Berita Internasional

Profil Abu Mohammed Al-Julani yang Gulingkan Presiden Assad di Suriah 

Sebagai komandan cabang kelompok Al Qaeda dalam perang saudara Suriah, Abu Mohammed Al Julani, yang juga dikenal sebagai Muhammad al-Jawlani. 

Editor: Dion DB Putra
YT AL-JAZEERA
Abu Mohammed Al-Julani saat memberikan keterangan usai HTS berhasil menguasai Damaskus. 

POS-KUPANG.COM, DAMASKUS - Abu Mohammed Al Julani kini menjadi pusat perhatian masyarakat internasional.

Abu Mohammed Al Julan merupakan tokoh yang menggulingkan Presiden Suriah, Bashar Al Assad dari tampuk kekuasaannya selama puluhan tahun. 

Belum banyak yang mengenal sosok pria ini. Maklum karena dia jarang tampil di depan publik. 

Sebagai komandan cabang kelompok Al Qaeda dalam perang saudara Suriah, Abu Mohammed Al Julani, yang juga dikenal sebagai Muhammad al-Jawlani. 

Hal itu terjadi bahkan ketika kelompoknya menjadi faksi paling kuat yang berjuang untuk menggulingkan Presiden Suriah Bashar Al Assad. 

Saat ini, ia adalah pemberontak Suriah yang paling dikenal, yang secara bertahap menjadi pusat perhatian sejak memutuskan hubungan dengan Al Qaeda pada 2016.

Dia berhasil mengubah citra kelompoknya, dan memimpin pemberontak yang menggulingkan Assad setelah perang saudara yang berlangsung selama 13 tahun.  

"Masa depan kini milik kita," ujar Julani, yang kini menyandang nama aslinya Ahmed al-Sharaa, dalam pernyataan yang dibacakan di stasiun televisi pemerintah Suriah.

Ia menggarisbawahi peran penting yang dimainkan saat pemerintahan keluaraga Assad yang telah berlangsung selama 50 tahun akhirnya runtuh. 

Seraya mengindikasikan upayanya untuk mengamankan transisi pemerintahan yang tertib, Julani menyebutkan, institusi pemerintahan akan tetap berada di bawah pengawasan perdana menteri yang ditunjuk Assad hingga serah terima berlangsung. 

Dengan mengenakan seragam militer, ia mengunjungi Masjid Umayyad yang dibangun pada abad ke-8 di Kota Tua Damaskus, diiringi oleh pendukungnya yang mengabadikan momen tersebut. 

Julani adalah pemimpin faksi pemberontak Hayat Tahrir  Al Sham (HTS), yang sebelumnya dikenal sebagai Front Nusra dan ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh sebagian besar dunia. 

Amerika Serikat menetapkan Julani sebagai teroris pada 2013, dengan mengatakan bahwa kelompok Al Qaeda di Irak telah menugaskannya untuk menggulingkan pemerintahan Assad dan menetapkan hukum syariah Islam di Suriah

AS juga mengatakan Front Nusra telah melakukan serangan bunuh diri yang menewaskan warga sipil dan menganut visi sektarian yang keras. 

Julani pertama kali tampil dalam wawancara dengan media pada 2013, di mana wajahnya ketika itu ditutupi oleh syal gelap dan membelakangi kamera. 

Berbicara kepada Al Jazeera, ia menyerukan agar Suriah menerapkan hukum syariat Islam. 

Sekitar delapan tahun kemudian, ia diwawancara oleh lembaga penyiaran publik AS dalam program FRONTLINE, dengan menghadap kamera dan mengenakan kaus serta jaket. 

Julani mengatakan status teroris yang disematkan kepadanya tidak adil dan ia menentang pembunuhan terhadap orang-orang yang tidak berdosa. 

Ia menyebutkan bahwa Front Nusra telah berkembang dari hanya enam orang yang menemani dia ketika berada di Irak menjadi 5.000 dalam waktu satu tahun. 

Namun, ia mengatakan kelompoknya tidak pernah menebar ancaman kepada Barat. 

"Saya ulangi - keterlibatan kami dengan Al Qaeda telah berakhir, dan bahkan ketika masih bersama Al Qaeda kami menentang untuk menggelar operasi di luar Suriah," tandasnya. 

Rewards for Justice, program penghargaan keamanan nasional utama Departemen Luar Negeri AS, masih menawarkan hadiah hingga 10 juta dollar AS untuk informasi tentang Al Julani.    

Artikel ini telah tayang di Kompas.com berjudul Sekilas tentang Al Julani, Mantan Komandan Al Qaeda yang Gulingkan Pemerintahan Assad di Suriah

 

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved