Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Rabu 21 Agustus 2024, “Atau Iri Hatikah Engkau”

iri hati itu sesungguhnya lahir dari sikap dasar manusia yang sombong yang lahir dari  rasa rendah diri akan keterbatasan diri.

Editor: Rosalina Woso
DOK. POS-KUPANG.COM
Bruder Pio Hayon SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik Rabu 21 Agustus 2024, “Atau Iri Hatikah Engkau” 

Oleh: Bruder Pio Hayon, SVD

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Rabu 21 Agustus 2024, “Atau Iri Hatikah Engkau”

Hari Rabu Biasa Pekan XX

PW Sto. Pius X, Paus

Bacaan I:Yeh. 34:1-11

Injil: Matius 20:1-16a                                                                        

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Salam damai sejahtera untuk kita semua.Sikap iri hati adalah satu sikap emosional negatif yang muncul dari setiap orang yang tampak dalam satu pola tingkah lakunya dalam relasinya dengan orang lain.

Sikap ini timbul biasanya lahir dari  sikap kesombongan dan sikap yang sombong biasanya lahir dari keterbatasan dan kelemahan. Maka kesombongan itu sebenarnya hanya satu mekanisme untuk menutupi  kelemahan atau keterbatasan yang dimiliki.

Maka untuk melihat hasilnya, iri hati itu sesungguhnya lahir dari sikap dasar manusia yang sombong yang lahir dari  rasa rendah diri  akan keterbatasan diri.

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Hari ini gereja merayakan peringatan santo Pius X, Paus. Nama asli Paus Pius X adalah Giuseppe Melchiorre Sarto lahir di Riese, Kerajaan Lombardy-Venetia, Kekaisaran Austria (sekarang Italia, provinsi Treviso) pada tahun 1835.

Ia adalah anak kedua dari sepuluh bersaudara dari Giovanni Battista Sarto (1792–1852) dan Margarita Sanson (1813–1894). Dia dibaptis 3 Juni 1835. Pada 18 September 1858, Sarto ditahbiskan sebagai imam, dan menjadi imam di Tombolo.

Sementara di sana, Sarto memperluas pengetahuannya tentang teologi, mempelajari keduanya Thomas Aquinas dan Hukum Kanon, saat melakukan sebagian besar fungsi pendeta paroki, yang cukup sakit. Ia menjadi populer di kalangan orang-orang ketika ia bekerja untuk membantu orang sakit selama wabah kolera yang melanda Italia utara pada awal 1870-an. Oleh Paus Leo XIII, Sarto diangkat menjadi Uskup di dioses Mantua, Italia pada tahun 1884.

Kondisi dioses Mantua kacau balau ketika Sarto menduduki tahkta keuskupan.Melihat keberhasilan karya Uskup Sarto, Paus Leo XIII mengangkat Sarto menjadi Kardinal pada tanggal 12 Juni 1893.Sepeninggal Paus Leo XIII, para Kardinal memilih Kardinal Guiseppe Melchiore Sarto menjadi Paus.

Sumber: Pos Kupang
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved