Kota Kupang Terkini

Wali Kota Christian Widodo Siapkan 1.300 Tempat Sampah untuk Setiap RT di Kota Kupang

Wali Kota Kupang dr Christian Widodo telah menyiapkan peta jalan pengolahan sampah di Kota Kupang.

Penulis: Irfan Hoi | Editor: OMDSMY Novemy Leo
POS-KUPANG.COM/DOK-PEMKOT KUPANG
Wali Kota Kupang bersama Kadis Dikbud Kota Kupang secara simbolis menerima bantua CSR tempat sampah dari KSP TLM Indonesia. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Wali Kota Kupang dr Christian Widodo telah menyiapkan peta jalan pengolahan sampah di Kota Kupang. Sejumlah 1.300 tempat sampah akan ditempatkan di seluruh rukun tetangga (RT) di Kota Kupang.

“Sampah rumah tangga nanti akan dibuang di setiap RT. Setiap RT akan disediakan tempat sampah,” kata Wali Kota, Christian Widodo Rabu (23/4).

Christian Widodo mengatakan, sampah akan berakhir di kecamatan. Jadi bukan lagi dibuang seluruhnya ke Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Alak.

“Nanti hanya 15 persen residunya saja yang tidak bisa diolah yang kita bawa ke Alak. Ada 85 persen kita olah di kecamatan,” ujar Christian Widodo.

Christian Widodo kemudian menjelaskan peta jalan pengolahan sampah di Kota Kupang. RT akan jadi ujung tombak pengolahan sampah. Sampah yang berasal dari rumah tangga dikelola secara mandiri oleh warga, mulai dari memilih dan memilah sampah.

GENDONG – Wali Kota Kupang, dr. Christian Widodo menggendong Novlano Jason Samuel Umbu Rey. Orangtua Novlano sangat bahagia.
GENDONG – Wali Kota Kupang, dr. Christian Widodo menggendong Novlano Jason Samuel Umbu Rey. Orangtua Novlano sangat bahagia. (POS-KUPANG.COM/PETRUS CHRISANTUS GONSALES)

Sampah kemudian dikumpulkan dalam bak sampah yang disediakan di tingkat RT. Satu RT memiliki satu buah bak.

Sampah dari tingkat RT diangkut oleh layanan kebersihan dari Pemerintah Kota maupun secara mandiri menggunakan viar atau truk  sampah  menuju  Tempat Penampungan Sementara (TPS) di kelurahan. Satu TPS tersedia untuk setiap kelurahan.

Dari TPS, sampah diangkut mobil arm roll ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di tingkat kecamatan. Program ini dimulai di dua kecamatan sebagai pilot project.

Di TPST, sampah organik akan dijadikan maggot dan pupuk kompos. Sedangkan sampah anorganik, dijadikan batu bata, biji plastik dan bahan bakar alternatif.

Sampah yang tidak dapat diolah di TPST (sisa 15 persen) akan diproses ulang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Alak.

“Di sini dilakukan proses filter kedua untuk memisahkan bahan seperti kaca, karet, kain, dan lainnya,” ujar Christian Widodo.

Setelah peta jalan tersebut dibeberkan Christian Widodo, di Kelurahan Oebufu sudah mulai menerapkannya.

Bahkan sejak Januari 2025, penanganan sampah dilakukan secara serius dengan pendekatan berbasis masyarakat.

Lurah Oebufu, Zeth Batmalo kepada Pos Kupang mengatakan, produksi sampah di wilayahnya cukup tinggi meski belum melakukan pengukuran secara komprehensif.

“Secara faktual sangat banyak. Biasanya tertumpuk di tanah-tanah kosong, di TPS-TPS liar,” ungkap Zeth Batmalo, Kamis (24/4).

Zeth Batmalo menyebutkan, sebelumnya terdapat sekitar 12 Tempat Pembuangan  Sampah  (TPS) “liar” atau tidak resmi yang dibentuk warga baik dari dalam maupun luar kelurahan.

Keberadaan TPS ini menyulitkan tim pengangkutan karena tidak memiliki sistem penanganan sampah yang teratur. 

PKH - Lurah Oebufu Zeth Batmalo mengatakan, di kelurahan setempat terdapat 413 orang penerima dana Program Keluarga Harapan (PKH)
PKH - Lurah Oebufu Zeth Batmalo mengatakan, di kelurahan setempat terdapat 413 orang penerima dana Program Keluarga Harapan (PKH) (POS-KUPANG.COM/SITI SOLEHA OANG)

Untuk mengatasi persoalan itu, pihak kelurahan selanjutnya menerapkan sistem pengolahan sampah berbasis masyarakat. Warga dilibatkan dan dijadikan sebagai subjek utama.

“Masyarakat menjadi kekuatan utama. Menjadi subjek untuk bersama-sama melakukan penanganan sampah dengan sistem yang sederhana, dimulai dari sumber sampah, yaitu rumah tangga dan pelaku usaha,” jelas Zeth Batmalo.

Dalam program ini, warga dilibatkan sebagai pemilah dan pengepul sampah. Memilah sampah dari rumah.

Sampah organik dan anorganik. Mereka yang bersedia menjadi peserta diberi tanda berupa stiker yang ditempelkan di rumah atau tempat usahanya dan diberikan kartu peserta.

Sistem penanganan sampah ini dijalankan oleh tim yang diberi nama Satgas Penanganan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. Satgas ini di bawah koordinasi Lurah dan pelaksanaan oleh Ketua LPM dan Karang Taruna.

“Penjemputan sampah dilakukan langsung di sumber sampah, di rumah tangga dan pelaku usaha,” ujar  Zeth Batmalo.

Sampah yang sudah dipilah akan dijemput menggunakan motor roda tiga lalu dibawa ke TPS terpusat di RT 35 atau di samping GOR Oepoi Kupang. Di TPS, sampah dipilah dan diproses lebih lanjut oleh sepuluh orang petugas.

“Kita tidak ada lagi TPS di warga. Semua terpusat di RT 35 di atas lahan milik Pemda seluas 800 lebih,” jelas Zeth Batmalo.

Zeth Batmalo bersama warga bersepakat untuk memberikan kontribusi sebesar Rp10.000 per bulan atau dengan sistem penjemputan empat kali. Uang yang berhasil dikumpulkan digunakan untuk mendukung operasional tim Satgas.

Hingga kini, dari total 49 RT, sudah 30 RT yang warganya terlibat dalam program ini. Tiga RT di antaranya telah mencapai partisipasi 100 persen.

Zeth Batmalo mengakui masih membutuhkan truk pengangkut dan alat pengolahan. Dari rumah warga lebih efektif kalau menggunakan truk.

“Motor roda tiga sebenarnya kurang efektif untuk wilayah seluas Oebufu, dengan 12 RW, 49 RT, dan lebih dari 3.600 KK atau 14.000 jiwa,” katanya.

Selain itu, alat pencacah sampah organik yang digunakan saat ini juga memiliki keterbatasan. Mesin hanya bisa beroperasi satu jam setelah itu mesti harus istirahat. Pihaknya butuh mesin pencacah dengan kapasitas lebih besar.

Ke depan, Zeth Batmalo berencana untuk budidaya maggot sebagai bagian dari pengolahan sampah organik. “Untuk sementara kita olah sampah organik menjadi pupuk kompos, dan hasil penjualan sampah ke bank sampah dipakai untuk membiayai operasional,” tutup Zeth.

Kurang Fasilitas

Kelurahan Oebobo masih menghadapi kekurangan fasilitas dalam pengelolaan  sampah. Saat ini, wilayah tersebut hanya memiliki satu TPS dan belum memiliki kontainer sampah.

Lurah Oebobo, Jon Edward Purba mengatakan, pihaknya telah membentuk Satgas penanganan sampah sebagai langkah awal pengolahan sampah.

“Satgas penanganan sampah di Kelurahan Oebobo baru terbentuk kemarin,” ujar Jon Edward Purba , Kamis (24/4).

Jon Edward Purba  mengungkapkan, sebelumnya terdapat 27 TPS di wilayah Oebobo, namun semuanya sudah dipindahkan karena berada di jalan protokol. Saat ini hanya sisa satu TPS di Jalan Suprapto.

Selama ini, pihaknya meminta masyarakat untuk mengelola sampah secara mandiri. Sampah rumah tangga dikumpulkan lalu diangkut ke TPA menggunakan truk milik Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Kupang.

Jon Edward Purba  menyambut baik rencana pengadaan tempat sampah di tingkat RT sesuai program Pemerintah Kota Kupang. Saat ini, empat titik telah disiapkan untuk penempatan kontainer sampah di wilayah itu.

Jon Edward Purba mengatakan, meski belum memiliki sistem pengolahan sampah, Kelurahan Oebobo telah melakukan inisiatif daur ulang sampah melalui Rumah Kreatif Oebobo. Sampah-sampah plastik digunakan menjadi peralatan dan kerajinan rumah tangga.

Ke depan kata Jon, melalui Satgas akan berdiskusi terkait kemungkinan membentuk bank sampah milik kelurahan.

 “Kami akui masih tertinggal dari kelurahan lain yang sudah menjadi contoh,” kata Jon Edward Purba.

Jon Edward Purba terus memberikan imbauan agar warga tidak membuang sampah di kali atau di pinggir jalan.

“Kami sangat membutuhkan kontainer sampah, termasuk kendaraan roda tiga untuk penjemputan sampah,” tutup Jon Edward Purba . 

Pada Rabu (23/4) Wali Kota Kupang, Christian Widodo melakukan kunjungan ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Kelurahan Oesapa Barat, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang. 

Kunjungan yang berlangsung selama 30 menit itu untuk meninjau lokasi tempat pengolahan sampah terpadu yang juga merupakan lokasi yang sama dari Bank Sampah Muara Abu. 

Selain meninjau lokasi, Wali Kota Kupang juga melihat bagian dalam lokasi TPST dan dialog dengan petugas terkait mengenai prosedur pemilahan sampah berdasarkan jenis dan harga yang tertera. 

Christian Widodo juga melihat jenis-jenis sampah, baik sampah plastik atau pun sampah-sampah organik yang sudah diolah menjadi pupuk organik yang sudah melewati proses pembuatan dalam jangka waktu tertentu. Pemerintah Kota Kupang akan membeli pupuk yang sudah diproduksi dari bank sampah Muara Abu ini.

Christian Widodo juga juga berjanji untuk melakukan penambahan alat untuk digunakan bank sampah Muara Abu.

 “Di sini pengolahan sudah berjalan, pengolahannya juga bagus dan memiliki peralatan. Ada beberapa kekurangan nanti akan ditambah oleh Pemerintah Kota Kupang terutama untuk mesin dan juga pelebaran lokasi,” ujar Christian Widodo.

Christian Widodo menambahkan, lokasi pengolahan sampah ini akan di-upgrade menjadi tempat pengolahan sampah terpadu untuk Kecamatan Kelapa Lima dan akan menjadi contoh untuk kecamatan lainnya. (dim/iar/ria)
 


Bentuk Karakter dan SDM Berkualitas Anak Melalui Lomba Karya Tulis dan Debat

Pemerintah Kota Kupang menggelar lomba penulisan karya tulis dan debat bahasa Inggris untuk membangun sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, berkarakter, dan inklusif.

Penyelenggaraan lomba penulisan karya tulis ilmiah untuk siswa-siswi SD/MI dan debat bahasa Inggris untuk siswa-siswi SMP/MTs se-Kota Kupang ini berlangsung di Hotel Neo by Aston pada dari tanggal 23-30 April 2025. 

Wali Kota Kupang, dr Christian Widodo dalam sambutannya mengatakan kegiatan ini tidak hanya mengasah kemampuan berbahasa Inggris anak, tetapi anak dilatih untuk berpikir dan memiliki kepercayaan diri di hadapan publik.

Selain itu, ia menegaskan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Sebab,  kebersihan lingkungan adalah tanggung jawab bersama.

“Bumi bukan warisan melainkan ini adalah pinjaman dari anak cucu kita. Bumi bukan saja tentang lautan dan daratan. Bumi tentang kesehatan penghuninya, udara pagi yang segar dan jalan kota yang bersih,” jelasnya.

Ia menambahkan, kegiatan lomba ini adalah upaya pemerintah kota untuk membangun pendidikan yang berkualitas, berkarakter, dan inklusif, terutama karakter dalam menjaga dan mengelola lingkungan yang sehat.

Kepala Dinas Pendidikan Dumul Djami dalam kesempatan itu menjelaskan, pihaknya telah menginstruksikan setiap sekolah dari jenjang SD hingga SMP untuk menyediakan tempat sampah dan ikut mewujudkan sekolah hijau.

Perlombaan ini katanya adalah upaya mendukung program Wali Kota Kupang dalam penanganan sampah. Siswa-siswi akan diminta menulis pengelolaan sampah dan praktik baik yang telah diterapkan di sekolah masing-masing.

“Yang ditulis adalah apa yang sudah dilakukan di sekolah. Bahasa Inggris juga tentang pengelolaan praktik baik,” katanya.

Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang Oktovianus Naitboho menjelaskan, kegiatan ini dilatarbelakangi kondisi literasi dan numerasi di Indonesia yang masih sangat rendah. 

Berdasarkan laporan PISA, dari 81 negara yang disurvei, Indonesia berada di peringkat 68. Sementara di kawasan ASEAN menempati urutan ke-6 dari 11 negara.

“Dalam kerangka itu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang sebagai bagian integral dari permasalahan negara, kami mulai memfokuskan kegiatan pada literasi dan numerasi antara lain penulisan karya tulis antar siswa dan debat bahasa inggris,” katanya.

Selain itu, perlombaan ini seturut program Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah yang sejalan dengan misi Pemerintah Kota Kupang yaitu membangun SDM yang berkualitas, berkarakter, dan inklusif. “Selain memperkuat akademik, lomba ini bersamaan memperkuat karakter anak untuk mencintai kebersihan,” tambahnya.

Lomba penulisan karya tulis diikuti 284 peserta dari 120 SD/MI se-Kota Kupang. Para siswa akan menuangkan ide dan pengalamannya dalam mengelola sampah di lingkungan sekolah. Sejumlah 284 peserta dari 120 SD/MI se-Kota Kupang ikut lomba penulisan karya tulis. (dim)
 


Jaga Lingkungan dengan Kelola Sampah 

Gubernur NTT, Melki Laka Lena menyebut pembangunan pariwisata bukan hanya bagi segelintir orang. "Pariwisata yang dibangun di NTT bukan hanya untuk segelintir orang, tetapi kami bangun untuk berdampak nyata bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di desa-desa kita," kata Melki Laka Lena, Selasa, (22/4). 

Melki menyampaikan itu saat  menjadi keynote speech via online pada Seminar Nasional dengan tema ‘Menyongsong Revisi Undang-Undang Kepariwisataan’ dan peluncuran Buku ’Kepariwisataan dan Hukum Progresif’ : Menuju Pembangunan Berkelanjutan”.

MELKI LAKA LENA - Gubernur NTT Melki Laka Lena menyebut sosok Paus Fransiskus adalah orang yang mampu membangun peradaban lintas agama.
MELKI LAKA LENA - Gubernur NTT Melki Laka Lena menyebut sosok Paus Fransiskus adalah orang yang mampu membangun peradaban lintas agama. (POS-KUPANG.COM/IRFAN HOI)

Kegiatan itu diselenggarakan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga secara virtual. Melki juga menegaskan komitmennya untuk  mengembangkan potensi pariwisata di NTT agar berdampak positif bagi masyarakat hingga ke desa-desa.

”Komitmen kami, adalah agar pariwisata tumbuh menjadi tempat di mana ekonomi lokal bisa berkembang dengan tangguh, bermartabat, berkualitas, dan inklusi," katanya, dalam pernyataan, Rabu (23/4). 

Kata Melki, dari 10 program prioritas “Ayo Bangun NTT”, Pemerintah Provinsi NTT menempatkan wisata sebagai penggerak ekonomi lokal dan salah satu fondasi utama untuk menjalankan program pemerintah. 

Pemerintah, kata dia, bakal melakukan pelatihan bagi pemandu wisata dan produk destinasi, meningkatkan keterampilan bagi pelaku kuliner, melakukan promosi destinasi di tingkat nasional dan internasional. 

Hal itu untuk memperkenalkan berbagai destinasi wisata, selain Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat yang sudah mendunia. ”Kami ingin membangun pariwisata yang dapat dirasakan manfaatnya oleh rakyat," kata dia. 
Politikus Golkar itu mengatakan, pembangunan pariwisata terus berlangsung dengan semangat keberlanjutan, kolaborasi, dan keberuntungan bagi rakyat.

Baginya kolaborasi antar pelaku pariwisata dan pemerintah daerah, sampai tingkat desa menjadi penting. Tugas pemerintah adalah menyulam itu agar menjadi sebuah ekosistem yang sehat dan produktif. 

Menurut dia, pariwisata tidak harus berpusat di ibukota tiap daerah. Harusnya pariwisata memberi manfaat hingga ke titik pelosok. Untuk itu pemerintah tetap melakukan pembenahan di sektor infrastruktur dan aksesibilitas hingga pengembangan kapasitas SDM. 

"Kami mendorong agar tenaga lokal terlibat, baik melalui SMK, pengembangan vokasi bidang pariwisata. Kami juga mendorong agar pariwisata tetap menjaga kelestarian lingkungan, dengan pengelolaan sampah yang baik. Iklim investasi yang baik juga jadi perhatian penting kami untuk menarik minat para investor dan pengembangan ekonomi,” ujarnya. 

Sisi lain, mendorong UMKM sebagai penggerak ekonomi tiap daerah juga terus dilakukan. Pemerintah membantu promosi yang melibatkan berbagai unsur lainnya. Melki menyebut pemerintah mendorong ekonomi kreatif lokal dengan penggunaan teknologi digital dan media sosial sebagai jembatan pasar. (fan) 

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved