Tinju Dunia

Hasil Tinju Dunia, Pihak Berwenang Jepang Bertindak Cepat Pasca Tragedi 2 Agustus

dua petinju Jepang yang sama-sama berusia 28 tahun meninggal dunia pada 2 Agustus 2025 lalu karena cedera otak di Korakuen Hall, Tokyo.

Penulis: Edi Hayong | Editor: Edi Hayong
Kolase-instagram.com
SHIGESTOSHI KOTARI- Pada hari Jumat, 8 Agustus, Shigetoshi Kotari meninggal dunia karena cedera otak pasca pertandingan di negaranya pada 2 Agustus 2025 

POS-KUPANG.COM- Pihak berwenang Jepang telah mengambil langkah cepat pasca tragedi meninggalnya dua petinju Jepang.

Seperti diketahui, dua petinju Jepang yang sama-sama berusia 28 tahun meninggal dunia pada 2 Agustus 2025 lalu karena cedera otak di Korakuen Hall, Tokyo.

Komisi Tinju Jepang pun telah mengambil langkah untuk meredakan kekhawatiran akan keselamatan tinju di negara mereka.

Pada hari Jumat, 8 Agustus, Shigetoshi Kotari meninggal dunia. Pada hari Sabtu, 9 Agustus, Hiromasa Urakawa meninggal dunia.

Urakawa telah menjalani kraniotomi untuk hematoma subdural akut setelah kalah melalui penghentian ronde kedelapan melawan Yoji Saito.

Baca juga: Hasil Tinju Dunia, Dua Petinju Jepang Dikabarkan Meninggal Dunia Karena Cedera Otak

Kotari bertinju dengan hasil imbang untuk gelar juara kelas ringan junior Oriental Pacific dan ia juga telah menjalani kraniotomi darurat setelah pertarungan dengan Yamato Hata.

Kematian kedua petinju ini pada 2 Agustus itu menjadikan hari itu sebagai 'hari tergelap' dunia tinju di Negeri Sakura.

Hagiwara Minoru, ketua Komisi Tinju Jepang, dan sekretaris jenderal Yasukawa Tsuyoshi telah memberikan keterangan kepada media.

“Kami akan segera mulai mengerjakan apa pun yang kami bisa, termasuk menyelidiki dan mengklarifikasi penyebabnya serta mengambil tindakan ke depannya,” kata Hagiwara Minoru seperti dilansir Boxingscene. 

“Kami ingin bergerak maju secepat mungkin.”

Yasukawa berbicara tentang betapa seriusnya masalah ini.

Baca juga: Hasil Tinju Dunia, Manny Pacquiao masuk Penantang Peringkat 1 WBC Kelas Welter

Dia menambahkan peristiwa ini mendapat perhatian serius dari pencinta tinju di seluruh dunia.

Hagiwara Minoru menerangkan bahwa pihaknya sedang memikirkan cara terbaik untuk bisa menghilangkan risiko yang melekat dalam olahraga adu jotos ini.

"Apa yang terjadi kali ini serius. Kami telah menerima permintaan tidak hanya dari rekan-rekan kami, tetapi juga dari dalam dan luar negeri," jelas Hagiwara.

Saat ini telah ditetapkan bahwa pertarungan gelar OPBF akan diubah dari 12 menjadi 10 ronde setelah kematian Kotari.

Hal itu juga berlaku sekarang untuk pertandingan kejuaraan di Jepang yang diadakan untuk gelar WBO Asia Pasifik.

Namun, tentu saja itu tidak akan menyelesaikan semuanya. Pertarungan Urakawa dijadwalkan berlangsung selama delapan ronde.

Baca juga: Jadwal Tinju Dunia, Shakur Stevenson Sesumbar Ingin Menantang Teofimo Lopez

“Sekarang ada banyak petarung dengan keterampilan untuk terlibat dalam pertukaran sengit sejak ronde pertama,” jelas Yasukawa. 

"Kita sering melihat pertandingan di mana serangan dilancarkan dengan tempo cepat. Dalam kasus Kotari, ia bertarung dengan baik hingga ronde ke-12, tetapi menurut saya ronde ke-12 adalah waktu yang sangat berbahaya."

Meskipun tinju di Jepang telah meraih kesuksesan besar dalam beberapa tahun terakhir, dengan Naoya Inoue dan Junto Nakatani sebagai dua bintang utama, terdapat pula masa-masa sulit.

Pada bulan Desember 2023, Kazuki Anaguchi harus menjalani operasi setelah kehilangan kesadaran setelah pertarungannya dengan Seiya Tsutsumi dan meninggal dunia 38 hari kemudian, di usia 23 tahun. Pertarungan tersebut berlangsung selama 10 ronde.

Ginjiro Shigeoka (foto) juga masih koma setelah pertarungan tragisnya pada 24 Mei, ketika ia bertinju dengan Pedro Taduran yang berakhir imbang dalam 12 ronde dan mempertaruhkan gelar kelas minimum IBF di Osaka.

Baca juga: Jadwal Tinju Dunia, Daftar Petinju Lagi Naik Daun dan Paling Terkenal di Kelasnya

Komisi Tinju Jepang dan Asosiasi Tinju Profesional Jepang akan mengadakan pertemuan darurat pada hari Selasa untuk membahas kemungkinan perubahan dan perbaikan. 

JBC juga membentuk komite untuk menyelidiki pada 2 Agustus, dan sebuah seminar medis dijadwalkan pada bulan September.

Yasukochi juga berbicara tentang penurunan berat badan dan pengendalian berat badan. 

“Penurunan berat badan, yang kemungkinan merupakan faktor utama, dan pengondisian pra-pertandingan hanya dilihat dari perspektif administratif,” ujarnya.(*)

Sumber : Boxingscene

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved