Lakoat.Kujawas Gulirkan Program Residensi Kesenian Apinat-Aklahat, Inilah Manfaatnya

Editor: Dion DB Putra
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aktivitas anggota Lakoat.Kujawas, komunitas orang muda di Timor Tengah Selatan (TTS) yang mengintegrasikan kewirausahaan sosial dengan perpustakaan warga, ruang kerja kolaborasi, komunitas kesenian, ruang arsip dan homestay.

Kesenian, literasi dan kewirausahaan kami percaya bisa menjadi solusi baru untuk memperkuat kembali kekuatan kita yang sebenarnya sudah ada dan tertanam lama, sembari terus kritis dan berinovasi menjawab tantangan masa kini. Kami melihat bahwa ada masalah dengan rasa percaya diri dan identitas generasi muda Mollo.

Ada informasi seni budaya yang terputus, ada jarak antara generasi muda dengan generasi tua. Modernitas yang bergerak cepat hingga ke pelosok dan sistem pendidikan yang kurang memberi ruang bagi kearifan lokal untuk dekat dengan generasi muda, adalah dua problem yang tidak bisa dipungkiri keberadaanya.

Menjadi tantangan bagi orang Mollo sekarang, setelah generasi para budayawan, seniman dan penutur yang sekarang sudah sepuh, apakah orang Mollo masih akan sekuat dan sekritis dulu? Siapa yang kelak akan berdiri dengan penuh percaya diri di atas tanahnya?

Sementara angka putus sekolah terus naik, migrasi orang muda besar-besaran masih terjadi ke Kalimantan dan Malaysia, dan ketrampilan serta pengetahuan yang rendah memicu human trafficking di Timor Tengah Selatan.

Mengapa program residensi keseniannya dinamakan Apinat-Aklahat?

Apinat-Aklahat adalah salah satu karakter yang diberikan suku Dawan kepada penguasa alam semesta (Uis Neno). Apinat-Aklahat artinya yang bercahaya dan yang membara. Proyek ini diharapkan bisa menjadi seberkas cahaya baru bagi Mollo, bisa menjadi pembawa semangat dan motivasi bagi generasi muda desa Taiftob.

Seni teater, kami rasa bisa menjadi salah satu kunci penting bagaimana rasa percaya diri dan identitas lokal itu diperkokoh, bagaimana jarak dan informasi yang terputus itu bisa dilekatkan kembali. Proyek seni ini dibuat atas inisiatif warga dan mengandalkan sumber daya yang ada, dengan semangat kerja kolaborasi dan solidaritas warga.

Kapan program residensi kesenian ini dilakukan?

Program residensi kesenian Apinat-Aklahat dilakukan di desa Taiftob mulai tanggal 10 November 2017 dan akan berakhir tanggal 23 November 2017.

Mengapa memilih bulan November?

Pertama, bulan November dipilih sebab ini masa awal musim tanam di Mollo, momen yang baik juga untuk mengenal lebih dekat tradisi pertanian warga.

Kedua, bulan Desember tahun ini bagi sebagian besar warga desa Taiftob diperingati sebagai 50 tahun masuknya gereja Katolik di Mollo. Lakoat.Kujawas sebagai ruang arsip warga, ikut membantu mengarsipkan foto dan berbagai dokumen sejarah terkait serta menyiapkan buku kenangan 50 tahun gereja Katolik di Mollo. Hasil lokakarya teater anak-anak desa Taiftob juga akan dipresentasikan dalam agenda menjelang pesta emas gereja santa Maria Immaculata di Kapan.

Selain Agenda Lokakarya teater, agenda apa saja yang ada di program residensi kali ini?

Untuk pertama kalinya komunitas Lakoat.Kujawas mengajak serta seniman lokal, bapak Okto Sunbanu, seorang penutur kesenian tradisional natoni dan bonet. Beliau selama sepekan memberikan lokakarya bonet dan natoni kepada anak-anak desa Taiftob yang bergiat di Lakoat.Kujawas.

Agenda lainya adalah mengajak seniman bertemu dengan kelompok penenun yang selama ini berkolaborasi dengan Lakoat.Kujawas, berkunjung ke kampung adat di Fatumnasi dan mengadakat diskusi bersama orang-orang muda Kapan dan SoE dengan tema Pulang Kampung.

Halaman
123

Berita Terkini