Lewotobi Erupsi
Korban Erupsi Gunung Lewotobi Sulit Angsur Pinjaman dan Ongkos Anak Sekolah
Tercatat saat ini ada tujuh desa, Dulipali, Klatanlo, Hokeng Jaya, Nawokote, Pululera, Boru, Boru Kedang.
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen
POS-KUPANG.COM, LARANTUKA- Dampak bencana erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, NTT, semakin terasa setelah korban terdampak kehilangan mata pencarian.
Erupsi dahsyat yang tak pernah jeda sejak 3-10 November 2024 itu mematikan ekonomi masyarakat kecil di Kecamatan Wulanggitang dan Ile Bura.
Tercatat saat ini ada tujuh desa, Dulipali, Klatanlo, Hokeng Jaya, Nawokote, Pululera, Boru, Boru Kedang.
Kondisi ini membuat warga gundah lantaran terhimpit beban angsuran ke bank maupun lembaga keuangan lainnya.
Belum lagi biaya pendidikan anak pada sekolah-sekolah swasta hingga perguruan tinggi.
Ribuan korban bencana yang masih bertahan di poskoh pengungsian selama satu pekan itu kian gelisah.
Bukannya tak mampu membayar kewajiban utang, namun tempat-tempat usaha didominasi usaha kios kini tak ada pembeli.
"Kalau sesuai waktu, dampak erupsi sudah berjalan hampir satu tahun (sejak Desember 2023). Usaha mati, termasuk kami yang buka kios, tidak ada pembeli karena kami semua mengungsi. Satu minggu ini kami tidur tidak tenang, pikir rumah, usaha, dan cicilan utang setiap bulan," kata seorang wirausaha yang tak mau namanya disebut.
Baca juga: Gunung Iya Status Siaga, BNPB Ingatkan Pemkab Ende Waspada dan Belajar dari Tragedi Lewotobi Erupsi
Wirausaha ini berasal dari Desa Hokeng Jaya, Kecamatan Wulanggitang.
Selain dia, masih ada puluhan pengusaha lainnya yang waktu cicilan hampir jatuh tempo. Usaha mereka terancam Gulung Tikar.
"Kami bisa gulung tikar. Tidak ada perputaran uang. Kalau modal untuk cicil, mau bertahan sampai kapan?," curhat pria tersebut.
Menurutnya, banyak pengungsi yang sedang menyekolakan anak-anaknya di bangku kuliah. Mereka kehilangan penghasilan. Sedang uang kos dan pendidikan semakin menunggak.
"Belum lagi biaya makan, minum, uang foto copy tugas. Kan, kasihan juga. Biaya hidup banyak, tapi keadaan bikin kita tidak bisa berbuat apa-apa," curhatnya.
Erupsi juga merusak hasil komoditi warga di Lereng Gunung Lewotobi Laki-laki. Tanaman hangus dibakar material vulkanik, termasuk usaha mebel yang hancur tanpa sisa.
POS-KUPANG.COM melihat tanaman mete, kakao, kemiri, kelapa, kopi, dan masih banyak lagi. Semuanya sudah hangus terbakar. Bisa dipastikan tak ada hasil bumi yang dipanen untuk menghasilkan uang.
Tanaman-tanaman itu terbakar habis dari buah, daun, dan batang pohon. Seperti dilalap api, segala jenis tanaman termasuk sayuran nyaris tak ada yang selamat.
Baca juga: Bencana Erupsi Gunung Lewotobi Erupsi, Pengungsi Kesulitan Air Bersih
Wirausaha lainnya, Nikolaus Guru Tapun, mengatakan letusan disertai ledakan dahsyat Minggu tengah malam itu menghancurkan bengkel serta merusak peralatannya.
Tiang dan atap pada bangunan seluas 10x11 meter di Dusun Wolorona, Desa Hokeng Jaya itu ambruk. Material erupsi juga merusak alat dan kayu yang disimpan di dalam bengkel.
"Rusak semua, peralatan juga rusak. Kalau ditotalkan, kerugiannya bisa Rp 30-50 juta," ungkap Pius Tapun, sapaanya, saat ditemui di ruas Jalan Trans Flores Larantuka-Maumere, Sabtu, 9 November 2024.
Pius Tapun bersama keluarganya hendak ke Kabupaten Sikka. Mereka menumpang mobil warna silver yang penuh dengan lumpur.
Dengan dampak serius ini, mereka berharap kebijaksanaan pihak bank dan lembaga yang bersangkutan dalam memberikan kelunakan bagi nasabah tertimpah bencana.(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.