"Memang waktu itu saya masih bekerja di Trans Nusa bagian Holiday Wisata. Tugas saya membuat paket wisata dan menjual paket wisata, dan yang mereka inginkan kalau bisa paket wisata ini disertakan dengan suvenirnya. Dan yang paling umum adalah baju kaus. Saya akhirnya membuat baju kaus, awalnya masih keliling dulu pakai motor," ujarnya.
Ia mengatakan, sejak tahun 2001 sampai sekarang masih tetap menjaga kualitas, sehingga sampai saat ini orang masih membeli baju kaos untuk oleh-oleh di Rumpu- Rampe Ink.
Dikatakannya, ia menjaga keaslian dari sisi kualitas baju, sablon dan kualitas ukuran. Karena ada beberapa orang yang membuat baju kaos, ukurannya kadang berbeda seperti saat berbelanja online.
Saat ini, katanya, dia sudah memiliki mesin sendiri, dan ia tinggal membeli kain, potong, bila memungkinkan sablon dulu baru dijahit.
Ia juga tidak mau membuka online, karena ia ingin agar jika orang berkunjung ke Kupang mesti ke Rumpu Rampe Ink.
Seperti halnya Joger di Bali, ia ingin agar baju kaos Kupang juga sebagai ikon di dalam wisata perjalanan mereka.
Dari sisi ukuran, ia membuat berbeda dengan toko yang lain, yakni ekstra besar. Kalau size lokal ukuran S, sama dengan ukuran SS -nya Rumpu Rampe Ink. Ukuran L Rumpu Rampe Ink, sama dengan ukuran XL orang lain.
Ia membuat beberapa tulisan seperti If You are NTT, Say Malam Bae for Goodnight' dan dibuat limit edition yakni hanya 20 biji untuk satu desain dan satu kali produksi. Nanti keluar berikutnya beda lagi. Kalau sampai terjadi pengulangan paling satu atau dua tahun saja.
"Karena saya membayangkan kita pakai baju terus sama dengan orang lain, ketemu di jalan pasti stres. Baju kembar pasti malu karena dibilang pasaran. Pertimbangan saya membuat eksklusif karena salah satu pertimbangan di NTT banyak sekali materi yang bisa ambil sebagai referensi desain dan diangkat ke publik. Tidak melulu tentang I Love Kupang, Sasando, Komodo, Kelimutu, Ti'i Langga," katanya.
Ia juga pernah mendeain Komodo tetapi rege, yakni merah, kuning, hijau. Baju ini ditulis Mister Key is'nt in the mood of rege, Key send for Komodo. Dalam hubungan kreativitas, ia dituntut untuk terus berkreasi dan harus kreatif.
Menurutnya, kalau sekarang ada banyak pesaing, silakan, tetapi tujuannya adalah mempromosikan NTT melalui caranya sendiri yakni desain baju kaus. Rumpu Rampe Ink pernah masuk di Lippo menggunakan mesin Direct to Garmen (DTG). Ia coba investasi di sini untuk mengatasi permintaan dari teman di sini yang minta mencetak satuan. Karena 20 menit jadi satu baju. Baju kaus sudah disiapkan dan bisa berkreasi macam-macam. Hanya saya ada yang komplain karena warnanya cepat pudar dan tulisannya rusak jika dicuci.
Ia kembali ke dasar yakni sablon manual karena tahan lama.
"Tujuan kami masuk ke Lippo adalah bentuk promosi dan sekaligus memerkenalkan Rumpu-Rampe Ink," katanya.
Sementara, Pemilik Kios Kaos Kupang, Dian Jimmy, mengatakan, awal mula ia ke Kupang tahun 2012, jalan-jalan melihat di toko suvenir dan tokoh oleh-oleh. Kuliatas kaus oleh-oleh yang dijual dalam standarnya masih di bawah.
Karena saat itu teman-temannya meminta untuk mengirim oleh-oleh dan ia kesulitan mencari oleh-oleh baju kaus.