Pilgub NTT
Elektabilitas Tinggi di Pilgub NTT Bisa Ambruk Jika Tanpa Logistik dan Infrastruktur Politik
perlu ada kesadaran bahwa politik elektoral - elektabilitas dari hasil survei bukan satu-satunya alat penentu kemenangan.
Penulis: Irfan Hoi | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Elektabilitas tinggi di Pemilihan Gubernur (Pilgub) NTT bisa tergerus jika tanpa logistik dan infrastruktur politik. Sebab, dua bagian itu menjadi penting.
"Elektabilitas yang tinggi bisa ambruk karena kerja taktis strategis dari infrastruktur dan logistik," kata pengamat politik Universitas Nusa Cendana (Undana), Dr Rudi Rohi, Senin 29 Juli 2024.
Saat ini politik dan pemilih tidak lagi didasarkan pada ideologis dan logis. Kekuatan logistik menjadi pengaruh utama. Karena itu infrastruktur berperan penting untuk memainkan strategi dan distribusi logistik melampaui kerja-kerja politik ideologis maupun logis.
Panelis pada debat Capres-cawapres Pemilu 2024 itu bilang, perlu ada kesadaran bahwa politik elektoral - elektabilitas dari hasil survei bukan satu-satunya alat penentu kemenangan.
Baca juga: Ansy Lema dan Melki Laka Lena, Duo Ende Bertarung di Pilgub NTT
Sebab, hasil survei dan elektabilitas hari ini, akan merupakan hasil dari survei yang mana masyarakat pemilihnya belum mendapatkan treatment politik elektoral, yakni perlakuan politik elektoral dari tim sukses maupun pasangan calon dan struktur-struktur partai.
"Nah, pemilih itu bekerja berdasarkan asumsi yang mereka punya, sedangkan ketika memasuki masa penetapan dan seterusnya, akan adanya strategi politik yang diterapkan sebagai bagian dari perlakuan politik kepada pemilih, sehingga pada gilirannya,akan banyak mengubah konstelasi politik dan elektabilitas pasangan calon.," jelasnya.
Johni Asadoma Miliki Infrastrukur Politik yang Kuat
Dr. Rudi Rohi juga menyoroti elektabilitas bakal calon gubernur bakal calon wakil gubernur yang bermunculan untuk bertarung di Pilkada NTT 2024.
Di antaranya bakal Calon Gubernur Irjen (Purn) John Asadoma. Johni adalah putra asli NTT, campuran Alor-Rote ini baru pertama masuk di kancah politik yakni pada pemilihan gubernur NTT, tetapi memiliki infrastruktur politik yang cukup kuat sampai ke bawah.
Johni sebagai mantan Wakapolda NTT, dan mantan Kapolda NTT, cukup banyak di seluruh NTT. Sejarah mencatat Johni sebagai atlet berprestasi di tahun 1980an dan berkali-kali mengharumkan nama NTT di nasional dan luar negeri.
"Jika digerakkan simpul olahragawan di NTT yang cukup kuat, akan mempengaruhi elektabilitas dia," kata Rudi.
Sayangnya, ujar dia, para bakal calon wakil gubernur yang belakangan muncul tidak memiliki infrastruktur politik yang kuat. Apalagi para bakal calon yang datang dari partai 'kecil' dengan sentimen kedaerahan yang dimunculkan.
"Itu akan membuat keteguhan memilih dia bisa berubah di satu saat," jelasnya.
Rudi mengomentari elektabilitas bakal calon gubernur yang punya elektabilitas tinggi. Pada beberapa simulasi, tidak terdapat perbedaan yang mencolok presentasi keunggulan.
"Beda tipis, tapi perbedaan yang tipis itu bisa jadi akan berubah. Jadi di satu waktu yang elektabilitasnya rendah bisa naik dan elektabilitas yang tinggi bisa turun," ujarnya.
Sebaliknya, peluang bagi kandidat dengan elektabilitas rendah bisa menyambung dengan baik antara elektabilitas, logistik dan infrastruktur politik. Dengan sendirinya, elektabilitas calon akan meningkat.
"Kalau calon gubernur yang elektabilitasnya sudah tinggi, dia harus cari wakil yang memiliki kemampuan logistik dan infrastruktur yang kuat. Kalau dia mencari elektabilitas tinggi tetapi logistik dan infrastruktur tidak kuat, bisa jadi mereka akan jeblok di pemilihan nanti," ujarnya.
Lain halnya dengan calon gubernur memilih wakil yang memiliki infrastruktur dan logistik yang kuat. Dr Rudi memberikan contoh calon gubernur yang diusung Partai NasDem, Simon Petrus Kamlasi juga sama seperti Johni Asadoma memiliki infrastruktur yang cukup kuat karena tercatat sebagai anggota TNI aktif berpangkat Brigjen dan juga putra daerah asal Timor Tengah Selatan (TTS).
Namun, lanjutnya, ada faktor-faktor lingkungan sekitar yang membuat sampai saat ini, infrastruktur politik belum bekerja optimal. Mereka masih menunggu penetapan, masih wait and see untuk mendapatkan ruang mengeksekusi strategi yang mereka sudah siapkan dengan memanfaatkan logistik dan infrastruktur politik
"Para calon gubernur, sebaiknya tidak mencari calon wakil yang elektabilitas tinggi karena itu merupakan output dari kerja strategis, logistik dan infrastuktur," jelas dia.
Johni Asadoma yang ditemui di Kupang mengatakan akan patuh terhadap keputusan partai. Sebagai kader Gerindra, Johni Asadoma mengaku siap dengan perintah partai.
"Saya akan tetap patuh dan loyal terhadap apapun keputusan partai," kata Johni Asadoma, Senin. (fan)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.