Kabar Artis

Asal-usul Nama Gus Miftah Terkuak, Sosok Ini Bongkar Keturunan Asli

Dalam video itu tersebut mantan pejabat utusan khusus presiden Gus Miftah ini melemparkan candaan yang bermuatan kata kasar pada penjual es teh.

Editor: Yeni Rahmawati
GRID.ID
Pengakuan - Gus Miftah mengaku dirinya keturunan Kiai Ageng Hasan Besari, ulama dari Ponorogo. 

POS-KUPANG.COM - Nama pendakwah Gus Miftah belakangan ini perbincangan publik usai menghina penjual est teh saat pengajian.

Dalam video itu tersebut mantan pejabat utusan khusus presiden ini melemparkan candaan yang bermuatan kata kasar pada penjual es teh.

Buntut dari hal itu, netizen tak hentinya menghujat sikap Gus Miftah yang dinilai tak pantas.

Bahkan Gus Miftah dituntut mundur dari jabatannya sebagai utusan khusus presiden.

Benar saja, Gus Miftah lantas menyatakan mundur dan meminta maaf pada penjual es teh serta masyarakat Indonesia.

Diduga hina penjual es teh, nama Gus Miftah pun langsung dikorek netizen.

Banyak yang bertanya-tanya mengapa pria bernama lengkap Miftah Maulana Habiburokhman itu disebut Gus.

Baca juga: Jessica Iskandar Ungkap Sifat Asli Suami saat Dirinya Berjuang Melahirkan, Berbanding Terbalik

Dilansir dari Tribunnewsbogor.com, Nama Gus itu disematkan pada nama Miftah lantaran dirinya memiliki pondok Ora Aji di Yogyakarta.

Tak hanya itu, Miftah juga pernah menyebut dirinya keturunan ulama besar di Jawa Timur.

Di sebuah kajian, Miftah pernah menjelaskan soal silsilah keluarganya.

Miftah mengaku dirinya keturunan Kiai Ageng Hasan Besari, ulama dari Ponorogo.

Baca juga: Aisar Khaled Salting Saat Sebut Nama Fuji, Sang Youtuber Langsung Minta Ijin ke Haji Faisal

"Kebetulan saya keturunan ke-9 dari Mbah Muhammad Besari. Miftah, Kiai Murodi, Muhammad Boniran, Muhammad Usman, Jalal, Iman, Karyo Nawi, Madarum, Muhammad Ilyas, Muhammad Besari," ungkap Gus Miftah.

"Saya keturunan ke-18 dari Prabu Brawijaya, keturunan ke-17 dari Raden Patah Demak," akuinya.

Buntut dari klaim itu, keturunan asli Kiai Ageng Muhammad Besari pun buka suara.

Dzuriyah Generasi ke-8 Kiai Ageng Muhammad Besari, Raden Kunto Pramono menyebut nama Miftah tidak ada di buku silsilah keluarganya.

Oleh karena itu, ia belum yakin jika Gus Miftah adalah keturunan asli keluarganya.

"Itu (Gus Miftah) tidak ada dalam silsilah. Maksud saya, saya mengharapkan kalau memang dari Kiai Ageng Muhammad Besari itu, dari istri keberapa, itu nanti akan ketemu. Setelah saya cek (Miftah) kok enggak ada, saya merasa ada keraguan di sana," kata Raden Kunto Pramono.

Berikut adalah trah keturunan asli yang tercatat di buku silsilah keluarga sang ulama:

Kiai Ageng Muhammad Besari

Kiai Ageng Muhammad Ilyas

Kiai Kanjeng Bagus Hasan Besari

Kiai Kasan Anom 1

Kiai Kasan Anom 2

Eyang Gatut Muhammad Ismail

Raden Hartawan Cokrodisiswoyo

Raden Kunto Pramono

Lebih lanjut, keluarga keturunan 8 Kiai Ageng Muhammad Besari, Wirastho ikut bersuara soal klaim dari Miftah tersebut.

Ia menyebut nama Miftah dan ayah Miftah tidak tercatat dalam buku silsilah.

"Kita tidak bisa klaim, tapi kita coba untuk menjabarkan data. Kalau Gus Miftah mengaku keturunan Mbah Madarum, itu kok di data kami tidak ada. Kami putri dari eyang Ilyas itu tidak yang menikah dengan Kiai Madarum. Putra dari Kiai Ilyas tidak ada yang bernama Madarum atau Muhammad Abdul Rohman. Sehingga kalau dikatakan apakah keturunan, sesuai data kami tidak ada (nama Miftah)," imbuh Wirastho, dilansir TribunnewsBogor.com dari tayangan youtube tv one news, Selasa (10/12/2024).

Ia lantas menduga pengakuan Miftah soal keturunan Kiai Ageng Muhammad Besari karena keluarga Miftah memang pernah tinggal di dekat lingkungan pesantren.

Kiai Ageng Muhammad Besari, adalah seorang kiai, bangsawan, dan pendiri salah satu pesantren tertua di Nusantara yakni Pesantren Tegalsari, Ponorogo, Jawa Timur.

"Kalau pernah tinggal, beberapa cerita itu dari mbahnya (Miftah pernah tinggal di dekat Kiai Besari) memang, di timur. Ada sebuah tempat bernama bantengan dekat Mojorejo," ungkap Wirastho.

"Saya pribadi tidak untuk klaim, tapi ini diharap bagi pribadinya (Miftah) kalau memang tidak (bukan keturunan Kiai) lebih baik mengakui tidak. Karena tradisi kami, siapapun diperbolehkan mengaku keluarga, entah keluarga secara genetik maupun keilmuan. Makanya di sini sayatidak meminta pengakuan Gus Miftah, tapi lebih kepada permintaan untuk menyadari sendiri," kata Wirastho.

"Terkait dengan klaim atau upaya glorifikasi apakah memang ini upaya Gus Miftah untuk mendongkrak ketenarannya. Kalau dari keluarga saya prihadi itu tidak merasa sakit hati atau apa, kami menyadari legowo. Tidak hanya Gus Miftah yang kami dengar siapapun yang mencangkokkan kepada trah eyang Muhammad Besari," akui Wirastho.

"3-4 tahun ini kami mencoba untuk menggawangi orang-orang yang ingin mencangkokkan nasab itu. Bukan karena kita merasa sok, tapi untuk menjaga supaya nama leluhur tidak disalahgunakan. Ketika leluhur kami dimanfaatkan untuk kebaikan tidak apa-apa. Tapi ketika digunakan untuk hal negatif, ini yang perlu kita gawangi. Ketika orang mengaku, monggo datang ke sini, bawa silsilah," sambungnya.

Terkait hal ini, Gus Miftah belum memberi tanggapan. (*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Artikel Ini Telah Tayang di GRID.ID

Sumber: Grid.ID
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved