Suhu Air Laut Dingin di Alor

Warga Alor Tunggu Ikan-ikan Menggelepar di Pantai

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

POS KUPANG.COM ---  Ribuan warga Kalabahi dan dari desa-desa di Kecamatan Alor Barat Laut (Abal), sejak Rabu (31/8/2011) sampai Kamis (1/9/2011) memenuhi Pantai Makassar di Desa Alor Kecil.

Mereka berbondong-bondong ke pantai itu untuk menyaksikan fenomena alam yang terjadi setiap bulan September, yakni berubahnya suhu air laut menjadi dingin yang menyebabkan ikan-ikan mati dan mengapung di permukaan laut.

Pada Kamis, sejak pukul 10.00 Wita, Pantai Makassar sudah dipadati warga mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, masyarakat biasa, pengusaha dan pejabat pemerintah. Kapolres Alor, AKBP Drs. Dominikus Savio Yampormase juga tampak berada di antara kerumuman warga, memantau pengamanan yang dilakukan anak buahnya.

Perubahan suhu air laut menjadi dingin ditandai  datangnya gerombolan ikan lumba-lumba yang bermain- main di selat kecil antara Pantai Alor Kecil dan Pulau Kepa.

Selain lumba-lumba, burung laut pun mulai berterbangan di atas permukaan laut, sambil sesekali menukik ke dalam air menyambar ikan-ikan yang menggelepar terapung akibat perubahan mendadak suku air laut di perairan tersebut.

Berselang sekitar dua jam sejak gejala awal tersebut, di tanjung perairan Alor Kecil muncul penguapan air laut. Penguapan itu menandakan suhu air laut mulai dingin. Uap air itu muncul di tengah laut dan perlahan "menjalar" ke pesisir Pantai Makassar, Desa Alor Kecil.

Masyarakat pun mulai mengayuh sampan sambil memegang tombak kecil dan jala. Mereka mengincar ikan-ikan dasar yang pingsan, bahkan mati, kemudian mengapung ke permukaan laut akibat perubahan suhu air laut itu.

Ada yang melempar jala, dan ada yang menggunakan tombak kecil dengan cara menancapkan ujung tombak pada tubuh ikan yang terapung dan menariknya ke atas sampan.

Inilah "histeria" warga Alor menyambut "pesta alam" yang disuguhkan dari laut di sekitar Desa Alor Kecil. Setiap tahun, di bulan September, warga selalu "mendapat" hadiah ribuan ekor ikan dari perairan tersebut. Suhu laut mendadak berubah dingin dan ribuan ekor ikan mati dan terapung.

Kepala Desa Alor Kecil, Yasin Arkiang yang ditemui di pantai tersebut, mengatakan, biasanya arus dingin mulai terjadi sekitar pukul 12.00 Wita hingga pukul 14.30 Wita. Berikutnya terjadi lagi pada tengah malam. Setiap tahun, fenomena alam itu terjadi tiga kali, yakni saat musim barat berakhir, musim kemarau berakhir dan di pertengahan tahun.

Selama tiga tahun terakhir, katanya, perubahan suhu laut terjadi setelah Lebaran. Masyarakat setempat, sampai sekarang, belum mengetahui pasti mengapa peristiwa unik itu selalu terjadi di perairan Alor Kecil.

"Tahun 1968 sudah ada ahli dari Australia, kemudian menyusul lagi dari Jepang melakukan penelitian. Tetapi kami tidak tahu kira-kira apa sebabnya sehingga terjadi arus dingin di perairan di sini. Ada yang dari Jawa mengatakan bahwa antara laut di wilayah ini ada hubungan dengan laut di pantai Selatan Jawa yang menjadi tempat Nyi Roro Kidul. Katanya ketika penjaga laut ini bertemu dengan Nyi Roro Kidul, maka suhu air laut berubah menjadi dingin," jelas Arkiang.

Ditanya mengenai kejadian tahun ini yang tidak mengakibatkan banyak ikan yang mati seperti tahun- tahun sebelumnya, Arkiang mengatakan, hal itu karena di pantai ini sudah ramai sekali dan banyak warga yang sudah masuk laut sebelum terjadi perubahan suhu air laut.

"Kepercayaan kami di sini seperti itu. Makanya saya jalan keliling untuk menyampaikan kepada masyarakat agar jangan masuk dulu ke laut sebelum airnya dingin. Tapi  tidak dapat dibendung. Akhirnya ikan yang terapung di permukaan hanya sedikit saja, tidak seperti yang terjadi sebelumnya," katanya.

Pantauan Pos Kupang, ikan yang mati hanya ratusan ekor saja kali ini. Ikan-ikan yang mati antara lain ikan cakalang, belo-belo, mulut panjang dan lamoru.

Berita Terkini