Tinju Dunia

Tinju Dunia, Komisi Tinju Jepang Gelar Pertemuan Darurat Sikapi Tragedi 2 Agustus 

Langkah cepat ini untuk melakukan berbagai perbaikan demi menjaga keselamatan petinju mereka.

Penulis: Edi Hayong | Editor: Edi Hayong
Kolase-Photo by Wendell Alinea/MP Promotions
GINJIRO SHIGEOKA- Pose petinju Jepang Ginjiro Shigeoka yang berjuang untuk hidupnya dalam keadaan koma akibat pertarungan pada bulan Mei lalu. 

POS-KUPANG.COM- Masyarakat tinju dunia gempar menyusul kematian dua petinju Jepang, Shigetoshi Kotari dan Hiromasa Urakawa di atas ring pekan lalu.

Kedua petinju meninggal pada hari yang sanget berdekatan diduga karena cedera otak.

Menyikapi peristiwa yang disebut sebagai tragedi 2 Agustus itu mengundang pihak berwenang di Jepang mengambil langkah cepat.

Melalui Komisi Tinju Jepang (JBC) telah difasilitasi pertemuan darurat menghadirkan perwakilan dari Asosiasi Tinju Profesional Jepang, pimpinan sasana tinju.

Langkah cepat ini untuk melakukan berbagai perbaikan demi menjaga keselamatan petinju mereka.

Seperti diketahui pada tanggal 2 Agustus, sebuah pertandingan nahas di Korakuen Hall, Tokyo, mengakibatkan kematian dua petinju, yang meninggal dunia akibat cedera yang mereka alami pada malam itu.

Pertemuan tersebut menghasilkan beberapa langkah baru, termasuk penempatan ambulans di lokasi pertandingan untuk semua pertandingan. 

Baca juga: Hasil Tinju Dunia, Dua Petinju Jepang Dikabarkan Meninggal Dunia Karena Cedera Otak

Ambulans memang telah ada di sana untuk pertandingan perebutan gelar juara dunia, tetapi tidak di setiap pertandingan.

Para ofisial tinju juga membahas dehidrasi dan penurunan berat badan, khususnya terkait atlet yang mengurangi asupan cairan sebelum penimbangan.

Pada setiap pertandingan pengatur ring akan menerapkan tes hidrasi, yang akan dapat mendeteksi apakah petarung terhidrasi dengan cukup melalui tes urine.

Selain itu, kelompok tersebut menetapkan bahwa petarung yang mengalami kenaikan berat badan lebih dari 4,5 kg dari penimbangan hingga pertandingan harus naik satu kelas berat untuk pertandingan berikutnya.

Setelah pemeriksaan medis selesai, CT scan tidak lagi diperlukan, dan MRI dapat menggantikannya.

Baca juga: Kemenangan KO Brian Norman Jr Atas Petinju Jepang  Jin Sasaki Jadi Sorotan Publik

Petarung yang mengalami cedera atau cedera serius dalam pertandingan juga diwajibkan untuk menjalani MRI lebih lanjut sebelum diizinkan kembali beraksi.

Federasi Tinju Jepang, yang mengelola tinju amatir di Jepang, juga mengajukan diri untuk membentuk komite medis bersama tim medis Komisi Tinju Jepang dan tim mereka sendiri.

“Kami telah diberi tahu bahwa kami harus berbagi apa yang kami miliki dan menciptakan sistem medis yang lebih baik,” kata direktur eksekutif JBC, Tsuyoshi Yasukochi seperti dilansir dari Boxingscene.

Turut hadir dalam pertemuan tersebut, atas nama Asosiasi Tinju Profesional Jepang, hadir pula ketua Shoji Kobayashi, sekretaris jenderal Toshiharu Kayama, dan Komisaris Tinju Jepang Minoru Hagiwara.

Yasukochi mengatakan perubahan yang diusulkan akan diterapkan secepat mungkin.

Kobayashi, presiden Asosiasi Tinju Jepang, menambahkan bahwa mereka juga ingin melakukan semua yang bisa mendukung kegiatan tinju berjalan aman dan lancar.

Dua kematian baru-baru ini merupakan bagian dari masa suram bagi tinju Jepang setelah sebelumnya Kazuki Anaguchi pada tahun 2024 dan Ginjiro Shigeoka (foto) yang berjuang untuk hidupnya dalam keadaan koma akibat pertarungan pada bulan Mei.(*)

Sumber : Boxingscene

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved