Berita NTT
Mahasiswa UKAW Buat Pupuk Cair dan Masker Wajah Dari Bahan Dasar Limbah Buah Lontar
Dengan bimbingan dosen mereka kemudian mengetahui kalau zat di kulit buah lontar bisa dijadikan pupuk cair setelah difermentasi.
Penulis: Yohanes Alryanto Tapehen | Editor: Oby Lewanmeru
Laporan Reporter POS KUPANG.COM- Ryan Tapehen
POS KUPANG.COM, KUPANG- Sepanjang pesisir pantau teluk kupang banyak ditemukan lontar yang selalu dimanfaatkan warga menyadap nira serta mengambil buah yang masih muda untuk dimakan.
Namun buah lontar yang sudah tua yang jatuh ketanah serta tempurung buahnya yang tak bisa terurai serta tak dimanfataatkan lagi ternyata ditangan 8 mahasiswa mahasiswa Unversitas Kristen Artha Wacana Kupang dapat diolah lebih lanjut.
Kedelapan mahasiswa inu yang terbagi dalam dua tim mengajukan proposal ke Kemendikbud untuk meneliti juga menciptakan produk unggulan dari bahan dasar buah lontar.
Dua tim ini menyisihkan ribuan tim lain yang juga mengajukan project ke Kemendikbud, bahkan di UKAW sendiri kwdua tim dari Prodi Biologi mengalahkan 7 tim lain dari jurusan Ekonomi dan Bahasa Inggris dan mendapatkan project kreatifitas mahasiswa tahun 2024 ini.
Kepada Pos Kupang, Selasa 9 Juli 2024, ketua tim kreatifitas mahasiswa pembuatan pupuk cair, Laksmi Ningsih Rina Kodi mengaku ide mereka untuk proposal ini karena melihat sepanjang pesisir pantai Oesapa banyak buah lontar yang terbuang dan tak dimanfaatkan.
Tim mereka berisi empat orang dimana dirinya sebagai ketua dan anggota Yohanes Eduard Blegur, Apriana Djou Tenga, dan Indri Deliana Djami dan didampingi Hartini Solle sebagai dosen pendamping.
Dengan bimbingan dosen mereka kemudian mengetahui kalau zat di kulit buah lontar bisa dijadikan pupuk cair setelah difermentasi.
"Kami melihat di masyarakat banyak menggunakan pupuk kimia, sementara buah lontar yang juga busa dijadikan pupuk cair belum dimanfaatkan secara baik," ungkapnya.
Ada sejumlah tahapan yang harus dilalui dan memakan waktu hingga satu bulan agar mendapatkan hasil maksimal dalam pembuatan pupuk cair ini mulai dari pengumpulan bahan dasar, pemilahan serabut hingga pemerasan sari dan tahap fermentasi.
"Pupuk cair ini tidak mencemari lingkungan serta menjaga bahkan terus meningkatkan unsur hara dalam tanah," tambah anggota tim Yohanes Eduard Blegur.
Kata dia proses paling lama 21 hari mulai dari persiapan bahan hingga proses fermentasi dengan organisme aktif EM4 dan gula air.
Baca juga: Ketua Pembina Yayasan UKAW Minta Semua Pihak Dukung Pembangunan Auditorium
Dia melihat buah lontar yang punya segudang manfaat bisa juga digunakan petani untuk dijadikan pupuk cair dengan tahapan seperti yang mereka buat.
Sementara tim pembuatan masker wajah menggunakan bahan dasar tempurung lontar yang susah terurai yang dengan mudah dijumpai di tepi pantai Oesapa.
Tim mereka ini terdiri dari ketua Yulita Toulasik, Joni Alvonsius Ame, Irmina Redo, dan Belandina Here Kana yang didampingi dosen pendamping Merpiseldin Nitsae.
Belandina Here Kana mewakili timnya menjelaskan tujuan pengajuan proposal ini untuk mengurangi limbah organik yang ada untuk lebih bermafaat misalnya dijadikan masker wajah.
"Untuk buat masker ini kami kumpulkan bahan lalu dicuci dan dibakar. Arang hasil pembakaran dicuci lagi dan dihaluskan setelah halus lalu kami campurkan bahan aktif KOH (Kalium Hidrosida) dan difermentasikan lagi selama satu minggu lalu siap dipakai. Dan masker wajah ini tanpa efek samping," jelas Belandina.
Mereka mencurahkan seluruh tenaga dan pengetahuan agar project mereka ini berhasil dengan baik dan hasilnya akan mereka paparkan ke Kemendidbud pada 22 Juli mendatang.
Dosen pendamping mereka, Merpiseldin Nitsae menambahkan kegiatan kreatifitas mahasiswa ini dua tim mereka lolos dalan pengajuan proposal bidang kegiatan riset eksakta dan kewirausahaan.
"Latar belakang kegiatan ini berbasis lontar dan kita ketahui lontar ini tumbuhan endemik di NTT. Prpposal ini juga merupaka hasil pengembangan riset penelitian dan pengabdian dosen. Untuk kompetisi ini menekankan kreatifitas, inovasi, dan ide mahasiswa dan paling ditekankan tanggung jawab untuk selesaikan," terang Meepi.
Sejak tahun 2017 lalu mereka sudah mulai mencoba mengirim proposal namun ide dan inovasi yang mereka tawarkan belum dan baru pada tahun 2024 ini lolos bahkan dua tim langsung.
Kepada mahasiswanya dia meminta agar terus belajar dan mempersiapkan kompetisi di tahun berikutnya.
"Kami bangga dengan capaian mereka.Ada 3 ribuan proposal yang ikut kompetisi dannkami dua yang terpilih," tandasnya. (ary)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.