Berita Sikka
Festival Watukrus 2024, Merawat Identitas Religius dan Mendorong Pariwisata Desa di Sikka
Seminar ini menghadirkan narasumber yang kompeten, termasuk Antropolog Ledalero Pater Ansel Doredeo SVD dan penutur sejarah lokal

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Albert Aquinaldo
POS-KUPANG.COM, MAUMERE - Festival Watukrus 2024 yang digelar pada 18 hingga 20 Desember sukses menarik perhatian warga lokal, pengunjung, serta tamu mancanegara.
Bertajuk “Merawat Watukrus sebagai Identitas Religius,” festival ini tidak hanya menghadirkan berbagai acara menarik, tetapi juga menjadi sarana untuk mempromosikan Desa Watukrus sebagai destinasi wisata berbasis religi.
Festival ini secara resmi dibuka oleh Pj Bupati Sikka yang diwakili oleh Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sikka.
Acara pembukaan yang berlangsung meriah ini turut dihadiri oleh Ketua DPRD Kabupaten Sikka, Pater Ansel Doredeo SVD, Camat Bola, serta kepala desa se-Kecamatan Bola.
Selain itu, kegiatan ini juga dihadiri oleh para pelaku seni dan usaha, masyarakat setempat, serta tamu dari luar negeri.
Dalam sambutannya, Ketua DPRD Kabupaten Sikka dan Kadis Pariwisata Kabupaten Sikka memberikan apresiasi tinggi terhadap festival ini, yang mereka nilai memiliki nilai lebih karena diawali dengan seminar tentang Watukrus sebagai identitas religius.
Seminar ini menghadirkan narasumber yang kompeten, termasuk Antropolog Ledalero Pater Ansel Doredeo SVD dan penutur sejarah lokal.
Menurut mereka, festival ini berpotensi menjadi agenda tahunan yang dapat mengangkat sektor pariwisata di Kabupaten Sikka, khususnya dalam pengembangan wisata berbasis religi.
Selama tiga hari, Festival Watukrus menyuguhkan berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat setempat, anak-anak, hingga pelaku seni.
Hari pertama dimulai dengan seminar tentang Watukrus yang diikuti dengan lomba perahu hias, yang diikuti oleh peserta dari desa pesisir Kecamatan Bola. Lomba ini bukan hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga sebagai bentuk apresiasi terhadap seni dan budaya lokal.
Pada hari kedua, sejumlah lomba menarik dilaksanakan, seperti lomba mewarnai dan menggambar yang diikuti oleh 61 peserta dari berbagai tingkat pendidikan. Kegiatan ini diadakan di titik 0 Watukrus dan dinilai oleh tim juri yang terdiri dari pelukis bung Tame, Dinas Pariwisata, dan Dewan Kesenian Kabupaten Sikka.
Baca juga: Sepeda Motor Terjun Ke Jurang, Seorang Petani di Watukrus Sikka Meninggal Dunia
Tidak ketinggalan, napak tilas segitiga emas Watukrus yang menghubungkan Watukrus, Sumur Wairbaluk, dan Makam Tua, turut diikuti oleh panitia dan warga setempat.
Lomba story telling yang mengangkat kisah sejarah Watukrus juga menjadi salah satu sorotan, dengan juri yang terdiri dari penutur sejarah dan pelaku seni setempat.
Hari ketiga festival ditutup dengan pameran seni budaya, kuliner, serta produk kreatif dari warga desa Watukrus.
Pameran ini melibatkan BUMDes Maju Bersama, Ipir, dan BUMDes Lanan Dete dari Kecamatan Bola, yang memamerkan berbagai produk unggulan. Malam apresiasi diakhiri dengan pengumuman pemenang lomba dan penampilan budaya khas Watukrus yang semakin memeriahkan suasana.
Salah satu highlight dari festival ini adalah penampilan tarian tradisional khas Watukrus yang sempat hampir dilupakan, yakni "Ladon Bele."
Tarian ini menjadi simbol kebudayaan yang terus dilestarikan, diiringi dengan penampilan-penampilan budaya dari desa wisata lain di Kecamatan Bola.
Tarian "Hae Kelo" dan "Jata Kapa" dari Sanggar Mahelela, serta tarian perang "Bebing" dari Sanggar Raga Natar, semakin menambah warna pada kemeriahan festival ini.
Tari-tarian ini bukan hanya menjadi hiburan, tetapi juga sebagai upaya pelestarian budaya yang kian langka. Kolaborasi seni budaya antar desa wisata di Kecamatan Bola turut memberi kesan eksotik dan menyemarakkan suasana festival yang penuh warna.
Di akhir acara, Camat Bola, Yohanes Impirianus, S.Sos, menyampaikan apresiasi kepada Pemdes Watukrus, BPD, dan masyarakat desa yang telah bekerja keras dalam menyukseskan festival ini.
Ia juga mengungkapkan, festival ini menjadi momentum penting dalam merawat dan mempromosikan Watukrus sebagai bagian dari identitas desa dan kecamatan yang harus dijaga bersama.
"Festival ini merupakan pemicu untuk mendorong akselerasi pengembangan pariwisata berbasis desa di Kecamatan Bola," kata Impirianus.
Yance Moa, seorang penggiat wisata dari Asidewi Sikka, yang juga berperan aktif dalam mendampingi festival ini, menambahkan bahwa acara ini bukan hanya sebagai promosi wisata, tetapi juga sebagai ajang untuk membangun kesadaran kolektif masyarakat.
"Pembangunan pariwisata berbasis desa bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga melibatkan masyarakat sebagai pelaku dan pemilik pariwisata," ujar Yance Moa.
Baca juga: Diterjang Gelombang Tinggi, Ruas Jalan Pantura Sikka Nyaris Putus
Festival Watukrus 2024 ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk pengembangan pariwisata berbasis minat khusus atau wisata religius yang lebih maju, serta menjadi contoh bagi desa-desa lain di Kabupaten Sikka untuk terus menjaga dan mengembangkan potensi wisata mereka.
Melalui Festival Watukrus, masyarakat diharapkan semakin menyadari pentingnya menjaga kekayaan budaya dan religi mereka sebagai daya tarik wisata.
Dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat dalam pengelolaan pariwisata desa, festival ini menjadi simbol kebersamaan dalam membangun ekosistem pariwisata yang berkelanjutan dan berbasis pada kearifan lokal. (*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.