Renungan Harian Kristen
Renungan Harian Kristen, Manusia Berharga dan Mulia di Mata Tuhan, Yesaya 43:1-7
Dari sisi nilai kehidupan, laki-laki dan perempuan adalah sama-sama manusia yang juga sama berharga di mata Tuhan.
Oleh: Pdt. Selvy N.Nalle-Ndun,M.Th
POS-KUPANG.COM, KUPANG- Renungan Harian Kristen, Manusia Berharga dan Mulia di Mata Tuhan, merujuk dri Kitab Yesaya 43:1-7 .
Pengantar
Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan sering menjadi isu yang diperdebatkan, baik dalam konteks sosial, politik, pendidikan, ekonomi, budaya, dan lain sebagainya.
Di mata Tuhan justru kesetaraan itu, tidak mendapatkan pertentangan. Di mata Tuhan, baik laki-laki maupun perempuan memiliki kesetaraan harkat dan martabat yang sama sebagai manusia ciptaan Tuhan.
Kesetaraan hartkat dan martabat laki-laki dan perempuan merupakan nilai bagi kehidupan yang seimbang yang diberikan oleh Allah sebagai pencipta.
Dari sisi nilai kehidupan, laki-laki dan perempuan adalah sama-sama manusia yang juga sama berharga di mata Tuhan.
Oleh karena itu baik laki-laki dan perempuan sama-sama berhak berpartisipasi dalam membangun kehidupan yang adil dan beradap.
Dalam relasi dengan Tuhan, ketaatan baik laki-laki dan perempuan dituntut secara bersama. Alasannya karena keduanya sama-sama milik Allah yang sepadan.
Perlakuan ini menunjukan tentang kasih Allah yang tidak membedakan manusia. Dengan kata lain, di mata Tuihan semua manusia berharga dan mulia.
Untuk dapat mengetahui lebih jauh, kita dapat memahami cara pandang Allah ini melalui konteks bacaan kita, yang dapat juga kita kaitkan dengan konteks kehidupan kita sebagai satu bangsa yang sedang merayakan bulan kebangsaan di bulan Agustus tahun ini.
Konteks Bacaan dan catatan Refleksi
Nabi Yesaya dipanggil untuk berbicara kepada umat atas nama Tuhan. Mereka berbicara atas nama konteks yang terjadi di tengah kehidupan umat, baik konteks kemarin, konteks hari ini, dan konteks masa depan. Pembicaraan seorang nabi atas nama Tuhan biasanya dikenal oleh umat sebagai nubuat.
Situasi-situasi nyata yang dialami umat, biasanya berkaitan dengan situasi keagamaan, sosial, politik.
Baca juga: Renungan Harian Kristen Minggu 11 Agustus 2024, Manusia Berharga dan Mulia di Mata Tuhan
Ketika seorang nabi berbicara atas nama Tuhan tentang konteks kehidupan umat, mereka akan berupaya untuk membuat pesan tersebut menjadi jelas dan mudah dimengerti oleh umat.
Nabi Yesaya mengawali pemberitaan dengan pernyataan, “....beginilah Firman TUHAN....” (ayat 1). Pernyatan ini hendak menyatakan kebenaran bahwa apa yang hendak disampaikan nabi Yesaya berasal dari Tuhan.
Apa yang tersampaikan dalam pemberitaannya menghubungkan kondisi atau keadaan umat Israel dalam relasi dengan Tuhan.
Tuhan bertindak dalam sejarah pembentukan Israel menjadi menjadi satu bangsa. Kepatuhan terhadap hukum Tuhan menjadi syarat bagi umat dan pemimpinnya untuk mendapatkan kehidupan yang sejahtera.
Hukum Allah bersifat teguran supaya umat dan pemimpinnya tetap setia kepada Tuhan. Jika mereka berdosa, maka penghukuman tetap terlaksana, namun Tuhan tetap memandang umat sebagai manusia yang berharga di mataNya.
Harkat dan martabat umat yang tinggi itu, yang membuat Allah menegurnya manakala mereka melakukan kesalahan tetapi kemudian menolong dan kembali memulihkan keadaan umat.
Sejarah perjalanan hidup umat Israel membuktikan tentang karya kebaikan Tuhan Allah yang nyata.
Dalam keberadaan hidup sesulit apapun, penghiburan dan pengharapan bagi umat selalu dinyatakan (lih pasal 40-55). Di dalam hukuman sekalipun, keselamatan akan selalu dijanjikan.
Pasal bacaan ini merupakan salah satu bagian dari nubuat nabi Yesaya yang bersifat menghibur serta membangun pengharapan.
Penghiburan dan pengharapan dari Tuhan disampaikan oleh nabi Yesaya kepada umat Israel saat mereka ada di tanah Babel sebagai orang buangan.
Dalam berita nubuat nabi Yesaya, Tuhan sendiri akan datang menjadi penebus bagi umat Israel. Tuhan menebus Israel, sebab Israel adalah satu bangsa milik kepunyaan Tuhan.
Tuhan yang menamakan mereka karena itu, Tuhan juga sangat mengenal mereka (ayat1). Penyertaan Tuhan nampak jelas lewat sejarah perjalanan hidup mereka sebagai satu bangsa.
Dalam kehidupan yang penuh kegagalan di Babel, nabi Yesaya datang mneyampaikan berita Allah tentang keselamatan yang akan datang bagi mereka.
Kepastian penyertaan Tuhan kembali digambarkan di ayat 2: “Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; Apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan dan nyala api tidak akan membakar engkau.”
Sejarah perjalanan umat Israel menjadi bukti tentang kasih Tuhan yang mengasihi manusia. Allah menebus Israel dari bangsa jajahan di Mesir menjadi bangsa yang merdeka.
Allah yang sama kini dalam konteks zaman yang berbeda hadir untuk kembali menyelamatkan Israel dari perbudakan di Babel.
Di Bebel, konsep keselamatan Allah kepada Israel akan dilakukan dalam konteks politik. Di mana raja Persia akan mengijinkan mereka kembali ke Yerusalem dengan harapan Israel akan mendukung Persia untuk menguasai Mesir, Etiopia dan Syeba suatu lokasi yang ada di sebelah Barat Daya Arab (ayat 3).
Satu alasan Allah untuk mengangkat kembali Israel dari kegagalan hidup mereka sebagai satu bangsa ialah karena Israel adalah ciptaan Allah yang berharga, milik kepunyaan Allah.
Dengan kata lain, Allah mau menyelamatkan Israel dari berbagai penindasan karena Allah memandang Israel sebagai manusia yang berharga di mataNya.
Cara pandang Allah kepada Israel sebagai ciptaan yang berharga inilah yang menghantar Israel berproses dan mengalami keselamatan.
Hampir seluruh ayat mulai dari ayat 1 sampai ayat ke7 menggambarkan tentang alasan ini, yakni atas dasar cara pandang Allah bahwa tidak boleh ada penindasan karena harkat dan martabat manusia sama di mata Allah (ayat 4).
Penghargaan Allah untuk manusia tidak hanya untuk laki-laki tetapi juga untuk perempuan. Panggilan keselamatan dari Allah itu berlaku baik kepada laki-laki maupun kepada perempuan (ayat 6). Harkat kaum laki-laki dan kaum perempuan sama di mata Tuhan Allah. Dalam ayat 6 dinyatakan demikian: “....Bawalah anaKu laki-laki dari jauh, dan anak-anakKu perempuan dari ujung-ujung bumi.” Hal ini menunjukan tentang kasih Allah tanpa bias gender.
Baca juga: Renungan Harian Kristen Sabtu 10 Agustus 2024, Sila Pertama: Tuhan Itu Esa
Kasih Allah juga tidak hanya berlaku untuk generasi masa lampau yang diwakilkan oleh Yakub sebagi cikal bakal pembentukan satu bangsa yang disebut Israel tetapi juga generasi kini dan mendatang sebagai bukti anugerah kasih Tuhan kepada Israel sebagai satu bangsa yang tidak akan punah. Hal ini dinyatakan lewat sapaan penyertaan Tuhan kepada anak cucu mereka.
Dengan kata lain, Allah berjanji bahwa anak cucu mereka tidak akan pernah punah. Ketidakpunahan generasi menjadi bukti pemeliharaan Allah terhadap kelanjutan kehidupan suatu turunan termasuk sebuah bangsa.
Kasih Tuhan terselami bagi Israel baik di masa lampau, masa kini maupun bagi generasi di masa depan.
Empat kata kunci tentang kasih Allah yang terselami yang menjadi alasan Allah mengasihi Israel, yang tercatat dalam bacaan yaitu “menciptakan engkau (ayat 1), menyertai engkau (ayat 1,5), menebus engkau (ayat 3). Semua ini dilakukan Allah mengarah kepada tujuan memuliakan nama Allah (ayat 7).
Dari bacaan ini, ada beberapa catatan refleksi bagi kita, antara lain:
1. Berbicara tentang Israel berarti berbicara juga tentang kepentingan semua manusia yang berhak mendapatkan perlakuan yang baik. Allah tidak hanya menciptakan manusia sebagai satu individu tetapi sejarah terbentuknya suatu bangsa merupakan bukti tentang karya dan kehendak Allah. Begitu juga dnegan kita sebagai bangsa Indonesia. Kemerdekaan kita merupakan sejarah tentang kasih Allah yang mau mnejadikan kita sebagai bangsa yang sederat dengan bangsa-bangsa lain. Jika Allah membentuk dan memanggil kita sebagai satu bangsa yakni bangsa Indonesia, maka pembentukan itu menunjukan tentang kasihNya yang akan terus menyertai kita menjadi bangsa yang tidak punah sepanjang kita juga mau menjadilakan nilai-nilai kemanusiaa dan keTuhanan sebagai nilai yang benar dalam berelasi baik dengan sesama maupun dengan Tuhan Allah.
2. Tuhan berkata; “jangan takut” (lih. Ayat 1,5). Penyatan ini merupakan bentuk dari penyertaan perlindungan terhadap berbagai ancaman hidup. Tidak ada satu alasan sebuah bangsa untuk menjadi takut dalam perjuangan kebangsaannya sepanjang bangsa itu mau menjadi bangsa yang takut akan Tuhan. Tuhan akan tetap menyetakan kehadiranNya bersama bangsa yang takut akan Dia. Penyertaan Tuhan tidak bearti meniadakan tantangan, cobaan, ujian hidup, bahkan hukuman. Namun itu semua bukan untuk membinasakan, melainkan sebagai proses teguran yang mendatangkan kehidupan yang lebih baik.
3. Semua orang sama harkat dan martabatnya di mata Tuhan. Orang-orang yang berharga di mata Tuhan mesti menunjukan kualitas hidup yang baik, antara lain hidup yang mengarah kepada kehendak Tuhan serta mau menjadi berkat bagi sesama. Karena itu, kita tidak boleh melecehkan harga diri kita dengan melakukan yang jahat di mata Tuhan, sebaliknya kita dipanggil untuk mengembangkan kehidupan penuh damai sejahtera sebagai perwujudan dari kasih dan keadilan Allah yang telah kita terima.
4. Nasihat Firman Tuhan ini juga mengajarkan kita untuk menghindari sikap pelecehan terhadap harkat dan martabat manusia dalam bentuk apapun dan terhadap siapapun, baik laki-laki maupun perempuan, baik orang dewasa maupun kepada anak-anak. Kemanusiaan yang adil dan beradap harus mampu dipraktikan oleh setiap individu dalam relasi sosialnya. Hal ini sama artinya dengan kita juga dilarang untuk melakukan praktik bullying baik dalam rumah tangga, dunia kerja, dunia pendidikan, dan di mana saja. Kiranya Tuhan memberkati kita dengan FirmanNya. Amin. (*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.