Kota Kupang Terkini
BMKG Kelas II NTT Gandeng Cirma NTT Latih 6.000 Petani di Timor Menghadapi Iklim Ekstrem
Tujuan pelatihan ini agar para petani kecil memiliki pemahaman dan ketangguhan menghadapi iklim ekstrem
POS-KUPANG.COM, KUPANG- BMKG Kelas II NTT dan Centrum Inisiatif Rakyat Mandiri (Cirma) NTT selama setahun terhitung dari Januari-Desember 2025 melatih 6.000 petani kecil di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Para petani ini tersebar di Kabupaten Malaka, Timor Tengah Utara (TTU), Timor Tengah Selatan (TTS), Kabupaten Kupang dan Kota Kupang yang ada di 30 desa dan tiga Kelurahan.
Tujuan pelatihan ini agar para petani kecil memiliki pemahaman dan ketangguhan menghadapi iklim ekstrem yang mungkin saja terjadi beberapa tahun mendatang.
Seluruh rangkaian kegiatan itu diawali dengan penandatangan MOU (Memorandum of Understanding) nota kesepakatan perjanjian kerja sama dan Penanaman 200 (dua ratus) bibit anakan pohon pelindung di sumber mata air Oel Neineno Kelurahan Bello Kecamatan Maulafa pada Kamis (13/3/2025).
Isi nota kesepakatan itu menyatakan Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika Kelas II NTT dan Lembaga inisiator Centrum Inisiatif Rakayat Mandiri (Cirma) Kupang akan melakukan mendampingan dan menyelenggarakan Sekolah Lapang Iklim (SLI) yang akan segera di gelar di Timor Barat.
Kepala Stasiun BMKG Kelas II NTT, Rahmattulloh Adji pada kesempatan itu menyatakan,
Upaya itu dilakukan dalam rangka memberikan pemahaman yang baik bagi petani kecil di Timor Barat dalam menyesuaikan perubahan iklim.
Baca juga: Peringatan Dini BMKG: Waspada, Cuaca Ekstrem Masih Berlanjut Hingga Idul Fitri 2025
Sebab menurut Adji, Perubahan iklim telah menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem. Salah satu dampak perubahan iklim pada bidang pertanian yakni isu ketahanan pangan, sehingga perlu ada mitigasi dan adaptasi dengan melakukan kolaborasi dengan menanam pohon dan sekolah lapang iklim.
"Kegiatan tanam pohon hari ini dan penandatangan MOU sebagai upaya Adaptasi dan Mitigasi terhadap perubahan Iklim tidak hanya di Kota Kupang atau NTT tetapi di seluruh Indonesia, sebagai proses atau upaya penyesuaian terhadap perubahan iklim untuk mengurangi dampaknya karena isu yang paling kuat terkait dampak iklim ini yakni ketahanan pangan sehingga perlu ada penguatan bagi petani kecil,"ucap Adji.
Ia juga menyatakan bangga dan senang dengan sambutan serta antusiasme masyarakat dengan adanya gerakan tanam pohon tersebut, sebagai sinyal dukungan dari seluruh masyarakat khususnya masyarakat Petani yang ada di Kelurahan Bello.
Sementara itu Direktur Centrum Inisiatif Rakyat Mandiri (Cirma) NTT John Ladjar pada kesempatan itu mengatakan dengan adanya perubahan ini, yang paling banyak berdampak adalah para petani kecil karena dampak perubahan Iklim itu menyebabkan terbatasnya curah hujan sehingga ketersedian air tanah makin berkurang hal ini menyulitkan para petani kecil dalam mengolah pertanian.
"Alasan mengapa petani kecil yang dilirik karena sebagaimana kita ketahui bahwa kontribusi rusaknya alam maupun terjadinya iklim ekstrim akhir-akhir ini sebenarnya bukan petani kecil tetapi merekalah yang paling berdampak mengalami, karena itu perlu ada perhatian lebih dalam mendukung tetap tersedianya pangan bagi keluarga petani," jelas Ladjar.
Untuk mengatasi hal itu, lembaga Cirma NTT membangun Kolaborasi dengan BMKG melakukan aksi nyata penanaman kembali bibit anakan pohon dan menggelar sekolah lapang Iklim (SLI) bagi petani kecil di Timor Barat. (*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.