Berita Belu
Pengamat Dorong Pemda Belu NTT Libatkan Multisektor
potensi sumber daya pakan, ketersediaan ternak, respon peternak, serta rantai pasok dan pemasaran.
Penulis: Agustinus Tanggur | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Agustinus Tanggur
POS-KUPANG.COM, ATAMBUA - Dr. Melkianus Deddy Randu, Akademisi Peternakan Politeknik Pertanian Negeri Kupang, menekankan pentingnya kerja sama multisektor untuk mengatasi persoalan pakan ternak sapi saat musim kemarau dan persoalan harga ternak sapi yang menurun.
Menurut Dr. Deddy, beberapa langkah strategis yang dapat diambil untuk meningkatkan keberhasilan pengiriman ternak, terutama terkait masalah pakan dan penyusutan bobot badan sapi selama perjalanan antar pulau.
Pertama, Deddy mengusulkan pemanfaatan limbah pertanian yang dapat ditingkatkan nilai nutrisinya melalui teknologi pakan. Langkah ini bertujuan mempercepat peningkatan bobot badan ternak dan meminimalkan waktu penggemukan (paron) agar sapi mencapai bobot standar untuk pengiriman.
Kedua, Dr. Deddy mengingatkan perlunya perubahan dalam kebiasaan pemberian pakan. Selama ini, sapi seringkali diberikan rumput kering dan jerami berkualitas rendah, yang tidak cukup memenuhi kebutuhan nutrisi.
Baca juga: Dukung Perluasan Areal Tanam di Belu, Kementan Panen Simbolis Padi di Lahan Seluas 1,7 Hektar
Untuk mengatasi hal ini, hasil penelitian dari Politeknik Pertanian Negeri Kupang menunjukkan bahwa pakan konsentrat berbentuk pelet, yang terbuat dari bahan lokal seperti kelor dan lamtoro, efektif mengurangi penyusutan bobot badan selama pengiriman.
Ketiga, kerjasama dengan perguruan tinggi sangat penting, mengingat para dosen memiliki tanggung jawab dalam pelaksanaan Tri Dharma PT, khususnya dalam penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
"Kerja sama ini harus melibatkan semua pihak, termasuk peternak, pengusaha transportasi ternak, dan lembaga terkait," ujarnya, Kamis 10 Oktober 2024.
Keempat, pemerintah daerah juga perlu berkolaborasi dengan perguruan tinggi untuk menentukan lokasi penggemukan ternak yang optimal di Kabupaten Belu.
Hal ini harus mempertimbangkan potensi sumber daya pakan, ketersediaan ternak, respon peternak, serta rantai pasok dan pemasaran.
Kelima, Dr. Deddy juga mendorong agar potensi pelabuhan laut Atapupu terus didorong untuk pengiriman ternak. Kondisi pelabuhan dan biaya logistik harus dipertimbangkan.
"Saya berpikir tidak ada salahnya lembaga DPRD perlu mengangkat sekaligus memfollow up hal tersebut dengan pertimbangan pendekatan pelayanan kepada masyarakat peternak Belu," pungkasnya. (Cr23).
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.