Konflik Israel Hizbullah
Hizbullah Targetkan Brigade Timur Tentara Israel dengan Artileri Berat dan Roket
Sirene terdengar di beberapa kota, termasuk Kiryat Shmona, Margaliot, dan Tel Hai, pada Rabu sore, lapor stasiun televisi Israel Channel 12.
POS-KUPANG.COM - Tentara Israel mengakui kerusakan pada sebuah bangunan di Kiryat Shmona tempat markas besar unit militer berada tetapi juga mengumumkan jatuhnya 10 drone yang diluncurkan dari Lebanon.
Sirene terdengar di beberapa kota, termasuk Kiryat Shmona, Margaliot, dan Tel Hai, pada Rabu sore, lapor stasiun televisi Israel Channel 12.
Namun, penyiar tersebut mengklaim bahwa roket dicegat di Galilea Atas.
Dini hari, tentara Israel mengumumkan bahwa drone yang diluncurkan dari Lebanon terhadap kota-kota Israel telah dicegat dan dihancurkan.
Namun, kelompok Hizbullah Lebanon menyatakan dalam sebuah postingan Telegram bahwa mereka "menargetkan markas besar Brigade Timur ke-769 dari Divisi 91 di barak Kiryat Shmona dengan lusinan roket Katyusha dan peluru artileri."
Kelompok tersebut mengatakan langkah ini adalah “untuk mendukung keteguhan rakyat Palestina di Jalur Gaza, mendukung perlawanan mereka yang gagah berani dan terhormat, dan sebagai tanggapan terhadap serangan musuh Israel di kota Yaroun dan Khiam.”
Ketegangan meningkat di sepanjang perbatasan Lebanon dengan Israel di tengah serangan lintas batas antara Hizbullah dan pasukan Israel ketika Tel Aviv terus melancarkan serangan mematikannya di Jalur Gaza, yang telah menewaskan hampir 37.400 orang sejak Oktober lalu menyusul serangan kelompok Palestina Hamas.
Militer Israel setuju
Militer Israel mengungkapkan, Selasa (18/6/2024), rencana untuk menyerang Lebanon ”telah disetujui dan dinyatakan valid”. Pernyataan militer Israel ini menandai ketegangan terbaru antara Israel dan kelompok Hezbollah di Lebanon, yang dikhawatirkan bisa berujung pada perang terbuka di antara mereka.
Amerika Serikat mengirim utusan khususnya, Amos Hochstein, ke Lebanon dalam upaya meredakan ketegangan itu dan mencegah agar Hezbollah dan Israel tidak terseret dalam perang terbuka.
”Rencana operasional untuk melancarkan serangan ke Lebanon telah disetujui dan dinyatakan valid,” demikian pernyataan Angkatan Darat Israel. Ditambahkan, seperti dikutip media The Times of Israel, para komandan senior Israel juga telah membuat keputusan ”mengakselerasi kesiapan pasukan di lapangan”.
Sebelumnya, Hezbollah menyatakan tidak akan menghentikan serangan ke Israel kecuali ada gencatan senjata di Jalur Gaza. Adapun Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz, Selasa malam, melontarkan ancaman untuk menghancurkan Hezbollah melalui perang total.
Di Washington DC, seorang jubir Pentagon menyatakan, AS tidak ingin perang meluas antara Hezbollah dan Israel. Hochstein menyebut situasinya sudah serius.
”Kita melihat ada eskalasi dalam beberapa pekan terakhir. Dan yang diinginkan Presiden (Joe) Biden adalah mencegah eskalasi lebih lanjut agar tidak menjadi perang yang lebih besar,” kata Hochstein.
Baca juga: Serangan Israel Tewaskan Komandan Senior Hizbullah di Lebanon
Ketegangan antara Hezbollah dan Israel, dengan baku gempuran hampir tiap hari di perbatasan selatan Lebanon atau perbatasan utara Israel, merupakan eskalasi perang Gaza antara kelompok Hamas dan Israel, yang meletus sejak 7 Oktober 2023. Hezbollah berada satu poros perlawanan dengan Hamas dalam menghadapi Israel.
Media Inggris, The Guardian, melaporkan bahwa retorika yang memanas antara Hezbollah dan Israel itu terjadi setelah Hezbollah merilis video berdurasi lebih dari sembilan menit. Rekaman video ini merupakan kumpulan dari gambar-gambar yang diambil dengan pesawat nirawak pengintai milik Hezbollah dari sejumlah lokasi di Israel, termasuk pelabuhan dan kota Haifa di Israel utara.
Kemampuan Hezbollah
Dalam rekaman video itu terlihat gambar-gambar fasilitas militer, pertahanan, dan energi Israel, serta infrastruktur sipil dan militer. Penayangan rekaman video itu ditafsirkan sebagai ancaman dan kemampuan Hezbollah untuk menyerang Haifa. Kota ini hanya berjarak 27 kilometer dari perbatasan Lebanon.
Selain itu, Pemimpin Hezbollah Sayyed Hassan Nasrallah juga memperingatkan akan kemampuan persenjataannya untuk menjangkau Pelabuhan Haifa yang dioperasikan perusahaan China dan India. Pekan lalu, Hezbollah mengatakan telah melancarkan lebih dari 2.100 serangan militer terhadap Israel sejak 8 Oktober.
Kantor Berita AFP mencatat, baku serang antara Hezbollah dan Israel telah menewaskan sedikitnya 473 orang di pihak Lebanon. Sebagian besar dari mereka adalah pejuang Hezbollah. Adapun di kalangan sipil, 92 warga sipil menjadi korban. Sementara Israel mengatakan, sedikitnya 15 tentaranya dan 11 warga sipil tewas di wilayah utara yang berbatasan dengan Lebanon.
Wali kota Haifa, Yona Yahav, mengatakan, video Hizbullah merupakan teror psikologis terhadap penduduk Haifa dan wilayah utara Israel. “Baik secara diplomatik maupun militer, kami akan memastikan warga Israel kembali ke rumah mereka di Israel utara dengan aman dan terjamin. Itu tidak bisa dinegosiasikan,” tegas Yahav.
Penayangan rekaman itu merupakan bagian dari rentetan saling serang antara Hezbollah dan Israel yang kian meningkat sepekan ini. Peningkatan serangan ini terjadi setelah gempuran Israel atas sasaran di Lebanon selatan pada Rabu (12/6/2024) menewaskan empat petinggi Hezbollah, salah satunya adalah Komandan Hezbollah Talib Sami Abdullah.
Hezbollah kemudian menyerang balik Israel. Hezbollah menembakkan 170 rudal ke sejumlah sasaran di wilayah Israel, terutama di Israel utara, Dataran Tinggi Golan, dan daerah pertanian Shebaa. Ini merupakan serangan terberat Hezbollah. Israel lantas mengerahkan pesawat tempurnya ke Lebanon selatan untuk menggempur sejumlah sasaran.
Saling serang itu hanya berjeda hari raya Idul Adha. Pada Selasa (18/6/2024) sore, Hezbollah kembali mengumumkan serangan pesawat nirawak kelompok itu terhadap tank Israel. Adapun Israel menargetkan unit udara Hezbollah.
Seorang pejabat PBB di Lebanon memperingatkan kedua pihak akan bahaya dari salah perhitungan yang bisa mengarah kepada konflik terbuka dan lebih luas.
Terkait ancaman pemimpin Hezbollah, Katz dalam unggahan di media sosial X menyatakan, ”Israel makin dekat dengan kesempatan untuk mengubah aturan main melawan Hezbollah dan Lebanon.”
Ia juga menulis, ”Melalui perang habis-habisan, Hezbollah akan dihancurkan dan Lebanon akan kalah telak.”
Israel, kata Katz, akan membayar harga yang mahal untuk memulihkan keamanan di utara. Sementara Hezbollah mengatakan tidak akan menghentikan serangannya kecuali ada gencatan senjata di Jalur Gaza.
Misi Utusan Khusus AS
Di tengah retorika yang memanas, AS mengirim Utusan Khusus Amos Hochstein ke Israel dan Lebanon. Pengiriman utusan itu bertujuan meredakan ketegangan antara Israel dan Lebanon. Hochstein mengatakan telah melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Jerusalem awal pekan ini.
Kemudian pada Selasa (18/6/2024), ia bertemu dengan Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati di Beirut. Seusai pertemuan, kepada media, Hochstein mengatakan, ”Apa yang sedang kita kerjakan bersama (untuk dilakukan) adalah mencoba mengidentifikasi cara untuk mencapai titik di mana kita mencegah eskalasi lebih lanjut,” katanya.
Sementara Mikati dalam pernyataan resmi kantor perdana menteri mengatakan, ”Yang diperlukan adalah menghentikan agresi Israel yang sedang berlangsung terhadap Lebanon dan mengembalikan ketenangan dan stabilitas di perbatasan selatan.”
Mikati juga mengatakan, ancaman Israel yang terus berlanjut tidak akan mengalihkan perhatian Lebanon dari upaya mencari ketenangan.
Hochstein juga melakukan pertemuan dengan Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri. Keduanya membahas situasi keamanan dan politik terkini di Lebanon.
Keduanya juga membahas proposal kesepakatan yang sedang dibahas terkait Gaza, yang juga memberikan peluang untuk mengakhiri ketegangan di Garis Biru atau garis demarkasi antara Israel dan Lebanon.
Selain menemui Berri, Hochstein juga bertemu dengan Panglima Angkatan Bersenjata Lebanon Joseph Aoun.
Hezbollah dan Israel langsung terlibat saling serang hanya sehari setelah Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023. Serangan Hamas itu memicu perang di Jalur Gaza. Sebagai solidaritas kepada warga Palestina dan Hamas di Jalur Gaza, Hezbollah secara intens menyerang Israel dari sisi utara.
Setiap hari terjadi gesekan antara Israel dan Hezbollah. Hezbollah sejak awal perang mengatakan, saling tembak di lintas batas Israel dan Lebanon akan berhenti apabila ada gencatan senjata di Jalur Gaza.
(aa.com.tr/kompas.id/afp/reuters)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.