Wisata NTT
Wisata NTT, Liang Bua Jendela untuk Melihat Kehidupan Masa Lalu di Manggarai
Ada sisi lain yang menari bagi wisatawan yaitu Liang Buah, situs sejarah yang banyak berceraita tetantang kehidupan manusia jalan dahulu
Penulis: Alfred Dama | Editor: Alfred Dama
POS KUPANG.COM -- Kabupaten Manggarai tidak hanya menawakan keindahan alam yang luas bisa.
Ada sisi lain yang menari bagi wisatawan yaitu Liang Buah, situs sejarah yang banyak berceraita tetantang kehidupan manusia jalan dahulu .
Dikutip dari pariwisata.manggaraikab.go.id, Liang Bua merupakan salah satu situs gua yang terletak di daerah perbukitan karts di wilayah Kabupaten Manggarai, Flores NTT.
Secara Geografis, lokasinya 15 km di sebelah utara kota Ruteng , Ibu kota Kabupaten Manggarai. Ruteng merupakan salah satu kota wisata yang ada di Nusa Tenggara Timur. Salah satu gua yang menjadi andalan pariwisata Ruteng yaitu Gua Liang Bua yang ada di Dusun Golo Manuk, Desa Liang Bua, Kecamatan Rahong Utara, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Dan secara astronomi, terletak pada koordinat 080 31’ 50,4” LS dan 1200 26’ 36,9’ BT, dengan ketinggian + 500 m di atas permukaan laut. Nama “Liang Bua” berasal dari Bahasa Manggarai - Flores , “Liang” memiliki arti gua dan “bua” berarti dingin, jadi Liang Bua dapat diartikan “gua yang dingin”.
Dilihat dari morfologinya , Liang Bua memang memiliki ciri sebagai hunian pada masa prasejarah.
Hal tersebut terlihat dari ukuran gua yang dalam dan lebar dan atap yang tinggi, serta lantai gua yang luas dan relaif datar. Mulut gua yang menghadap ke timur laut turut mendukung untuk mendapatkan sinar matahari yang cukup dan sirkulasi udara yang baik.
Baca juga: Wisata NTT, Pesona Pantai Atapupu , Wisata Pantai Pasir Putih di Kabupaten Belu
Lokasi gua yang dekat dengan aliran sungai (Sungai Wae Racang dan Wae Mulu), turut mendukung penghuninya untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Sejak dilakukan penelitian pada tahun 1965 oleh Theodore Verhoven, seorang Pastor dari Belanda yang mengajar di Seminari Mataloko, Kabupaten Ngada, Flores Tengah, kemudian dilanjutkan oleh Pusat Penelitian Arkeolog Nasional (Pusat Arkenas) tahun 1978-1989, dan berlanjut dengan penelitian kerjasama antara Puslit Arkenas dengan Universitas New England dan Universitas Wollongong, Australia dan tahun 2001 hingga saat ini di Situs Liang Bua, telah banyak menghasilkan temuan arkeolog yang sangat penting bagi ilmu pengetahuan.
Temuan yang paling spektakuler ditemukan pada 2003 yaitu fosil manusia purba Homo Florensis.
Penemuan manusia purba ini sangat menggemparkan dunia arkeologi baik nasional maupun internasional dan cukup mengundang kontroversi.
Kerangkanya ditemukan pada lapisan Pleostosen Akhir di kedalaman 5,9 m. pada lapisan ini, ditemukan kurang lebih 9 (Sembilan) individu Homo Florensis, akan tetapi hingga saat ini hanya satu yang ditemukan dalam kondisi hampir utuh (Liang Bua 1/LB1).
Baca juga: Wisata NTT, jelajah Utara Manggarai Barat NTT dan Nikmati Indahnya Perbukitan, Sunrise dan Sunset
Dilihat dari ciri fisiknya , kerangka tersebut berjenis kelamin perempuan, diperkirakan berusian 25-35 tahun, dan memiliki karakteristik fisik yang unik, yaitu tingginya hanya 106 cm, tulang kaki dan tangan sangat kekar.
Bagian tengkorak memiliki ciri-ciri arkaik, seperti tulang kening manonjol dengan dahi miring ke belakang, volume otak 380 cm3 (diukur dengan mustart seed) dan 417 cm3 (diukur secara digital dari data CT scan). Bagian wajah menjorok ke depan (prognat) dengan rahang yang kekar, serta tidak memiliki dagu.
Untuk mengetahui pertanggalan Situs Liang Bua dilakukan serangkaian analisis laboratorium melalui 7 teknik yang berbeda, yaitu: Radiocarbon/C 14, Luminescerene (Thermolumineccerene/TL,Optically-Stimulated Luminescerene/OSL, Infrared-StimulatedLuminescerene/IRSL), Electrn spin, Resonance/ESR, Uranium-Series/ U-series,dan gabungan ESR/U-series.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.