Sosok dan Profil

Sosok Ferry Salim, Duta Unicef Indonesia yang Peduli Terhadap Anak-anak Perbatasan RI-RDTL

Mengemban tugas sebagai Duta Unicef Indonesia, Ferry Salim kerap mengunjungi seluruh wilayah Indonesia,  salah satunya adalah perbatasan RI-RDTL

Penulis: Edi Hayong | Editor: Edi Hayong
KOMPAS.com/ANDI MUTTYA KETENG
FERRY SALIM- Sosok Ferry Salim merupakan Duta Unicef Indonesia tahun 2004 pernah mengunjungi NTT dalam kampanye ASI Eksklusif di perbatasan RI-RDTL 

POS-KUPANG.COM- Sosok Ferry Salim di dunia selebritas Indonesia bukan asing lagi karena dia merupakan seorang aktor, presenter serta model.

Pria kelahiran  Palembang pada 8 Januari 1967 itu pada 2004 ditunjuk oleh Unicef (United Nations Children's Fund) sebagai duta nasional untuk Indonesia.

Mengemban tugas sebagai Duta Unicef Indonesia, Ferry Salim kerap mengunjungi seluruh wilayah Indonesia,  salah satunya adalah perbatasan RI-RDTL tepatnya di Atambua, Ibu kota Kabupaten Belu, NTT.

Pada tahun 2009 tepatnya 13 Agustus, Ferry Salim menginjakkan kaki pertama kalinya di Atambua terkait dengan kegiatan pencanangan Bulan Sehat, Pekan ASI Sedunia dan program Cuci Tangan Pakai Sabun.

Sebagai Duta Unicef, Ferry Salim melakukan kampanye tentang pentingnya ASI eksklusif pada setiap kesempatan. 

Baca juga: Sosok Yohanes Landu Praing, dari Pegawai Biasa hingga Dipercayakan Jadi Dirut Bank NTT

Pasalnya, ASI eksklusif ini sepertinya sudah tidak mendapat tempat, padahal ASI itu mengandung gizi yang tinggi untuk kesehatan, kekebalan tubuh bayi dan meningkatkan intelektual bayi. 

Untuk itu, Ferry Salim mengajak kaum ibu di perbatasan RU-RDTL untuk memanfaatkan ASI eksklusif.

"Kehadiran saya ini untuk mendukung kaum ibu di daerah ini memberikan ASI eksklusif kepada bayi usia 0-6 bulan. Ini penting karena ASI mengandung gizi tinggi. ASI itu tidak membuang biaya karena sudah dikaruniai oleh Tuhan melalui kaum ibu untuk diberikan kepada bayi. Untuk itu jangan sia-siakan ASI eksklusif karena manfaatnya sangat besar," ujar putra dari pasangan C Salim dan Suryati Tanu ini.

Tentang kematian balita yang cukup tinggi, Salim menilai penyebabnya ada tiga faktor, yakni ekonomi, geografi dan pendidikan. 

Ekonomi karena tidak punya biaya untuk membawa anak ke rumah sakit, geografi karena letak wilayah yang bergunung-gunung sehingga merepotkan para ibu ke rumah sakit, pendidikan karena minimnya pengetahuan dalam mengonsumsi obat-obatan bukan untuk ibu hamil.

Baca juga: Sosok Gerald Oematan, Bocah Jenius dari Bumi Pancasila yang Bercita-Cita jadi Perwira Polisi

"Ini merupakan kondisi yang dihadapi para ibu. Tapi, secara nasional saya melihat bahwa kasus kematian balita sudah turun meskipun di daerah-daerah kematian ibu dan anak saat persalinan masih terjadi. Untuk itu, saya kira untuk menyelamatkan generasi, semua komponen harus bekerja sama. Kampanyekan secara terus-menerus pentingnya ASI eksklusif," ajak Salim.

Nama Ferry Salim mulai dikenal publik saat dirinya membintangi salah satu film yang terjudul 'Ca Bau Kan' pada 2002, kala itu dirinya berperan sebagai Tan Peng Liang

Peran inilah yang kemudian membawa nama Ferry Salim masuk nominasi The Best Actor Festival Film Asia Pasifik dan Aktor Favorit saat Festival Film Bali.

Ferry Salim juga sempat melanjutkan pendidikannya di Amerika Serikat, tepatnya di Jurusan Fashion Marketing Art Institute of Seattle.

Melansir dari unicef.org, sejak dipercaya sebagai Duta Unicef Indonesia, Ferry terlibat secara penuh dalam berbagai kampanye nasional Unicef Indonesia yang membawanya ke berbagai pelosok nusantara.

Ferry kerap menyatakan kepada media dan publik bahwa kegiatan advokasinya bersama Unicef Indonesia dalam bidang edukasi, perlindungan, dan kesehatan untuk anak-anak Indonesia telah memberikan perspektif dan arti baru dalam hidupnya.(*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved