Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 12 Januari 2025, Makna Pembaptisan

Yohanes Pembaptis membaptis orangorang dengan air, tetapi ia juga menegaskan bahwa Yesus membaptis

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO-DOK
Pater John Lewar, SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik Minggu (12/1/2025), Makna Pembaptisan 

Oleh : Pasor John Lewar SVD

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Minggu 12 Januari 2025, Makna Pembaptisan

Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz, STM Nenuk Atambua Timor

Pesta Pembaptisan Tuhan
Lectio: Yesaya 40:1-5,9-11; Mazmur 104:1b-2,3-4,24-25,27-28,29-30;
Titus 2:11-14; 3:4-7; Lukas 3:15-16,21-22.

Meditatio:
Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Kristus. Hari ini Gereja merayakan Pesta Pembaptisan Tuhan. Pesta pembaptisan Tuhan mengakhiri masa Natal dan menghantar kita masuk ke masa biasa.

Ada begitu banyak orang heran setengah mati dan bertanya, bagaimana mungkin Yesus dibaptis seperti kebanyakan orang Yahudi lainnya.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 12 Januari 2025, “KepadaMulah Aku Berkenan”

Bagaimana Anak Allah dibaptis oleh seorang manusia di Sungai Yordan? Sepertinya tidak masuk akal, Yesus sebagai Tuhan minta dibaptis. Ternyata pembaptisan Yesus berbeda dengan pembaptisan manusia
biasa.

Penginjil Lukas mengatakan bahwa Yohanes Pembaptis membaptis orangorang dengan air, tetapi ia juga menegaskan bahwa Yesus membaptis "dengan Roh Kudus dan dengan api" (Luk 3:16).

Roh dan api secara simbolis dilihat sebagai proses pembersihan dan permurnian hati manusia. Ketika Yesus dibaptis, terdengarlah suara dari langit : "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan!" (Luk
3:22).

Dalam kata-kata itu terungkaplah pernyataan yang sangat mendasar tentang siapakah sebenarnya Yesus, yang sebagai pribadi dikenal sebagai "orang dari Nasaret itu".

Ternyata Yesus adalah ungkapan kasih Allah kepada Israel yang baru, sebagai umat-Nya yang sebenarnya.
Kasih Allah itu diungkapkan kepada kepada kita umat manusia, dengan membiarkan diri-Nya dibaptis di sungai Yordan sama seperti orang-orang lain.

Dengan demikian Ia menunjukkan, bahwa Ia sungguh rela menerima kondisi kita sebagai manusia seutuhnya. Ia solider dengan situasi hidup manusia.

Lahir di Betlehem, dibaptis di sungai Yordan sebagai pengakuan diri sebagai manusia lemah. Tetapi sekaligus di sungai Yordan Yesus juga menerima pengakuan sebagai Putera Allah dan perutusan-Nya sebagai Penyelamat.

Ia taat dan setia melaksanakan perutusan-Nya, rela mengalami kesengsaraan, bahkan kematian di salib, di mana Ia dengan demikian akhirnya menyelesaikan perutusan-Nya!

Apa makna Baptisan Yesus bagi kita?

Pertama, lewat sakramen pembaptisan, kita diangkat dan dikuduskan menjadi anak-anak Allah dan sekaligus diutus untuk menjadi pewarta kebahagiaan, keadilan, cinta kasih kepada orang lain (Yes. 42:1-4.6-7). Sebagai anak Allah diurapi dengan air dan Roh Kudus, kita menjadi perpanjangan tangan Allah untuk memberikan dan membawakan pengharapan lewat pelayanan yang tak kenal pamrih dan lelah.

Kristus telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat
baik” (Tit. 2:14).

Kita terpanggil untuk rajin berbuat baik bagi sesama. Berbuat kebaikan sebagai wujud cinta kasih kita kepada sesama. Kita bersyukur oleh pembaptisan kita telah menjadi anak-anak Allah yang dikasihi-Nya, maka hendaknya hidup berkenan di hadapan-Nya dengan melakukan kebaikan-kebaikan kepada sesama kita.

Kita melakukan semua kebaikan dengan tulus demi cinta kita kepada Tuhan dan sesama, sebab “…setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah” (1 Yoh. 4: 7b).

Kedua, Pembaptisan membuka jalan bagi kita untuk membawa semua orang mengenal Yesus yang hadir dalam diri dan menguasai hidup kita. Artinya semua tugas pelayanan kita haruslah selalu mengarah kepada
Yesus bukan mengarah kepada diri kita.

Nama Tuhan Yesus harus lebih popular dari pada nama kita. Paus Fransiskus mengatakan, “Jangan ada
narsisisme rohani” dalam hidup kita, di mana kita menomorduakan Tuhan
dan menomorsatukan diri kita.

Orang-orang narsis rohani adalah mereka yang suka cari muka, suka menghitung-hitung atau menceritakan
keberhasilan pelayanannya kepada orang lain, membesar-besarkan diri supaya mendapat pengakuan dan mendapat nama.

 Jika orang tidak memberi hormat, tidak menghaturkan terima kasih, tidak jarang kita menjadi marah dan merasa dilecehkan. Tidak jarang kita merasa sungguh berjasa besar atas diri seseorang atau atas peristiwa tertentu.

Rasa marah dan kecewa akan selalu muncul ketika namanya tidak disebutsebut dalam pengantar atau dalam sambutan atau tidak mendapat pengakuan bahkan pujian dan sanjungan dari orang lain. Bukankan
semuanya untuk kemuliaan Tuhan dan keselamatan jiwa-jiwa?Saudarisaudaraku yang terkasih dalam Kristus.

Missio: Kita barui diri dengan menghayati sakramen pembaptisan dan menjalani janji-janji baptis dengan setia.

Doa:
Tuhan Yesus, pada Pesta Pembatisan, kami mohon baruilah diri kami supaya dapat menghayati sakramen pembaptisan kami dan menjalani janji-janji baptis kami dengan setia. Amin.

Sahabatku yang terkasih, selamat hari Minggu, Pesta pembaptisan Tuhan. Salam doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Bapa dan Putera dan Roh Kudus...Amin.(*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved