Imigran Ilegal

Sedih Perairan Rote Tiada Armada, Penyelundup dan Imigran Bebas Berlayar Tanpa Terlacak

Deni lalu buka suara perihal imigran yang setiap tahunnya selalu terdampar di Pulau Rote, Provinsi NTT

|
Penulis: Mario Giovani Teti | Editor: Edi Hayong
POS-KUPANG.COM/MARIO TETI
Potret 15 imigran Bangladesh saat diamankan di rumah Kepala Desa Kolobolon, Kabupaten Rote Ndao pada Desember 2024 lalu. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Mario Giovani Teti

POS-KUPANG.COM, BA'A - Penting untuk menyadari bahwa perairan Pulau Rote sebagai garda Selatan NKRI perlu dijaga agar tidak ada penyusup dari negara luar yang masuk ke Indonesia.

Sayangnya ini berbanding terbalik dari apa yang menjadi harapan bersama. Minim bahkan tiada armada kepolisian maupun angkatan laut untuk menjaga wilayah perairan Selatan NKRI ini membuat penyelundup dan imigran gelap sering melanglang buana bebas tanpa terbaca.

Hal ini membuat Wakil Ketua DPRD Kabupaten Rote Ndao, Denison Moy geram.

Deni lalu buka suara perihal imigran yang setiap tahunnya selalu terdampar di Pulau Rote, Provinsi NTT.

"Saya pikir ini atensi khusus untuk negara terhadap pengawasan wilayah laut di Kabupaten Rote Ndao," ucap Deni kepada POS-KUPANG.COM, Jumat (3/1/2025).

Diungkapkannya, lautan Rote punya banyak potensi sumber daya, tentu dengan silih berganti para imigran melewati wilayah perairan Rote, akan berdampak pada aspek sosial, keamanan serta pengancaman terhadap keutuhan wilayah NKRI.

"Banyak kekayaan alam di wilayah laut kita yang perlu dijaga, setiap tahun ada imigran terdampar di wilayah kita. Mari kita jangan anggap para imigran ini hanya mencari suaka semata ke Australia, tetapi jangan sampai mereka membawa misi-misi khusus di wilayah laut kita," lugas Deni.

Ia juga berharap pengamanan teritori laut Selatan Rote ini lebih diperketat.  Imbauan ini, kata dia, bukan saja disampaikan untuk Pemerintah Kabupaten Rote Ndao melainkan untuk Kementerian Pertahanan RI.

Baca juga: Kronologi Terdamparnya 15 Imigran Asal Bangladesh di NTT, Sempat Ditahan oleh Otoritas Australia

"Di Rote sudah ada Angkatan Laut, kita harap dilengkapi dengan armada yang khusus dan perlengkapan alutsista yang baik untuk melakukan patroli maupun pengamanan di wilayah laut kita," tegas Deni.

Dengan begitu, ia kembali berharap tahun depan tidak ada lagi imigran yang melintasi perairan Rote bahkan sampai ditangkap di wilayah Kabupaten Rote Ndao. 

Sementara itu, mantan Penjabat Kepala Desa Sonimanu, Melkior Saek mengharapkan Pemerintah Kabupaten Rote Ndao dapat bekerjasama dengan  Polsek Jajaran dan Polres Rote Ndao untuk terus menindaklanjuti masalah terdamparnya 44 imigran asal Bangladesh dan Rohingya di wilayah desanya hingga tuntas.

"Imigran ini tidak bisa dibebaskan begitu saja tetap dikawal terus, hingga ketakutan yang sementara menghantui masyarakat Desa Sonimanu hilang," ungkap Melkior beberapa waktu lalu.

Dijelaskan Melkior, imigran yang terdampar di muara laut Dusun Bongodale, Desa Sonimanu itu membuat masyarakat kebingungan bahkan merasa takut, karena orang-orang yang berada dalam kapal tidak bisa berbahasa Indonesia.

Saat itu, warga hanya bisa mendorong kapal tersebut dan bersama para imigran datang ke rumah Ketua RW setempat, Reflon Saek.

"Pak Ketua RW menelpon saya dan menyampaikan kejadian tersebut. Sesudah itu, saya langsung melaporkan ke Polsek Pantai Baru dan anggota Polisi langsung turun ke lokasi," ucap Melkior.

Dia mengucapkan terima kasih kepada pihak Polsek Pantai Baru yang bertindak begitu cepat. 

Ia pun mengapresiasi perangkat dan aparat desa serta anggota polsek yang begitu antusias, sehingga orang-orang yang tidak dikenal itu dapat diamankan.(*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved