Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Rabu 19 Februari 2025, Jangan Masuk ke Kampung

memikul beban dosanya. Ia terluka, terkapar, sakit, tetapi pada saat yang sama ia melihat sesamanya mengabaikannya

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO-PASTOR JHON LEWAR SVD
Pastor John Lewar, SVD Renungan Harian Katolik Rabu (19/2/2025), Jangan Masuk ke Kampung 

Oleh : Pastor Jhon Lewar SVD

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Rabu 19 Februari 2025, Jangan Masuk ke Kampung

Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz, STM Nenuk Atambua Timor

Hari biasa Pekan ke 6
Lectio: Kejadian 8:6-13, 20-22-;
Mazmur 116: 12-13,14-15,18-19; Markus 8:22-26

Meditatio:
Dalam berita injil Markus (8: 22-26) kali ini, terjadi penyembuhan di Betsaida. Orang membawa kepada Yesus seorang buta dan memohon agar Ia menjamahnya. Tindakan itu mengungkapkan belas kasih Allah pada manusia. Hal yang menarik adalah bahwa Yesus melakukan penyembuhan tersebut di luar kampung, tidak secara publik. Ia meludahi dan menyentuh mata orang tersebut, sehingga ia sembuh. Sesudahnya,
orang buta yang telah sembuh itu dilarang untuk masuk ke dalam kampung.

Lazimnya, Yesus melakukan penyembuhan atau pengusiran setan di depan mata banyak orang. Muncul pertanyaan, apakah karena Yesus tidak mau bahwa apa yang dibuatNya diketahui orang-orang kampung? Dan mengapa Yesus melarang orang itu masuk ke kampung?

Ada beberapa hal yang sangat inspiratif yang perlu kita renungkan bersama. Hal pertama, kita dipanggil oleh Tuhan menjadi saudara seperjalanan bagi sesama. Iman seseorang tidak selalu sempurna, tetapi
iman orang lain bisa menyempurnakan.

Betapa indah hidup beriman yang demikian. Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Betsaida. Di
situ orang membawa kepada Yesus seorang buta dan mereka memohon kepada-Nya, supaya Ia menjamah dia (Mrk.8:22).

Mengikuti Yesus memang bukanlah menentukan siapa yang lebih cepat tiba di tujuan, tetapi mencari cara supaya bersama-sama dapat berjalan menuju Dia, Sang Penyelamat. Kita tidak boleh membiarkan sesama yang lemah memikul sendiri beban dosanya sejauh kita masih bisa melakukan sesuatu yang menolongnya. Mentalitas ini kita butuhkan, sebab banyak juga umat beriman yang akhirnya meninggalkan Gereja kudus karena merasa sendirian memikul beban dosanya. Ia terluka, terkapar, sakit, tetapi pada saat yang sama ia melihat sesamanya mengabaikannya.

Gereja yang baik adalah Gereja yang berjalan bersama; Gereja Sinodal. Kedua, larangan kepada si buta jangan masuk ke kampung. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa di kampung, orang hidup damai dan rukun,
saling membantu dan menolong, memiliki rasa persaudaraan dan kekerabatan yang tinggi, saling menghormati dan menghargai dan selalu bergotong royong. Setelah orang buta itu sembuh, Yesus membawa dia keluar dan berkata: Jangan masuk ke kampung.

 Pernyataan ini merupakan sebuah ajakan agar jangan kembali kepada struktur hidup masyarakat yang salah. Tinggalkan pola hidup yang salah yakni kesombongan, kekerasan hati, kecemburuan, irihati dan dengki.

Baharuilah dirimu sendiri. Jadilah manusia baru, yang setia kepada Kristus dan mencintai sesama manusia secara jujur dan benar, termasuk yang masih buta hati nuraninya. Hanya orang yang menyerahkan diri dan
percaya kepada Yesus dapat mengalami kesembuhan total.

Kita berdosa, maka kita harus berani melakukan pertobatan dengan cara datang kepada Tuhan. Meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa dan memulai perbuatan yang baik dan berkenan kepada Tuhan.

Seperti orang buta yang dipanggil oleh Yesus meninggalkan kampung halamannya, demikian juga kita perlu meninggalkan masa-masa dosa, masa kelam menuju masa yang penuh harapan. Seringkali kita tidak maju dalam pertobatan karena terus merasa nyaman dengan masa lalu yang penuh dosa.

Tuhan Yesus menghendaki agar semua orang bisa melihat. Tuhan mengajak kita agar mampu melihat kebaikan, melihat karya - karya Allah yang nampak dalam diriNya, agar kita juga mampu untuk berbuat
sesuatu demi kemuliaan Tuhan dan sesama. Menyadari kebutaan hati kita, mari kita juga mencari Yesus dan memohon agar Ia sudi mencelikkan mata hati kita, menjernihkan nurani kita, sehingga kita lebih menyadari pentingnya iman, pentingnya pelayanan dan pentingnya kekudusan diri.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved