Kunjungan Paus Fransiskus
Permen dari Paus Fransiskus untuk Bocah Indonesia Cia Deviyani
Bocah dari Indonesia, Jophiella Gratia Deviyani alias Cia Deviyani (6 tahun) berkesempatan bertemu dengan Paus Fransiskus di Vatikan.
POS-KUPANG.COM - Bocah dari Indonesia, Jophiella Gratia Deviyani alias Cia Deviyani (6 tahun) berkesempatan bertemu dengan Paus Fransiskus di Vatikan.
Cia bersalaman dengan Paus Fransiskus saat audensi umum di Lapangan Basilica St. Petrus, Vatikan, Rabu 17 April 2024 lalu.
Murid TK Stella Maris, Gading Serpong, Tangerang ini juga mendapat hadiah permen dari Paus Fransiskus.
"Cia tersenyum ketika Paus Fransiskus menyelipkan permen ke dalam genggaman tangannya," terang AM Putut Prabantoro dalam keterangannya yang diterima POS-KUPANG.COM, Rabu 11 Mei.
"Hanya satu permen, tetapi itu hadiah tak ternilai harganya dan tidak akan pernah dimakan, entah sampai kapan," tambah Putut.
Cia Deviyani merupakan salah satu peziarah. Dia berada di Vatikan bersama sang ibu, Elisabeth Wulandari serta anggota keluarga lainnya.
Perjuangan Cia Deviyani untuk bersalaman dengan Paus Fransiskus tidak gampang. Dia dan ibunya harus berdesak-desakan dengan ratusan ribu peziarah yang memadati Lapangan Basilica St. Petrus.
Udara dingin yang menggigit juga bukan menjadi penghalang.
Bagi para peziarah, bersalaman dengan Paus Fransiskus adalah suatu anugerah luar biasa.
Ada kepercayaan bahwa jika tidak dikehendaki Tuhan, salaman dengan Paus Fransiskus tidak mungkin akan terjadi sekalipun sudah direncanakan.
Sang ibu tetap teguh meski ada kekhawatiran Cia Deviyani hilang di dalam kerumunan peziarah.
Apalagi tahu bahwa Cia Deviyani tetap bersemangat dengan membawa boneka kesukannya. Dia tidak rewel, tidak mengeluh, kuat berjalan serta tidak minta digendong sekalipun merasa capeh.
Cia mematuhi apa yang sudah menjadi perjanjian antara dirinya dengan sang ibu.

Pada Rabu pagi, Cia Deviyani bangun subuh karena harus mengikuti jadwal rombongan peziarah.
Mobil jemputan untuk mengantarkan ke Lapangan Basilia St. Petrus mempunyai jadwal ketat dan tidak boleh terlambat.
Cia mengenakan baju berlapis-lapis untuk melawan hawa dingin yang menggigit.
Cia bersama rombongan bersyukur karena mendapat tempat di Reparto Speciale – wilayah khusus, yang lebih dekat dengan Paus Fransiskus.
Meski demikian, tempat ini tidak menjamin seseorang akan mendapat anugerah bersalaman dengan orang nomor satu di Gereja Katolik Sedunia itu.
Dari wilayah Reparto Speciale, wajah Paus Fransiskus terlihat jelas karena berjarak sekitar 25 meter.
Untuk bersalaman dengan Paus Fransikus, setiap peziarah harus berebut posisi. Maklum, ada pagar kayu setinggi 1,30 meter yang membatasi area ini dengan area VVIP.
Seperti biasanya, Paus Fransikus keluar ke Lapangan Basilica St. Petrus pada pukul 09.30.
Sambil menunggu keluarnya Paus Fransiskus dengan mobil putih terbuka, masing-masing peziarah menempati tempat duduknya sesuai dengan urutan.
Nampak para pengawal Paus yang berjaga berdiri tegak, tak bergerak dengan wajah tanpa emosi. Hanya tatapan yang terkadang melihat tajam lingkungan sekitar.
Rombongan dari Indonesia menjadi riuh ketika Rm Markus Solo Kewuta menghampiri. Ia pejabat Vatikan satu-satunya yang berasal dari Indonesia, tepatnya dari Nusa Tenggara Timur ( NTT ).
Bagi peziarah ataupun orang Indonesia yang berkunjungan ke Vatikan, Rm Markus Solo merupakan perpustakaan berjalan. Ia mengetahui setiap sudut Vatikan dan Kota Roma.
Romo Markus Solo menghampiri dan menyentuh kepala Cia Deviyani. “Gratia artinya rahmat dan seperti namanya semoga mendapat anugerah bisa disentuh Pope. Semoga Cia mendapat anugerah dan bisa bersalaman dengan Paus ya.....“ ucap Rm Markus Solo.
Anak kecil ini hanya melihat Rm Markus Solo sambil mengangguk-angguk.
Paus Menghampiri
Paus Fransiskus datang ke Lapangan Basilica St. Petrus. Semua peziarah bergembira, bernyanyi dan mengelu-elukan.
Paus Fransiskus mengelilingi St Petrus dan menyapa para peziarah. Anak-anak kecil selalu mendapat perhatian dari Paus Fransiskus.
Dan setiba di podium, mimbar utama, semua terdiam dan mendengarkan memberikan sambutan dalam berbagai bahasa.
Selanjutnya, Paus Fransiskus menerima audiensi dari para uskup dan kardinal yang hadir dalam acara tersebut.
Kemudian, Paus Fransiskus dengan menggunakan kursi roda, menghampiri para peziarah yang berada di VVIP yang berasal berbagai negara dan kalangan.
Ucapan selamat juga diucapkan oleh Paus Fransiskus kepada para pengantin baru yang mendapat anugerah bersalaman secara pribadi.
Paus Fransiskus juga berfoto bersama dengan peziarah rombongan yang sudah terdaftar.
Ketika rombongan khusus sudah selesai, Paus Fransiskus yang tanpa kenal lelah itu kemudian menghampiri para peziarah rombongan atau individual yang berada di Reparto Speciale.
Tidak mudah untuk mendapatkan perhatian dari Paus Fransiskus dan kemudian bersalaman.
Karena tidak diatur, tidak ada urutan, para peziarah berdesak-desakan untuk menempati posisi di pagar pembatas. Situasi ini juga dialami Cia Deviyani.

Jika ingin mendapat kesempatan bersalaman atau menyentuh Paus Fransiskus, para peziarah harus bersabar menunggu ada tempat lowong ataupun bersabar untuk berdesak-desakan.
Paus Fransiskus sendiri selalu tersenyum menyalami satu-satu peziarah. Tak luput, hal yang sama dilakukan Cia Deviyani dan mamanya.
Dan tibalah giliran Cia Deviyani. Dia berjuang untuk mendapatkan perhatian.
Dengan kaki dan tubuhnya dipegangi sang mama, Cia Deviyani mencoba menarik perhatian Paus Fransiskus. Jaraknya cukup dekat, hanya satu meter namun Cia harus bersabar menunggu giliran.
Akhirnya, Paus Fransiskus menyentuh Cia Deviyani. Paus Fransiskus memandang tajam pada Cia yang bingung dengan situasi itu. Namun Cia tersenyum ketika Paus Fransiskus menyelipkan permen ke dalam genggaman tangannya.
Tidak lama persentuhan yang terjadi antara tangan Cia dan tangan Paus Fransiskus. Namun itu adalah sejarah hidup seorang manusia.
Anggota rombongan lain bersorak karena upaya bersalaman dengan Paus Fransiskus dengan penantian berjam-jam membuahkan hasil. Anugerah yang uar biasa.
Untuk bersalaman dengan Paus Fransiskus, Cia harus bersabar menunggu 5 jam.
"Mama.. permennya boleh dimakan tidak ? Cia pingin….,” tanya Cia kepada ibunya.
Sambil tersenyum dan menggeleng ibunya mengatakan, "Nanti ya kalau sampai di Indonesia.“
Permen pemberian Paus Fransiskus kemasannya berwarna kuning jeruk bertuliskan Baratti & Milano, nama sebuah brand yang sangat terkenal di dunia.
Berawal dari nama sebuah café yang didirikan pada tahun 1858 di Turin, Italia, Baratti & Milano kemudian menjadi produsen coklat sendiri dan kemudian diikuti produksi berbagai jenis permen.
Hingga kini permen jeli rasa aroma jeruk itu dari Paus Fransiskus itu tetap utuh sebagai kenang-kenangan yang tak ternilai.
Peristiwa luar biasa ini diharapkan menjadi warna indah dan sejarah tak terlupakan seiring dengan perjalanan hidup Cia Deviyani selanjutnya. (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lain di GOOGLE NEWS
Jophiella Gratia Deviyani
Cia Deviyani
AM Putut Prabantoro
Lapangan Basilica St. Petrus
Vatikan
Pos Kupang Hari Ini
Rm Markus Solo
Nusa Tenggara Timur
NTT
Paus Fransiskus
Paus Fransiskus Desak Umat untuk Memiliki Anak pada Kunjungan Perdana Kepausan ke Corsica Perancis |
![]() |
---|
Paus Fransiskus Bahas Perang di Timur Tengah dan Aborsi di Pesawat Pulang dari Belgia |
![]() |
---|
Universitas Katolik Belgia Kecam Pandangan Paus tentang Peran Perempuan dalam Masyarakat |
![]() |
---|
Kisah Sepatu Suster Irene dan Pertemuannya dengan Paus Fransiskus |
![]() |
---|
Paus Fransiskus Saat Audiensi: Saya Melihat Iman yang Hidup dan Penuh Sukacita di Asia dan Oseania |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.