Opini

Pendekatan Integratif, Bimbingan Konseling dan Pembelajaran Bahasa Inggris di U-Genius Kefamenanu

Mulai tahun ajaran 2024/2025 kebijakan berubah.  Bahasa Inggris kembali dikategorikan sebagai mata pelajaran wajib di tingkat sekolah dasar.

Editor: Agustinus Sape
POS-KUPANG.COM/HO
Apolonius Anas, Direktur LBKP U-Genius Kefamenanu 

Oleh Apolonius Anas

Direktur LBKP U-Genius Kefamenanu

POS-KUPANG.COM - Tahun 2024, pelajaran Bahasa Inggris mulai diajarkan kembali di tingkat sekolah dasar. Sebelumnya pembelajaran Bahasa Inggris hanya bersifat opsional atau tidak diwajibkan. Jika sekolah punya kemauan untuk melakukannya baru diajarkan. Namun mulai tahun ajaran 2024/2025 kebijakan berubah.  Bahasa Inggris kembali dikategorikan sebagai mata pelajaran wajib di tingkat sekolah dasar.

Beberapa sekolah yang memiliki visi global dan memahami pentingnya berkemampuan Bahasa Inggris bagi peserta didiknya tentu tidak terjebak dengan aturan dan kebijakan apa pun. Bagi mereka bahasa Inggris tidak hanya berguna seperti pemahaman para pembuat kebijakan, tetapi menjadi jati diri dan kekhasan sekolah melalui aneka program sekolah yang Berbahasa Inggris demi memastikan siswa mereka tetap siap menghadapi tantangan global. Dengan demikian, menempatkan Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran formal di sekolah dianggap sebagai keputusan yang bijaksana sekaligus menunjukkan pemahaman akan pentingnya Bahasa Inggris sebagai bahasa komunitas internasional.

Kembalinya Bahasa Inggris dalam kurikulum resmi secara hukum tertuang dalam Peraturan Menteri Nomor 12 Tahun 2024 tentang Kurikulum pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah. Dalam aturan terbaru ini ditegaskan bahwa Bahasa Inggris akan menjadi mata pelajaran wajib bagi siswa SD dan sederajat. Itu berarti mulai  tahun ajaran baru 2024/2025, semua sekolah di tingkat SD harus memasukkan Bahasa Inggris sebagai bagian dari kurikulum mereka dan serius mempraktikkan Bahasa Inggris dalam berbagai situasi. 

Peraturan ini juga mencakup penyesuaian dan standar baru yang harus diterapkan oleh sekolah dalam menyusun kurikulum mereka, serta pelatihan bagi guru untuk memastikan efektivitas pengajaran Bahasa Inggris. Implementasi peraturan ini diharapkan akan meningkatkan kualitas pendidikan dan mempersiapkan siswa untuk tantangan global di masa depan. Karena bagaimanapun juga di alam konteks modern jika ingin menggenggam dunia kuasai Bahasa Inggris.

Begitu pentingnya peran bahasa Inggris pada pelbagai sendi kehidupan manusia modern maka peraturan pemerintah yang menempatkan kembali bahasa Inggris dalam kurikulum sekolah patut diapresiasi. Namun memahami bahasa Inggris sejak usia dini bukan hal yang mudah. Bagaimana memulai dan apa strategi yang dilakukan agar siswa cepat beradaptasi dalam pembelajaran Bahasa Inggris menjadi kajian yang tidak pernah habis. 

Namun pada prinsipnya pembelajaran bahasa sebenar-benarnya sebuah aktivitas  mental. Karena bahasa pada hakikatnya ekspresi mental manusia.  Mental terkait erat dengan psikologi atau situasi internal peserta didik. Bagiamana sesuatu yan berada di dalam diri siswa bisa diekspresikan dalam aturan berbahasa. Guru atau pihak sekolah tentu saja ingin agar standar tinggi diterapkan misalnya pada hari tertentu di suatu sekolah wajib berbahasa Inggris. 

Karena pembelajaran bahasa berkaitan dengan sikap mental, maka dibutuhkan intervensi atau pendekatan ilmu lain yang bisa menjembatani agar sampai pada tujuan. Salah satu pendekatan yang dilakukan dalam mempelajari Bahasa Inggris bagi siswa SD adalah pendekatan bimbingan konseling

Pendekatan bimbingan konseling telah lama diterapkan secara  kelembagaan dalam ruang bimbingan belajar di Bimbingan dan Konsultasi Belajar U-Genius Kefamenanu. Selama delapan tahun U-Genius Kefamenanu telah terbukti bawaannya integrasi ilmu bimbingan konseling menjadi fondasi dasar "motivasi" belajar siswa SD dalam pembelajaran bahasa Inggris. Penerapan ilmu bimbingan konseling telah menjadi solusi efektif mengatasi hambatan psikologis bagi siswa khususnya siswa SD yang baru mengenal dan memulai belajar Bahasa Inggris. 

Setelah mengikuti proses bimbingan konseling dalam berbahasa Inggris di U-Genius pada periode tertentu, beberapa siswa mengalami perubahan luar biasa. Rasa percaya diri siswa dalam menggunakan bahasa Inggris tumbuh dengan baik. Perubahan itu tidak hanya terjadi dalam proses bimbingan di U-Genius, tetapi juga di sekolah mereka di seputaran kota Kefamenanu. Mereka menjadi berbeda.

Para siswa yang berpartisipasi dalam belajar secara aktif dan konsisten telah menjadi agen perubahan terutama sikap mental dan antusiasme mereka belajar Bahasa Inggris di sekolah atau di mana pun.  Selama delapan tahun terakhir Bimbingan dan Konsultasi Belajar U-Genius khususnya mata pelajaran Bahasa Inggris telah membuktikan bagaimana mekanisme penerapan ilmu bimbingan konseling dalam berbahasa Inggris bagi para siswa berdampak pada perubahan psikologis dan pola pikir atau mind set siswa tentang peranan bahasa bagi kehidupan manusia. Penanaman mindset tentang sikap berbahasa sejak dini berpengaruh terhadap sepak terjang mereka pada level pendidikan selanjutnya. Maka pertanyaannya adalah pendekatan apa dalam ilmu bimbingan konseling yang bisa diintegrasikan dalam pembelajaran Bahasa Inggris? 

Dari pengalaman penulis sebagai  pembimbing para siswa U-Genius selama delapan tahun terakhir ditemukan bahwa pendekatan integratif adalah pendekatan yang paling tepat dan pas dalam belajar Bahasa Inggris. Pendekatan integratif dalam bimbingan konseling adalah salah satu pendekatan yang populer karena menggabungkan berbagai teori dan teknik dari beragam pendekatan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan unik setiap klien atau siswa.

Dalam konteks pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa Sekolah Dasar (SD), pendekatan ini memberikan fleksibilitas dan efektivitas, karena dapat mengakomodasi berbagai aspek pembelajaran, perkembangan kognitif, serta kondisi emosional dan sosial siswa yang sangat bervariasi. Kondisi psikologis siswa dalam belajar bahasa berpengaruh terhadap cepat atau lambatnya seorang siswa beradaptasi dengan sumber belajar. 

Perlu diketahui rentang usia siswa Sekolah Dasar umumnya berada pada tahap perkembangan kognitif dan emosional yang kritis. Mereka belajar dengan cara yang berbeda-beda. Sehingga membutuhkan pendekatan yang fleksibel untuk mengakomodasi kebutuhan individual mereka.

Dalam pembelajaran Bahasa Inggris, tantangan yang dihadapi siswa tentu saja bervariasi, mulai dari kesulitan dalam pengucapan kata (pronunciation), pemahaman kosakata (vocabulary), tata bahasa (basic grammar), hingga kecemasan berbicara dalam bahasa asing (language performance).

Oleh karena itu, menggunakan pendekatan integratif dalam pembelajaran Bahasa Inggris memungkinkan pembimbing atau guru menyesuaikan strategi yang digunakan, baik itu dari pendekatan behavioral, kognitif, humanistik, maupun pendekatan lain, sesuai dengan kebutuhan spesifik siswa bersangkutan.

Dalam implementasinya di Bimbingan dan Konsultasi Belajar U-Genius Kefamenanu, pendekatan integratif memadukan beberapa teknik yang berasal dari berbagai teori konseling. 

Pertama, pendekatan behavioristik.  Siswa SD biasanya merespons dengan baik pada penguatan yang positif, seperti pujian atau hadiah kecil, ketika mereka berhasil menggunakan kata-kata Bahasa Inggris dengan benar. Mereka mengingat kata-kata pujian dan alasan di balik pujian itu mereka dapatkan. Bagi mereka itu adalah sebuah penghargaan yang terdalam yang kemudian membangkitkan sikap mental mereka untuk melangkah dan bersemangat ke materi belajar selanjutnya. 

Selain itu pembimbing bisa menggunakan sistem "token reward"(Skinner:1938) untuk mendorong penggunaan Bahasa Inggris dalam kegiatan sehari-hari di kelas. Sistem "token reward" adalah salah satu strategi yang efektif di mana siswa diberikan token atau poin setiap kali mereka menggunakan Bahasa Inggris dengan benar dan sesuai konteks.

Token ini bisa berbentuk fisik seperti kartu, bintang, atau benda kecil lainnya yang dapat dikumpulkan oleh siswa. Setiap kali siswa menggunakan Bahasa Inggris dalam kegiatan sehari-hari, seperti bertanya kepada tentor, berbicara dengan teman, atau menjawab pertanyaan dalam Bahasa Inggris, mereka akan diberikan token.

Token-token yang sudah dikumpulkan dapat ditukarkan dengan hadiah atau keistimewaan tertentu di kelas. Misalnya, siswa yang mengumpulkan sejumlah token bisa mendapatkan hak istimewa seperti memilih aktivitas pembelajaran, mendapatkan waktu bermain ekstra, atau hadiah kecil lainnya.  

Dengan adanya insentif, siswa akan lebih termotivasi untuk menggunakan Bahasa Inggris dalam kegiatan sehari-hari. Ini mendorong mereka untuk berlatih lebih banyak dan meningkatkan keterampilan bahasa mereka secara alami.

Sistem ini juga mendukung pembelajaran yang positif, karena siswa dihargai atas usaha mereka, bukan hanya hasil akhirnya. Ini menciptakan lingkungan belajar yang lebih menyenangkan dan mendukung.

Dengan sistem "token reward", penggunaan Bahasa Inggris di kelas tidak hanya menjadi kewajiban, tetapi juga sesuatu yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu oleh siswa.

Sikap seperti itu dilakukan secara berulang-ulang lalu menjadi pembiasaan. 

Kedua, Pendekatan Kognitif. Mengingat bahwa siswa  pada usia SD mulai berpikir secara logis, teknik dari pendekatan kognitif dapat diterapkan untuk membantu siswa mengidentifikasi dan mengatasi pikiran-pikiran negatif yang mungkin muncul, seperti rasa putus asa ketika tidak adaptasi dengan sumber belajar atau Lembar Belajar Bahasa Inggris bahkan keadaan batin siswa karena tidak mampu atau takut gagal dalam belajar Bahasa Inggris.

Untuk memitigasi hal itu terjadi, maka dilakukan upaya pertama, Self-Talk Positif (Ellis : 1961). Ini adalah teknik di mana siswa diajarkan untuk menggantikan pikiran negatif atau meragukan diri sendiri dengan afirmasi atau pernyataan positif. Misalnya, daripada berpikir "Saya pasti akan membuat kesalahan," siswa didorong untuk berpikir "Saya akan mencoba yang terbaik dan belajar dari kesalahan saya." Self-talk positif membantu siswa mengubah pola pikir mereka menjadi lebih optimis dan percaya diri, yang pada gilirannya dapat mengurangi rasa takut mereka terhadap kegagalan.

Ketiga, Teknik Re-Framing ( Bandler dan Grinder:1981). Teknik ini melibatkan pengubahan cara pandang siswa terhadap situasi atau tantangan yang mereka hadapi. Misalnya, jika siswa merasa takut karena menganggap kesalahan dalam berbahasa Inggris sebagai kegagalan, guru dapat membantu mereka melihat kesalahan tersebut sebagai bagian dari proses belajar yang normal dan penting. Dengan re-framing, siswa dapat memandang kegagalan bukan sebagai akhir, tetapi sebagai peluang untuk belajar dan berkembang.

Teknik kedua dan ketiga ini bekerja sama dalam membangun ketahanan mental siswa, meningkatkan kepercayaan diri mereka, dan mengurangi ketakutan mereka terhadap kegagalan saat belajar atau menggunakan bahasa Inggris. Pada gilirannya siswa dapat didorong untuk melihat pembelajaran Bahasa Inggris sebagai tantangan yang dapat diatasi. Itu dilatih secara berulang-ulang. 

Keempat, Pendekatan Humanistik. Pendekatan ini menekankan pentingnya hubungan yang suportif dan empatik antara pembimbing atau konselor dengan siswa. Dalam pembelajaran Bahasa Inggris di U-Genius Kefamenanu kebiasaan menciptakan lingkungan kelas yang aman dan tidak menghakimi, di mana siswa merasa bebas untuk membuat kesalahan dan belajar dari mereka diutamakan. Fondasi berpikirnya adalah Bahasa Inggris bukan bahasa kita, melainkan bahasa asing yang mana  kesalahan adalah manusiawi (Erare humanum est).

Kelima, Pendekatan Sistemik. Pembelajaran Bahasa Inggris tidak hanya terjadi di kelas, tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan rumah dan sosial siswa. Di U-Genius Kefamenanu, relasi yang intens antara pembimbing dan orang tua dilakukan melalui laporan perkembangan akademik bagi siswa secara berkala. Dalam hal ini sangatlah  penting untuk melibatkan orang tua dalam proses pembelajaran, misalnya program yang membantu orang tua mendukung anak mereka di rumah.

Penerapan pendekatan di atas telah mengantarkan beberapa siswa U-Genius Kefamenanu menjadi pembelajar bahasa Inggris yang sejati. Jika ilmu bimbingan konseling diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Inggris khusus bagi siswa SD, maka rantai persoalan berbahasa sejak dini bisa diputus. Sebab tantangan terbesar dalam mempelajari Bahasa dalam dunia pendidikan yang terus berkembang saat ini adalah inovasi dan metode strategis dalam pengajaran. 

Satu alasan penting mengapa hanya siswa tertentu saja yang memiliki gegap gempita atau adaptif dalam pembelajaran bahasa Inggris yaitu terjadinya pengabaian aspek psikologis siswa dalam proses belajar bahasa. Mestinya aspek psikologis harus diperhatikan penuh demi memitigasi persoalan siswa belajar berbahasa Inggris.*

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved