Oleh: drg Maria Goreti Sumiyati Ama
Dokter gigi pada Puskesmas Oesapa Kota Kupang
POS KUPANG.COM - Jack Tanoneb (45), PNS di salah satu instansi pemerintah di Kota Kupang memperlihatkan bibir dan gigi merah kehitaman saat tertawa lebar. Pada saku baju pun masih tersimpan bungkusan kecil berisi sirih dan pinang.
Ia tidak tahan, kalau tidak makan sirih pinang dalam sehari. Padahal, gigi bagian depan dan belakang Jack Tanoneb sudah berlubang dan keadaan gusi yang bengkak kadang berdarah saat sikat gigi, sudah tidak memungkinkan untuk dilakukan perawatan oleh dokter gigi.
Jack Tanoneb pun mengeluh tidak bisa lagi mengunyah benda keras seperti jagung. Sementera komsumsi jagung di Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi salah satu makanan pokok selain beras, dan umbi-umbian. Padahal, usia Jack baru mencapai 45 tahun, semestinya masih memiliki gigi yang kokoh, kuat, dan bersih.
Fenomena ini dengan mudah ditemukan hampir di seluruh suku dan masyarakat NTT. Masyarakat suku Timor misalnya, kebiasaan makan sirih pinang atau menginang tidak hanya orangtua (mama, bapa, opa dan oma) tetapi juga sebagian besar generasi muda.
Kebiasaan makan sirih pinang atau menginang juga merambat sampai di antor-kantor pemerintah terutama di daratan Timor. Tidak heran di pot bunga, got-got, emperan kantor, atau pendopo kantor ditemukan warna merah berserakan di lantai, tembok, atau pot bunga.
Secara fisikalis, saat orang makan sirih pinang, sisa-sisa sirih, pinang, dan kapur tertinggal di celah gigi. Karang gigi pun terbentuk, menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar dan tempat bersarangnya banyak kuman, sehingga memacu terjadinya infeksi pada gusi dan menyebabkan gigi berlubang. Bila gusi sudah terinfeksi, gusi akan terasa gatal dan bau mulut tidak sedap, saat sikat gigi sering berdarah, bahkan gigi bisa lepas dengan sendirinya.
Tanaman sirih (piper betle) tumbuh di daerah tropis pada ketinggian 100-1500 mdpl. Sirih tumbuh secara merambat pada pohon atau batang di sekitarnya.
Sirih belum dikembangkan secara meluas sebagai bahan ekspor seperti bahan lainnya. Tanaman ini lebih banyak ditanam sebagai tanaman pekarangan rumah. Padahal sirih memiliki manfaat penting dan bernilai ekspor.
Sirih mengandung berbagai zat yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh atau mengobati penyakit. Daun sirih yang baru dipetik mengandung seperlima bagian berupa "phenol-phenol", dengan kandungan zat yang terbesar adalah chavicol. Chavicol berkhasiat sebagai penghambat pertumbuhan bakteri.
Daun sirih juga mengandung Alkybenzhachetin, berkhasiat sebagai penyegar mulut; Eugenol sebagai pembunuh mikroorganisme di dalam tubuh, dan sebagai bahan penghilang rasa sakit; Cinoel sebagai pembunuh mikroorganisme yang terdapat pada benda mati; dan zat Carryophylin, sebagai antiseptik dan anestesi lokal.
Di dalam daun sirih terdapat bermacam-macam zat yang dapat diproses menjadi bahan kimia. Misalnya, cadimen, chavinol, eugenol, metil eter, caryopyllen, chavibentol, allilpyrocatecol. Bahan-bahan ini digunakan untuk menghilangkan bau mulut, menghentikan perdarahan setelah pencabutan gigi, dan menghentikan keputihan pada wanita serta mengurangi produksi air susu yang berlebihan.
Kapur yang digunakan untuk makan sirih adalah bahan kalsium hidroksida atau Ca (OH)2 . Bahan ini berkhasiat sebagai penawar asam (antasida) berubah menjadi basa.
Jika ditinjau dari sudut kimiawi, kapur (kalsium hidroksida) berkhasiat untuk menetralkan asam (antasida) sehingga menyebabkan pH saliva (air liur). PH saliva pada orang yang tidak makan sirih bersifat asam, sedangkan orang yang biasa makan sirih dicampur kapur bersifat basa.
Kapur yang digunakan untuk makan sirih memiliki sifat sebagai penawar asam. Bila kapur bereaksi dengan larutan yang bersifat asam , maka larutan asam akan menjadi larutan yang bersifat basa. Saliva yang bersifat asam akan menjadi saliva yang bersifat basa bila bereaksi dengan kapur.
Saliva yang bersifat basa menyebabkan bakteri di dalam mulut cepat berkembang biak. Saliva mempunyai derajat keasaman (pH) bersifat basa atau alkalis, akan mempercepat terjadinya karang gigi yang berlebihan dan ini merupakan sumber infeksi di dalam mulut.
Untuk menghindari terbentuknya karang gigi di dalam mulut, sebaiknya menyikat gigi minimal dua kali sehari , setelah makan dan sebelum tidur malam, periksa ke dokter gigi setiap enam bulan sekali.*