Sabu Raijua Terkini

Kasus DBD Dipicu Perubahan Pola Hidup Masyarakat di Sabu Raijua NTT

Namun pada puncak musim kering tahun 2024 meningkat sangat tajam. Hal ini disebabkan adanya perubahan pola hidup di masyarakat

Penulis: Agustina Yulian Tasino Dhema | Editor: Edi Hayong
POS-KUPANG.COM/DINKES SABU RAIJUA
Seorang petugas melakukan fogging di salah satu rumah warga di Kecamatan Hawu Mehara,  Kabupaten Sabu Raijua pada Selasa(7/1/2025) 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Asti Dhema 

POS-KUPANG.COM, SEBA - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam tiga tahun terakhir tergolong rendah di Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Namun pada puncak musim kering tahun 2024 meningkat sangat tajam. Hal ini disebabkan adanya perubahan pola hidup di masyarakat. 

Kepala Dinas Kesehatan Sabu Raijua, Thobias Jusuf Messakh mengungkapkan, pada musim puncak musim kering, masyarakat Sabu Raijua kesulitan mendapatkan air bersih. 

Pada tahun-tahun sebelumnya masyarakat umumnya membeli air tengki yang bisa dipakai dalam kurun waktu yang singkat, namun pada tahun ini banyak masyarakat yang mulai membuat wadah penampung air menggunakan terpal, geomembaran atau drum. 

Pola perubahan hidup ini menciptakan genangan-genangan air pada musim kemarau dan cenderung menjadi tempat berkembangbiaknya jentik-jentik nyamuk Aedes Aegypti. 

"Kalau dulu di kampung-kampung dekat sumur tapi tidak tampung air di bak. Sudah tidak pikul-pikul lagi tapi tampung di wadah-wadah itu. Lainnya juga mungkin keterbatasan kami dalam memberikan edukasi tetapi kita harus monitor terus, kita juga punya keterbatasan yang membutuhkan peran aktif semua pihak," terang Thoby pada Selasa (7/1/2025).

Kondisi ini menyebabkan lonjakan tajam jumlah pasien DBD di Sabu Raijua mencapi 479 orang hingga periode Desember 2024. 

Adapun pasien DBD didominasi oleh anak-anak sekolah rentang usia 5 sampai dengan 14 tahun. 

Setelah diselidiki, pasien DBD ini terinfeksi saat berada di sekolah sehingga langkah yang diambil adalah pembersihan lingkungan sekolah yang terindikasi penyebaran DBD kemudian dilakukan fogging atau pengasapan dengan menyemprotkan bahan pestisida untuk membunuh nyamuk secara luas. 

Petugas kesehatan juga mengimbau kepada orang tua siswa untuk menyiapkan obat seperti lotion sebagai salah satu teknis tindakan untuk mencegah penyebaran DBD.(dhe) 

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved