDIP menyetujui dan mengamankan keputusan DPP PDIP terkait penetapan Marianus Sae-Emilia Nomleni.
Berita penangkapan Marianus Sae oleh KPK mengagetkan masyarakat NTT.
Apalagi, penangkapan Marianus Sae terjadi sehari menjelang penetapan peserta Pilgub NTT oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi NTT.
Sesuai jadwal, KPU NTT menggelar rapat pleno penetapan calon gubernur dan wakil gubernur NTT, Senin (12/2/2018).(*)