Ibadah Haji 2025

Berziarah ke Makam Siti Khadijah hingga Mbah Moen di Makkah

Kompleks Pemakaman Ma'la di Makkah menjadi salah satu tujuan ziarah jemaah haji Indonesia. a

Editor: Alfons Nedabang
MEDIA CENTRE HAJI
MAKAM - Makam Ummul Mukminin Sayidatunah Khadijah binti Khuwailid istri Rasulullah ramai dikunjungi jamaah haji di Pemakaman Mala di Makkah, Kamis (22/5/2025) 

POS-KUPANG.COM, MAKKAH - Kompleks Pemakaman Mala di Makkah menjadi salah satu tujuan ziarah jamaah haji Indonesia. 

Lokasinya sekitar 1,5 kilometer dari Masjidil Haram, dekat Terminal Syib Amir. Pemakaman ini dikenal sebagai tempat peristirahatan keluarga Rasulullah Muhammad SAW.

Beberapa keluarga Rasullullah yang dimakamkan di Ma'la antara lain istri Nabi Ummul Mukminin, Sayyidah Khadijah al-Kubra. 

Makam beliau dikelilingi oleh makam anak-anaknya bersama Rasulullah SAW. Selain itu, terdapat makam Abdullah, ayah Nabi, dan Abdul Muthalib, kakeknya.

Di antara banyak makam di Pemakaman Ma'la ini, ada satu makam yang menarik. Sebab, sejak melewati pintu masuk, sudah terlihat ada rombongan jemaah asal Indonesia yang sedang duduk berdoa. Mereka adalah jemaah dari Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Kloter 14 SOC.

Setelah didekati, makam yang diziarahi itu adalah tempat peristirahatan terakhir KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen, ulama karismatik dari Rembang, Jawa Tengah. Tidak ada tanda nisan besar di makam itu, hanya batu kecil bertuliskan Maimoen di makam tersebut. 

Baca juga: Kisah Jamaah Haji Termuda Gantikan Ayah, Lina Bercita-cita Jadi Polwan

Mbah Moen mengembuskan napas terakhirnya di Tanah Suci pada 6 Agustus 2019, saat melaksanakan ibadah haji. Konon, Mbah Moen memang memimpikan dimakamkan di Makkah.

Sepanjang musim haji, makam Mbah Moen bergantian didatangi oleh peziarah asal Indonesia. Jemaah perempuan tidak diperkenankan masuk ke area dalam makam. Namun, mereka tetap bisa menyampaikan doa dari luar pagar pemakaman. 

Salah seorang jemaah, Ahmad Zaki, mengaku bersyukur bisa berziarah ke makam ulama kharismatik itu. Ia mengaku terinspirasi oleh putra-putra Mbah Moen dan Gus Baha. 

“Memang berniat berziarah di Ma'la. Rasanya tidak afdol kalau sudah sampai Makkah tapi tidak ke Ma'la dan ziarah di makam Mbah Maimoen Zubair," kata peziarah dari Brebes, Jawa Tengah itu.

Zaki berharap dengan berziarah, dia bisa dianggap sebagai santri Mbah Moen. "Kami merasa berutang budi kepada beliau. Walaupun kami tabarukan ngajinya lewat online atau langsung ngaji lewat putra beliau yang sangat luar biasa. Semoga dengan berziarah di sini, kami bisa dianggap sebagai santri beliau," ujar Zaki.

Selain Mbah Moen, banyak pula tokoh besar dan ulama Indonesia dimakamkan di Ma'la. Di antaranya Syaikh Nawawi Banten, ulama penulis kitab kuning. Juga ada KH Kholil Bangkalan, murid Syaikh Nawawi. 

Baca juga: "Jangan Marah Kalau Tidak Dipanggil Haji"

Nama-nama lain termasuk Syaikh Mahfudz Tremas dan Syaikh Ahmad Khatib Sambas. Juga dimakamkan di sini adalah Syaikh Junaid Betawi dan Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau. Syaikh Yasin Padang juga termasuk ulama Indonesia yang dimakamkan di Ma'la.

Untuk diketahui, makam di Tanah Suci berbeda dengan makam Tanah Air. Di sana tidak ada batu nisan. Nisan di Ma'la hanya berupa batu tanpa penanda nama yang mencolok. 

Jamaah tanpa pendamping yang mengerti soal lokasi ulama-ulama di Pemakaman Ma’la akan kesulitan mengenali makam yang dikunjungi.

Di komplek pemakaman ini jamaah juga tidak boleh terlalu lama berziarah untuk memberi kesempatan kepada jamaah lain dari berbagai penjuru dunia. Askar maupun petugas makam akan meminta jamaah bergeser jika dinilai terlalu lama berada di makam tertentu. 

Mustasyor Diny (Konsultan Ibadah) PPIH Arab Saudi, KH Abdul Moqsith Ghazali, menjelaskan, Ma'la berarti dataran tinggi dibanding Masjidil Haram

Pemakaman ini dikenal juga dengan sebutan Jannatul Ma'la atau surga Ma'la. Disebut demikian karena banyaknya ahli surga yang dimakamkan di sini. Tak heran apabila Ma'la ini menjadi magnet jutaan muslim di dunia untuk berziarah di sini.

Baca juga: Ada Jamaah Haji 23 Kali Umrah Sunnah Tapi Diinfus Menjelang Arafah, Jangan Sampai Terjadi Lagi!

Moqsith menegaskan tidak ada larangan itu melakukan ziarah kubur. Aktivitas itu sudah dilakukan juga di zaman nabi Muhammad SAW.

Suasana di Pemakaman Ma'la sendiri terasa khusyuk, teduh, dan menyentuh hati peziarah. Burung merpati beterbangan di bawah pohon rindang sekitar area makam. Peziarah biasanya membaca doa, Yasin, dan salawat untuk ahli kubur.

Moqsith menyebut Ma'la sebagai pemakaman penting di akhir zaman. Menurutnya, penghuni Ma'la akan dibangkitkan bersama Nabi Musa dan Nabi Muhammad. Bersamaan pula dengan bangkitnya penghuni makam Baqi di Madinah. Dua makam ini sangat penting dalam sejarah akhir kehidupan umat manusia.

Moqsith berharap jemaah haji tidak melewatkan ziarah ke Ma'la. Ia menyebut Ma'la sebagai tempat istimewa dan penuh keberkahan. Ziarah ke Ma'la menjadi pengalaman spiritual mendalam bagi jemaah haji. 

Banyak jemaah merasa tenang dan haru saat mengunjungi makam para ulama. Doa dan salawat mengalir sepanjang ziarah di Jannatul Ma'la. Ziarah ini diharapkan menjadi wasilah keberkahan dan syafaat Nabi Muhammad.

Peziarah juga berharap bisa mengikuti jejak para ahli Ma'la menuju surga. Pemakaman Ma'la menjadi magnet spiritual bagi umat Islam dari seluruh dunia. (tribun network/mch/mansur amirullah)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM lain di GOOGLE NEWS

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved