Renungan Harian Kristen

Renungan Harian Kristen Jumat 9 Mei 2025, Injil dan Budaya: Kontekstualisasi

Pada tempat pertama, rasul Paulus menegaskan bahwa sebenarnya hanya ada satu Allah. Tidak ada allah atau dewa lain, kecuali Allah Yang Esa.

Editor: Oby Lewanmeru
zoom-inlihat foto Renungan Harian Kristen Jumat 9 Mei 2025, Injil dan Budaya: Kontekstualisasi
POS-KUPANG.COM/HO-TANGKAPAN LAYAR
RENUNGAN KRISTEN - Cover Renungan Harian Kristen edisi Mei 2025. Renungan Harian Kristen Jumat 9 Mei 2025 dengan judul  Injil dan Budaya: Kontekstualisasi.  

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Renungan Harian Kristen Jumat 9 Mei 2025 dengan judul  Injil dan Budaya: Kontekstualisasi.  

 Jagalah supaya kebebasanmu jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah.

Renungan Harian Kristen ini merujuk pada  Kitab 1Korintus 8:1-13.

Artikel ini dilansir dari buku Renungan Harian Suluh Injil, ditulis oleh anggota Komunitas Suluh Injil.

Renungan berdasarkan Alkitab dan ajaran iman Kristen, yang bersumber dari Alkitab - LAI Terjemahan Baru Edisi 2 (TB2).

Baca juga: Renungan Harian Kristen Kamis 8 Mei 2025, Budaya: Relasi Laki-laki & Perempuan

POS-KUPANG.COM telah mendapat izin dari Pdt. Yudith A. Nunuhitu Follabessy, M.Si, anggota Tim Penyusun Renungan Harian Suluh Injil edisi Mei 2025.

Renungan Harian Bulan Mei 2025 ini mengusung tema Kebangkitan Yesus Membarui dan Memulihkan Budaya Saling Berbagi dan Merangkai Perbedaan.

Simak selengkapnya Renungan Harian Kristen:

Ketika injil diberitakan ke berbagai suku bangsa di dunia, orang setempat tidak langsung menerima dengan mudah. Hudson Taylor (1832- 1905) membawa Injil ke negeri China di tahun 1854.

Ia menyadari bahwa walaupun hatinya menyala-nyala dengan kerinduan memberitakan Injil, namun orang-orang China tidak mudah beralih menjadi Kristen.

Ia pun memahami bahwa halangan terbesar untuk menerima Injil bukanlah isi berita tentang Yesus Kristus, melainkan budaya Barat yang dibawanya.

Baca juga: Renungan Harian Kristen Rabu 7 Mei 2025, Perempuan dan Laki-laki dalam Budaya

Taylor pun memutuskan untuk beradaptasi dengan budaya lokal, kita menyebutnya kontekstualisasi. 

Pertama, kontekstualisasi tidak mengubah isi dan pesan injil, namun cara mengkomunikasikan pesan injil lintas budaya yang berbeda, memerlukan hikmat bijaksana dan kesabaran. 

Tentu hal inilah yang dialami para rasul ketika mereka harus keluar dari Yerusalem, pergi ke seluruh tanah Yudea, Samaria dan Asia.

Dalam penginjilannya, rasul Paulus berjuang keras untuk meyakinkan bahwa latar belakang budayanya tidak menjadi penghalang dalam memberitakan Yesus Kristus.

Sumber: Pos Kupang
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved