Liputan Khusus
Lipsus - Plafon Ruang Kelas SD di Kupang NTT Ambruk, Guru Panik Siswa Terluka
Markus Toni Ndun, petugas keamanan di sekolah tersebut menjelaskan, insiden terjadi secara tiba-tiba saat siswa dan guru berada di dalam kelas.
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Plafon ruang kelas 1D di UPTD Sekolah Dasar Inpres (SDI) Oesapa, di Jl. Pelita KM 10, Kelurahan Oesapa, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, ambruk saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sedang berlangsung pada, Kamis (16/1) sekitar pukul 09.00 Wita.
Markus Toni Ndun, petugas keamanan di sekolah tersebut menjelaskan, insiden terjadi secara tiba-tiba saat siswa dan guru berada di dalam kelas.
"Kejadian tadi pagi, disaat anak-anak dan guru sedang belajar," ungkap Markus.
Menurut Markus, plafon roboh akibat atap yang bocor sehingga struktur plafon tidak mampu menahan beban air yang merembes.
Pantauan Pos Kupang di lokasi menunjukkan ruang kelas 1D masih dalam kondisi porak-poranda. Puing-puing plafon yang roboh masih berserakan di dalam kelas. Sementara buku-buku pelajaran tertutup debu dari reruntuhan plafon tersebut.
Ruangan tersebut belum dibersihkan, dan proses belajar mengajar untuk kelas tersebut terpaksa dihentikan sementara.
Ambruknya plafon di ruang kelas 1D SDI Oesapa itu membuat puluhan siswa dan guru wali kelas panik, menangis, dan meminta pertolongan.
Salah satu siswa kelas 1D, Gabriel Renggi, menceritakan kepada ibunya, Ayu Nggelan, bagaimana dirinya merasa ketakutan selama insiden berlangsung.
"Gabriel cerita bilang dia takut karena semua teman-teman dan ibu guru menangis minta tolong saat plafonnya rubuh," ujar Ayu mengutip cerita anaknya kepada Pos Kupang melalui sambungan telepon.
Ayu mengatakan, anaknya pulang lebih awal dari biasanya, yang membuatnya curiga ada sesuatu yang tidak beres. Setelah ditanya, Gabriel mengungkapkan bahwa plafon ruang kelas mereka jatuh.
“Dia merasakan sakit di bagian kepala dan punggung akibat insiden tersebut,” ujarnya.
Untuk mengurangi rasa sakit yang dialami anaknya, Ayu mengoleskan minyak pada bagian tubuh yang terasa sakit. Meskipun demikian, Ayu menyatakan jika kondisi Gabriel membaik, ia akan tetap mengizinkan anaknya mengikuti kegiatan belajar-mengajar di sekolah pada keesokan harinya.
Ayu berharap pihak sekolah dan pemerintah daerah segera mengambil langkah untuk memastikan keselamatan siswa dan guru dengan memeriksa serta memperbaiki kondisi bangunan sekolah yang mungkin sudah tua atau rusak.
"Kami berharap pihak sekolah dan pemerintah secepatnya melihat kondisi sekolah dan memperbaikinya lebih baik lagi, agar kejadian yang sama tidak terulang lagi," tambahnya.
Pada saat insiden tersebut, Dina Joh, S.Pd, Wali Kelas 1D berjuang menyelamatkan 23 siswa-siswinya. Aksinya yang spontan membuatnya terluka, tetapi berhasil mencegah korban jiwa di antara siswa-siswinya.
“Kejadian berlangsung sekitar pukul 09.15 Wita, tepat setelah para siswa menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lagu 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat,” ujarnya.
Dina yang sedang melakukan absensi melihat tanda-tanda plafon akan runtuh di bagian belakang, tepat di mana anak-anak duduk.
"Saya melihat plafon di atas anak-anak mulai retak dan bergerak seolah akan jatuh. Spontan, saya langsung berlari ke arah anak-anak itu untuk menahan plafon agar tidak mengenai mereka," ujar Dina yang ditemui di kediamannya.
Namun, upaya Dina tak mampu sepenuhnya menahan berat lempengan plafon. Lempengan plafon itu jatuh dan menghantam kepalanya. Meski begitu, ia tetap berusaha melindungi siswa yang berada di dekatnya.
"Saya berteriak meminta tolong sambil menahan plafon yang sudah jatuh. Teman-teman guru segera datang dan membantu mengevakuasi anak-anak," tambahnya.
Dina mengatakan, beberapa siswa yang tertindih lempengan plafon berhasil diselamatkan, sementara yang lain berlindung di bawah meja.
"Saat itu saya panik dan menangis, tapi saya hanya memikirkan keselamatan anak-anak," ungkap Dina.
Setelah semua siswa dievakuasi, Dina baru menyadari luka yang dideritanya. Kepala dan lengan kirinya terasa sakit akibat hantaman plafon.
"Saat kejadian saya tidak merasa sakit karena panik. Tapi, di rumah kepala saya bengkak dan lengan saya sakit, sehingga saya langsung mencari tukang pijat," katanya.
Dina juga mengungkapkan trauma yang dialaminya setelah insiden itu. Dina berharap pihak sekolah dan pemerintah segera mengambil langkah serius untuk memperbaiki kondisi bangunan sekolah.
"Saya tidak ingin kejadian ini terulang lagi. Anak-anak masih kecil dan seharusnya mereka merasa aman di sekolah," tuturnya.

Kasus Ketiga
Laurensius Leu, perwakilan dari pihak sekolah yang disuruh Kepala Sekolah SDI Oesapa menjelaskan, robohnya plafon di ruang kelas 1 D SDI Oesapa tersebut menyebabkan tiga orang siswa mengalami luka ringa.
Menurut Laurensius, peristiwa robohnya plafon ruangan kelas ini bukan baru pertama kali terjadi tetapi sudah yang ketiga kalinya. Sebelumnya, kata Laurensius plafon di kelas 4B dan 1C juga mengalami hal yang serupa.
"Bukan hanya kejadian hari ini, tetapi sebelum libur pada 15 Desember plafon di kelas 4B ambruk. Kemudian, pada 26 Desember kejadian yang sama terjadi di kelas 1C," ungkap Laurensius.
Laurensius menambahkan, kondisi peserta didik yang terkena dampak hanya mengalami luka lecet ringan. Namun, insiden ini menjadi perhatian serius karena terjadi saat KBM berlangsung.
Pihak sekolah berencana melaporkan kejadian ini kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang serta Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR).
"Kami masih merangkum data-data terkait insiden ini untuk segera disampaikan ke pihak terkait," jelasnya.
Mereka berharap agar langkah cepat dapat diambil untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali, demi keselamatan siswa dan kelancaran proses belajar mengajar.
Oleh karena terjadi insiden tersebut lanjut Laurensius, maka KBM untuk enam ratus siswa-siswi di SD Inpres Oesapa pada Jumat (17/1) hari ini akan digelar di emperan kelas.
“Demi keselamatan siswa, pihak sekolah memutuskan untuk memindahkan seluruh kegiatan belajar mengajar ke emperan kelas. KBM di emperan kelas menjadi pilihan sekolah untuk menjaga keamanan dan keselamatan peserta didik dan guru,” ujar Laurensius.
Menurut Laurensius, melalui rapat darurat yang digelar setelah kejadian, diputuskan bahwa aktivitas belajar mengajar tetap berjalan, tapi di emperan kelas masing-masing hingga ada solusi yang lebih aman.
Laurensius mengungkapkan, keputusan ini diambil demi mengantisipasi kejadian serupa di ruang kelas lainnya, terutama karena cuaca buruk yang sedang berlangsung.
"Kami ada enam ratus lebih siswa dari kelas 1 sampai 6 yang besok akan belajar di luar kelas atau di emperan kelas," jelasnya.
Laurensius menambahkan, ruang kelas 1C, 1D, dan beberapa ruang kelas lainnya merupakan bangunan baru yang selesai dibangun pada tahun 2023. Namun, hingga kini, bangunan tersebut belum diserahterimakan secara resmi kepada pihak sekolah.
"Di tahun 2024 ruang kelas ini baru kami pinjam pakai. Tapi belum diserahterimakan," ungkap Laurensius.
Laurensius berharap pemerintah daerah dan dinas terkait segera turun tangan untuk mengevaluasi kondisi bangunan dan memberikan solusi agar proses belajar mengajar tidak terganggu lebih lama. (rey)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.