Breaking News

Wawancara Eksklusif

Wawancara Eksklusif Cawagub Jakarta Rano Karno: Jakarta Nggak Perlu Janji-janji Bohong

Rano Karno tak pernah menyangka ia akan ditunjuk menjadi Calon Wakil Gubernur Jakarta dari PDI Perjuangan mendampingi Pramono Anung.

Editor: Alfons Nedabang
TRIBUNNEWS/JEPRIMA
Calon Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno berpose usai melakukan sesi wawancara khusus dengan Tribun Network di kawasan Cinere, Jakarta Selatan, Senin 2 September 2024. 

Kan saya nggak cita-cita sebagai presiden. 

Pak Prabowo dan Gibran?

Artinya begini lho. Saya maaf, nuwun sewu, saya punya pengalaman di provinsi Banten, bahwa memang Gubernur adalah perwakilan pemerintah pusat. Itu fungsinya gubernur. Jangan lu ngimpi jadi presiden. Ya maaf, mungkin dulu ada yang ngimpi jadi presiden, makanya yang presiden bener lihat, nggak bener nih. Akhirnya apa? APBN nggak bisa membantu daerah.

Di manapun, kecuali Jakarta, APBD di daerah yang lain belum sanggup membangun wilayahnya. Artinya membutuhkan bantuan pusat. Maaf, nuwun sewu. Solo berkembang. Oke, mungkin walikotanya Mas Gibran. Kita nggak usah ngiri kalau memang Solo itu berkembang karena banyak program APBN ada di sini. Itu normally. Saya waktu Gubernur Banten, saya minta sama Pak Jokowi, boleh sampean wawancara. Saya minta apa? Tol Serang - Panimbang. Untuk menunjang kawasan khusus Tanjung Lesung. Saya ngomong lagi.

Saya tidak merasa dekat dengan Pak Jokowi, tapi saya kenal. Apalagi kebetulan pada waktu beliau jadi Gubernur DKI pernah berkunjung ke Banten, saya dampingi. Beliau juga tanya, kenapa bisa begini Banten? Ya maaf yang dia lihat Karawaci, Tangsel, Lippo. Tapi begitu dia ke sana, blek (jomplang) begitu kan. Itulah saya bilang Banten dari dulu hanya tempat lintasan.

Saudara kita dari Merak, nyebrang dari Sumatera ke Merak, dia langsung ke Jakarta. Jarang yang ke Kota Serang, Lebak, Pandeglang. Pak, ini Carita sampai Anyer itu jalan zaman Daendels. Nggak ada infrastruktur yang berkembang. Kenapa nggak dijalanin? Nggak mungkin PAD Banten bisa itu, Pak. Kami baru Rp14 triliun. Jakarta yang 10 menit. Apa yang saya bilang sama beliau.

Satu-satunya provinsi di Indonesia yang secara kepemerintahan aneh. Anda boleh cek. Banten itu Kapoldanya dua. Polda Banten sama Polda Metro. Pangdam 2, Pangdam Siliwangi sama Pangdam Jaya. Kita mau koordinasi sama siape? Jadi waktu tahun 2000 dia berdiri sebagai provinsi, ini tidak terdesain dengan baik. Bayangin orang yang tinggal di BSD Alam Sutera semua kan (pelat) mobilnya B, Bukan A. Berapa banyak potensi pajak hilang. Jadi artinya harus setiap daerah bekerja sama dengan pusat. Tentu pusat juga akan mempunyai skala prioritas.

Jadi walaupun warnanya beda nggak apa-apa ya?

Oh nggak apa-apa. Saya yakin juga Pak Prabowo sebagai presiden paham. Apalagi, maaf, misalnya Jakarta- Banten. Banten itu di Pulau Jawa selain yang ke arah timur, Banten itu bisa didevelop. Pandeglang, Lebak ini masih wilayah terbuka. Saya bahkan pernah ngomong sama Pak Jokowi. Pak maaf, nuwun sewu, 2003 Ibu telah melakukan peletakan batu pertama pembuatan pelabuhan Bojonegoro. Bayangin, tol Serang macet setiap hari. 80 % industri Banten dibawa ke Tanjung Priok. Kenapa nggak bikin pelabuhan. Dan Ibu Mega telah melakukan groundbreaking 2003 di Bojonegoro. Wah iya, waktu itu kita masih fokus di Patimban. Belumlah terbangun. Bayangin 80 % .

Wong yang namanya Krakatau Steel untung mereka punya pelabuhan sendiri. Coba kalau harus dari Krakatau Steel bawa ke Tanjung Priok. Bagaimana coba ngirim jembatan ke Papua? Kan itu bikinnya di situ. Besinya dari Krakatau Steel bikinnya di Jawa Timur Surabaya. Bawa baru ke Papua, yang jembatan merah (Holtekamp) itu kan. Itulah yang terjadi. Semua pemerintah daerah harus harmonis dengan pemerintah pusat. Dan pemerintah pusat juga harus memberikan kontribusinya. Karena nggak mungkin, apapun, termasuk DKI. Apabila besok di saat DKI di saat tidak jadi ibukota pasti akan ada penurunan PAD.

Bang, ini klasik, semua gubernur pasti mengalami. Banjir Bang. Kalau Abang enaknya diapain banjir air ini?

Itu juga jadi aneh sebetulnya. Begini lah. Itulah kenapa, kami itu PDI Perjuangan selalu mengusulkan kembali kepada GBHN. Atau perencanaan pembangunan semesta. Artinya, siapapun pimpinan ini harus terdesain. Nggak mungkin dalam waktu 5 tahun siapapun gubernurnya bisa menyelesaikan. Nggak mungkin
No. Udahlah nggak usah janji-janji begitu. Capek orang Betawi. Capek. Kita paham. Sekarang oke, kita mikirin misalnya. Jalan. Mana dulu prioritas utama, mau dari pinggir atau dari tengah? Dari tengah artinya maaf dari Jakarta Pusat baru ke pinggir. Problematik banjir ada di mana? Ada di bawah misalnya. Ini dulu skala prioritas. Ya misalnya tiba-tiba Istana banjir kan aneh. Berarti kan ada sesuatu yang salah. Bukan berarti ada sesuatu yang salah. Bukan berarti Istana nggak boleh banjir, kalau memang hujannya besar dan nggak bisa nampung, mau nggak mau kan?

Ya waktu zaman Pak SBY kan terpaksa dibuka?

Betul, tapi kan artinya itu bisa terdeteksi. Ini pakar-pakar alam, oseanografi, segala macam. Sekarang Jakarta Utara sana sudah mulai penurunan 10 cm. Makanya ada wacana The Great Water Wall (Giant Sea Wall). Tapi itu adalah program nasional, bukan program Jakarta. Jakarta mikirin betulin got aja deh. Drainase. Salah satu, maaf, yang saya tahu pengertian dari jauh, karena saya belum masuk, semua drainase di Jakarta ini semua drainase lama.

Bahkan mungkin pernah denger, digali lah jalan di Kota Tua sana, masih ada trem di bawahnya. Itu realita kan? Berarti kan  harus kita ubah semuanya. Drainasenya kecil-kecil. Kalau kita ke Prancis, buset, truck aja bisa masuk. Bisa bikin film di dalem got gede begitu. Sampai begitu. Artinya apa? Perencanaan itu mesti panjang. Nggak bisa begini. Di saat ini pembangunan, pasti harus ada yang dikorbankan.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved