Berita NTT
Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Prioritaskan Kesehatan Mental di Tempat Kerja
Sebagai pemimpin, Andriko berkomitmen untuk terus mengadvokasi pentingnya perlindungan kesehatan mental di lingkungan kerja.
Penulis: Rosalia Andrela | Editor: Oby Lewanmeru
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Rosalia Andrela
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) diperingati setiap tanggal 10 Oktober. Tahun 2024 ini mengangkat tema global tentang ‘is time to prioritize mental health in the woekplace’ atau secara nssional di Indonesia disebut ‘saatnya memprioritaskan kesehatan mental ditempat kerja.
RSKD Jiwa Naimata Kupang bekerjsama dengan Asosiasi Rumah Sakit Jiwa dan Ketergantungan Obat Indonesia (ARSAWAKOI), mengadakan seminar memperingati HKJS di Harper Hotel Kupang.
Penjabat Gubernur NTT, Dr. Andriko Noto Susanto, S.P., M.P., menyampaikan tema yang diusung ini menyoroti pentingnya menangani kesehatan mental dan kesejahteraan di tempat kerja, demi kepentingan individu, organisasi, dan masyarakat. Kesehatan jiwa adalah aset berharga yang perlu dijaga dengan baik, termasuk di lingkungan tempat kerja.
“Perayaan kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya para pemberi kerja dan pekerja, tentang pentingnya kesehatan mental di tempat kerja karena dapat mempengaruhi kinerja, hubungan kerja dan produktifitas kerja para pekerja /karyawan. Kesehatan mental karyawan yang terjaga juga dapat mengurangi absensi dan meningkatkan retensi karyawan,” ujarnya Kamis, 10 Oktober 2024.
Andriko juga menjabarkan menurut data WHO tahun 2023, 15 persen dari orang dewasa usia kerja mengalami gangguan mental. Secara global, diperkirakan 12 miliar hari kerja hilang setiap tahun akibat depresi dan kecemasan dengan biaya US$ 1 triliun per tahun akibat hilangnya produktivitas.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2017, di Indonesia pekerja industri kecil dan menengah yang mengalami depresi dan insomnia masing-masing sebanyak 60,6 dan 57,6 persen.
Sementara itu data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2018 menunjukkan prevalensi depresi tertinggi dialami oleh nelayan dengan presentasi depresi sebanyak 6,5 persen. Tetapi mengalami penurunan pada survey kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 sebesar 0,8 % . Sedangkan prevalensi gangguan mental emosional tertinggi dialami nelayan, sopir,pembantu rumah tangga, buruh tani dan pegawai swasta
“Nusa Tenggara Timur menjadi salah satu propinsi dengan jumlah prevalensi depresi tertinggi ke 7 di Indonesia. Sedangkan keinginan mencari pertolongan ke fasilitas kesehatan untuk penanganan depresi, menduduki proporsi terendah ke 7 di Indonesia. Berdasarkan data dari RSKD Jiwa Naimata Kupang, jumlah pasien yang mendapat pelayanan kesehatan jiwa sebanyak 7.240 pasien,” ungkapnya.
Pemerintah lanjut Andriko telah melakukan berbagai upaya melalui penetapan kebijakan dan dukungan dalam bentuk pemberian anggaran operasional, terhadap pelayanan jiwa dalam masyarakat antara lain pelayanan promotif, preventif maupun kuratif di lingkup pemerintahan Provinsi NTT.
“Pelayanan promotif dan preventif diberikan melalui dinas kesehatan propinsi, dinas kabupaten kota/kabupaten serta fasilitas kesehatan tingkat pertama di puskesmas-puskesmas yang berada di wilayah Provinsi NTT. Pelayanan kuratif telah disediakan pemerintah melalui fasilitas rujukan/tingkat lanjut di Rumah Sakit Khusus Daerah Jiwa Naimata Kupang yang kita ketahui saat ini sudah berjalan kurang lebih 6 tahun dan menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan rehabilitasi serta pelayanan kesehatan jiwa masyarakat,” jelasnya.
Sebagai pemimpin, Andriko berkomitmen untuk terus mengadvokasi pentingnya perlindungan kesehatan mental di lingkungan kerja.
Baca juga: Video Viral Instagram, Peringati Hari Kesehatan Mental Marshanda Luncurkan Batik Hanya Satu Didunia
“Melalui peringatan hari kesehatan jiwa sedunia tahun 2024 ini, Saya mengajak seluruh instansi pemerintah, swasta, maupun lembaga non-profit untuk serta masyrakat bersama-sama untuk mendukung kebijakan dan upaya pemerintah dengan mendorong kebijakan-kebijakan yang mendukung kesehatan mental di tempat kerja. Mulai dari menyediakan akses layanan konseling, memberikan pelatihan mengenai kesehatan mental, hingga menciptakan budaya kerja yang terbuka dan inklusif bagi semua individu,” ajak Andriko.
Momentum ini tambah Andriko untuk membuka dialog, meningkatkan kesadaran, dan mengambil tindakan nyata untuk memprioritaskan kesehatan mental di tempat kerja.
“Terima kasih atas dedikasi dan kerjasama kita semua dalam memperjuangkan kesehatan mental yang lebih baik di lingkungan kerja. Semoga Hari Kesehatan Jiwa Sedunia ini menjadi awal dari perubahan positif menuju tempat kerja yang lebih sehat secara fisik maupun mental,” ucapnya.